Emiten Perbankan Tertekan Walau Kebijakan Suku Bunga BI Sesuai Ekspektasi, Ini Penyebabnya
- Pelemahan pada IHSG pada perdagangan kemarin utamanya disebabkan oleh merosotnya saham-saham emiten bank berkapitalisasi pasar terbesar
Bursa Saham
JAKARTA - Pada perdagangan kemarin, Kamis, 22 Juni 2023, emiten-emiten perbankan berkapitalisasi pasar terbesar (big caps) mengalami tekanan walaupun kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar.
Pada perdagangan kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,75% di posisi 6.652,26 setelah sebelumnya bergerak di rentang 6.652,26-6.717,97.
Pelemahan pada IHSG pada perdagangan kemarin utamanya disebabkan oleh merosotnya saham-saham emiten bank berkapitalisasi pasar terbesar.
- Provident Investasi Bersama (PALM) Tambah Portofolio di Mega Manunggal Property
- IPO Hari Ini, Saham Graha Mitra Asia (RELF) Oversubscribed 6,28 Kali
- Melantai di Bursa, Graha Mitra Asia (RELF) Akan Bagikan Dividen 50 Persen dari Laba Bersih
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang merupakan emiten perbankan dengan kapitalisasi pasar terbesar ditutup melemah 0,82% di posisi Rp9.050 perlembar.
Kemudian, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI/BBRI) menyusut 1,79% di level Rp5.475 perlembar, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI/BBNI) melemah 0,55% di harga Rp9.050 perlembar, sedangkan saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) menurun 0,75% di level Rp1.330 perlembar.
Founder WH Project William Hartono mengatakan, setelah suku bunga acuan BI diumumkan tidak berubah, IHSG ditutup dengan pelemahan yang dipimpin oleh emiten big caps di sektor perbankan.
William mengatakan, mungkin ada sebagian investor yang merasa aneh dengan merosotnya emiten-emiten perbankan meskipun kebijakan moneter yang ditempuh oleh BI sesuai dengan ekspektasi pasar.
Menurut William, merosotnya emiten perbankan pada perdagangan kemarin disebabkan oleh prospek sahamnya yang dinilai kuran menarik. Pasalnya, dengan suku bunga yang tidak naik, maka pendapatan bunga kredit pun dikhawatirkan tidak akan bertumbuh.
"Hal ini membuat sektor perbankan menjadi relatif tidak menarik sehingga aksi lepas saham pun terjadi," ujar William dikutip dari riset harian, Jumat, 23 Juni 2023.
- Viral! Nama Messi Muncul Dalam Daftar Penerbangan ke Jakarta
- Tersangka Baru Kasus BTS Kominfo Terungkap, Saham Emiten Milik Suami Puan (RAJA) Langsung ARB
- Korupsi BTS Menkominfo: Mencari Sinyal di Wilayah 3T
Sebagai informasi, BI memutuskan untuk menahan suku bunga di level 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur yang diselenggarakan pada 21-22 Juni 2023 kemarin.
Selain mempertahankan suku bunga BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRRR) di level 5,75%, RDG juga memutuskan untuk mempertahankan suku bunga deposit facility di level 5% dan suku bunga lending facility di posisi 6,5%.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan ini konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2%-4% pada sisa tahun 2023 dan 2024.
Dalam kesempatan yang sama, Perry mengungkapkan bahwa pihaknya pun memandang masih adanya potensi bagi The Fed untuk mengerek suku bunga.
Tekanan inflasi yang masih tinggi di AS, terutama karena ketatnya pasar tenaga kerja di tengah kondisi ekonomi yang masih cukup baik, dan tekanan stabilitas sistem keuangan yang mulai memulih.
"Kebijakan moneter juga masih ketat di Eropa, dan di Jepang cenderung longgar," kata Perry dalam konferensi pers RDG BI yang ditayangkan secara virtual, Kamis, 22 Juni 2023.