Emiten yang Berpotensi Untung Berkat Kenaikan UMP, AMRT dan UNVR Beda Arah
- Kenaikan UMP 2025 lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kenaikan upah di beberapa tahun terakhir, meskipun masih di bawah lonjakan yang terjadi pada 2023.
Bursa Saham
JAKARTA – Sejumlah emiten di sektor konsumer diperkirakan akan mendapat manfaat dari kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar 6,5% pada tahun 2025. Emiten yang berpotensi merasakan dampak positif tersebut antara lain PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT).
Stockbit Sekuritas mencatat bahwa kenaikan UMP 2025 lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kenaikan upah di beberapa tahun terakhir, meskipun masih di bawah lonjakan yang terjadi pada 2023.
Kenaikan ini diperkirakan dapat mendorong daya beli konsumen, yang pada gilirannya akan memberikan dampak positif pada emiten-emiten barang konsumer seperti ICBP dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR).
- Saham BBCA di Bawah Rp10.000 Meski Raup Laba Rp46,23 T, Waktunya Serok?
- Prabowo Tolak Gabung Blok Pertahanan, Pilih Blok Ekonomi Ini
- DPRD: Rp10 Ribu Tak Cukup untuk Makan Bergizi di Jakarta
“Namun, emiten dengan beban operasional tinggi, seperti PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), diperkirakan akan merasakan tekanan pada profitabilitas mereka,” jelasnya dikutip pada Selasa, 3 Desember 2024.
Perusahaan efek ini mencatat bahwa sektor barang konsumer sendiri terus menunjukkan pertumbuhan volume domestik yang kuat pada kuartal III-2024. Emiten seperti ICBP, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan AMRT berhasil memanfaatkan permintaan yang stabil serta menerapkan strategi harga yang tepat.
Ekspansi ke luar Jawa juga memberikan keuntungan tambahan bagi AMRT dan PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), yang pada gilirannya mampu menekan biaya operasional mereka.
Namun, beberapa emiten menghadapi tantangan yang cukup berat. PT Mayora Indah Tbk (MYOR) tertekan oleh kenaikan biaya bahan baku yang mengurangi margin keuntungan perusahaan. Begitu pula dengan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), yang mengalami penurunan pendapatan akibat boikot produk dan isu harga yang sensitif di pasar.
Di sisi lain, PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) berhasil mencatat pertumbuhan laba kotor yang solid, didorong oleh normalisasi harga bahan baku yang memungkinkan efisiensi operasional dan pengelolaan biaya yang lebih baik.
Sementara itu, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Abyan H. Yuntoharjo, menyebut sektor konsumer tetap tangguh, meskipun menghadapi tantangan dari stabilitas harga dan kenaikan biaya.
Mirae mempertahankan pandangan netral terhadap sektor ini, dengan rekomendasi saham sebagai berikut:
- ICBP: Trading Buy, target harga Rp 14.000
- MYOR: Buy, target harga Rp 3.600
- MIDI: Buy, target harga Rp 540
- INDF: Hold, target harga Rp 8.100
- AMRT: Buy, target harga Rp 3.500
- CMRY: Trading Buy, target harga Rp 6.000
- UNVR: Hold, target harga Rp 1.700
Sebagai tambahan, Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli, mengungkapkan bahwa peraturan menteri terkait upah minimum akan dirilis pada Rabu, 4 Desember 2024. Hal ini karena saat pengumuman sebelumnya hanya menyebutkan persentasenya tanpa mencantumkan formula yang jelas.
Yassierli berharap pemerintah daerah segera menerbitkan peraturan penyesuaian upah minimum di masing-masing wilayah. Targetnya, upah minimum provinsi (UMP) dan upah minimum kabupaten/kota (UMK) 2025 dapat diumumkan sebelum Natal 2024.
Di sisi lain, Presiden KSPI sekaligus Presiden Partai Buruh, Said Iqbal, menyatakan bahwa pihak buruh membatalkan rencana mogok nasional setelah tercapai kesepakatan terkait kenaikan upah minimum.
“Angka 6,5% ini akan menjadi acuan bagi masing-masing daerah. Dibandingkan dengan rata-rata kenaikan upah minimum dalam beberapa tahun terakhir, besaran ini lebih tinggi daripada 2024 dan menjadi kenaikan yang relatif signifikan dalam tiga tahun terakhir, meskipun masih di bawah kenaikan pada 2023,” jelasnya.