hulu-migas-by-fahrudin-efendi.jpg
Bursa Saham

Emiten Migas Perkasa Saat Harga Minyak Menyala

  • Kenaikan dua harga minyak acuan Brent dan WTI pada awal pekan ini memberikan berkah tersendiri bagi emiten migas.

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Sejumlah emiten minyak dan gas (migas) mendulang berkah pada penutupan perdagangan Selasa, 11 Juni 2024, seiring kenaikan dua harga acuan minyak bumi yang paling populer, yaitu Brent dan West Texas Intermediate (WTI) di awal pekan ini. 

Analyst Investment Stockbit Sekuritas, Hendriko Gani, mengungkapkan bahwa harga minyak WTI naik 3,6% pada perdagangan Senin malam, 10 Juni 2024, mencapai level US$78,06 per barrel, menandai kenaikan tertinggi dalam 4 bulan terakhir.

Sementara itu, harga minyak Brent pada perdagangan hari ini bertahan stabil di US$81,50 per barrel, menyusul lonjakan signifikan 2,5% pada hari sebelumnya. “Penguatan harga minyak WTI sendiri terjadi seiring munculnya kekhawatiran akan terjadinya defisit akibat driving season di AS selama musim panas mendatang,” jelasnya dalam riset. 

Data RTI Business menunjukkan saham PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS) ditutup dengan penguatan 9,47% ke level Rp515 per saham. Pada periode tahun berjalan, emiten yang bergerak pada pelayaran migas dilepas pantai itu masih 28,75%.

Selanjutnya, saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) terpantau melenting 1,71% ke level Rp178 per saham. Namun, secara (year-to-date/ytd) perusahaan eksplorasi minyak bagian Grup Bakrie ini masih tertekan 19,09%. 

Tidak ketinggalan, nilai emiten PT Elnusa Tbk (ELSA) juga ditutup naik tipis 0,49% ke level Rp412 per saham. Sepanjang tahun ini, saham anak usaha PT Pertamina Hulu Energi tersebut tercatat masih kokoh di atas 6%.

Sementara itu, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Logindo Samudramakmur Tbk (LEAD) tetap stabil di level pembukaan masing-masing sebesar Rp1.310 per saham dan Rp75 per saham.

Hendriko bilang, kenaikan emiten migas ini dipicu oleh katalis positif jangka pendek, akibat penurunan harga minyak pada pekan lalu setelah OPEC+ mengumumkan akan mengurangi pemotongan produksi mulai Oktober 2024 hingga September 2025.

“Penurunan harga minyak pada pekan lalu berpotensi memberikan sentimen positif jangka pendek bagi emiten produsen migas dan penunjang migas seperti MEDC, ENRG, WINS, ELSA, dan LEAD,” jelasnya. 

Hendriko menambahkan, driving season merupakan musim berkendara di AS, yang biasanya menyebabkan kenaikan permintaan bahan bakar. Driving season dimulai sejak perayaan Memorial Day hingga Labor Day. Pada tahun ini, driving season jatuh pada 27 Mei–2 September 2024.

Prospek Harga Minyak

Senada, Andrey Goilov, analis dari RoboForex, mengungkapkan bahwa kenaikan harga minyak pada awal pekan ini didorong oleh optimisme pasar terhadap permintaan bahan bakar pada musim panas yang akan datang. 

“Berita bahwa pemerintah AS sedang memanfaatkan kesempatan untuk mengisi kembali cadangan minyak strategisnya dengan harga yang relatif rendah, terutama pada kisaran harga minyak sekitar 79 USD per barel, juga turut mempengaruhi tren ini,” katanya dikutip dari fxstreet.com.

Ia mengungkapkan dengan dimulainya pertemuan Federal Reserve AS hari ini, kehati-hatian pasar diharapkan. Data ketenagakerjaan AS yang kuat baru-baru ini untuk bulan Mei menunjukkan bahwa The Fed mungkin akan mempertahankan kebijakan moneter ketatnya lebih lama dari yang diperkirakan. 

“Potensi perubahan kebijakan ini dapat mengurangi prospek pertumbuhan ekonomi AS dan berdampak pada permintaan energi, sehingga membuat pernyataan The Fed mendatang sangat signifikan bagi pasar minyak.

Selain itu, pelaku pasar dengan sabar menunggu rilis laporan American Petroleum Institute (API) mengenai persediaan minyak mentah dan produk minyak bumi hari ini dan laporan serupa dari Departemen Energi pada hari Rabu. 

“Rilis data ini, bersama dengan laporan pasar bulanan dari Energy Information Administration (EIA), OPEC, dan International Energy Agency (IEA) pada minggu ini, dapat lebih mempengaruhi dinamika harga minyak,” tandasnya.