Emiten Petrokimia Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp436 Miliar, Saham TPIA Amblas 6,71%
Pada perdagangan hari ini, saham TPIA ada di level Rp6.950 dari hari sebelumnya Rp7.450. Hasilnya, saham TPIA sudah turun 33,01% dari posisi akhir 2019 Rp10.375 per lembar.
Industri
JAKARTA – Perusahaan petrokimia milik konglomerat Prajogo Pangestu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk., harus merugi. Hingga semester I tahun ini, kerugian emiten dengan kode saham TPIA itu mencapai US$29,9 juta atau setara Rp436 miliar (kurs tengah BI Rp14.605 per dollar AS).
Namun Direktur Chandra Asri Suryandi menilai, pihaknya melihat ada peningkatan aktivitas industri terutama di China dan NEA, yang mengarah pada penguatan permintaan polymer. Namun penurunan nilai minyak mentah dunia menurunkan harga naphtha.
Alhasil, spread polymer perseroan naik 20% sampai 30% ke tingkat laba pertengah siklus industri per Juni 2020. “Pada semester I, kami mencatat pendapatan bersih US$841,4 juta. EBITDA US$4,5 juta dan rugi bersih US$29,9 juta,” terang Suryandi melalui pernyataan tertulis, Senin, 27 Juli 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Suryandi juga menyampaikan, neraca Chandra Asri tetap kuat dengan peningkatan likuiditas US$931 juta pada 30 Juni 2020 termasuk US$649 juta kas dan setara kas. Jumlah itu naik dari US$880 juta dan US$624 juta pada kuartal I-2020.
Selain itu, permintaan keseluruhan tetap sehat dan Chandra Asri mengharapkan pemulihan yang signifikan di paruh kedua 2020, dengan rebound signifikan sejak fase trough industri petrokimia pada Q1 2020.
Pelunasan Utang
Mempertimbangkan peningkatan profitabilitas bisnis, peningkatan ketahanan finansial, dan peningkatan prospek bisnis, Chandra Asri telah mengalami kemajuan pada Juli 2020 untuk melunasi sebagian utangnya.
Salah satunya pelunasan lebih awal sebesar US$125 juta dari pinjaman berjangka yang dijamin untuk mengurangi tingkat utang.
“Sambil terus berinvestasi dalam program Transformasi Digital kami di seluruh operasional dan kegiatan keuangan bersama dengan para pemimpin industri dan mitra jangka panjang, untuk menjadi pemimpin Industri 4.0 di Indonesia,” ungkap Suryandi.
Per 30 Juni 2020, jumlah liabilitas Chandra Asri berkurang menjadi US$1,6 miliar dari US$1,69 miliar pada 2019. Hal ini, kata Suryandi, terutama karena utang usaha yang lebih rendah sebesar US$462 juta ditambah dengan liabilitas pajak tangguhan yang lebih rendah sebesar US$95,1 juta atas perubahan tarif pajak penghasilan badan Indonesia.
Namun Chandra Asri punya utang berbunga lebih tinggi di US$95,4 juta termasuk fasilitas kredit modal kerja US$70 juta.
Di sisi lain, tambah Suryandi, jumlah aset perseroan turun menjadi US$3,32 miliar pada 30 Juni 2020. Aset itu terkoreksi 3,6% dari posisi akhir 2019 US$3,45 miliar. “Terutama karena piutang yang lebih rendah yang mencerminkan pelemahan harga jual rata-rata yang lebih rendah,” terangnya.
Bersamaan dengan pengumuman kinerja Chandra Asri hingga semester I-2020, saham TPIA langsung anjlok 6,71%. Saham TPIA jeblok hingga menyentuh batas bawah penurunan (auto rejection).
Pada perdagangan hari ini, saham TPIA ada di level Rp6.950 dari hari sebelumnya Rp7.450. Hasilnya, saham TPIA sudah turun 33,01% dari posisi akhir 2019 Rp10.375 per lembar. (SKO)