<p>Sejumlah tamu memesan menu makanan di resto COUZ Steak House, Kemang, Jakarta, Selasa, 13 Oktober 2020. Pemprov DKI Jakarta memperbolehkan kembali masyarakat makan di tempat atau dine-in di restoran, rumah makan dan cafe dengan protokol kesehatan khusus diantaranya maksimal 50 persen kapasitas serta jarak antarmeja dan kursi minimal 1,5 meter kecuali untuk pengunjung yang satu domisili. Selain itu, pengunjung dilarang berpindah-pindah atau berlalu-lalang, alat makan dan minum disterilisasi secara rutin, serta pelayan rumah makan atau kafe wajib mengenakan masker, face shield, dan sarung tangan.<br />
Hal itu berlaku selama  PSBB transisi mulai 12 hingga 25 Oktober 2020. Dine-in diperkenankan mulai pukul 6 pagi sampai 9 malam. Layanan take-away dan delivery order tetap beroperasi selama 24 jam. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Gaya Hidup

Enggan Pakai Masker Bisa Jadi Tanda Gangguan Kepribadian

  • JAKARTA- Hingga saat ini masih banyak orang yang menolak mengenakan masker karena beragam alasan mulai dari tidak nyaman hingga sikap meremehkan virus Corona. Sebuah studi dari Brazil menyebutkan ternyata mereka yang anti-masker saat berada di ruang publik ini mungkin memiliki hubungan dengan gangguan kepribadian antisosial. Temuan ini didapat setelah para ilmuwan melakukan survei pada lebih […]

Gaya Hidup
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

JAKARTA- Hingga saat ini masih banyak orang yang menolak mengenakan masker karena beragam alasan mulai dari tidak nyaman hingga sikap meremehkan virus Corona.

Sebuah studi dari Brazil menyebutkan ternyata mereka yang anti-masker saat berada di ruang publik ini mungkin memiliki hubungan dengan gangguan kepribadian antisosial.

Temuan ini didapat setelah para ilmuwan melakukan survei pada lebih dari 1.500 orang dalam kelompok usia 18-73 tahun. Melalui kuesioner mereka bertanya tentang kepatuhan para partisipan terhadap tindakan pencegahan COVID-19, termasuk memakai masker.

Hasilnya, sebagaimana dilaporkan The Independent ilmuwan menemukan ada dua pola yakni profil antisosial atau resisten terhadap tindakan keamanan dan profil empati atau patuh.

Profil antisosial mendapat skor lebih tinggi dalam pertanyaan kepribadian terkait dengan tidak berperasaan, tipu daya, permusuhan, impulsif, tidak bertanggung jawab, manipulatif, dan pengambilan risiko. Semua ini merupakan ciri khas dari gangguan kepribadian antisosial (ASPD). Mereka juga mendapat nilai lebih rendah dalam resonansi afektif.

Sementara mereka yang tergolong masuk profil empati memiliki skor yang lebih tinggi dalam resonansi afektif dan skor yang lebih rendah pada sifat-sifat yang terkait dengan ASPD.

Tim peneliti berharap temuan tersebut akan membantu membujuk pejabat kesehatan untuk berbuat lebih banyak untuk mendidik masyarakat dan mempengaruhi kebijakan mereka.

“Melalui pemeriksaan yang menunjukkan peningkatan pada ciri-ciri (ASPD) ini, intervensi dapat dilakukan dengan tujuan pada kesadaran yang lebih besar dan kepatuhan konsekuen dengan tindakan penahanan,” kata mereka.