Dunia

Erdogan Tepati Janji, Swedia Selangkah Menuju NATO

  • Sekretaris Jenderal NATO Jen Stoltenberg dalam sebuah pernyataan mengatakan pihaknya menantikan pemungutan suara yang cepat untuk meratifikasinya.
Dunia
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

ANKARA- Swedia bergerak selangkah lebih dekat untuk bergabung dengan NATO. Ini setelah Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan mengajukan rancangan undang-undang ke parlemen untuk meminta persetujuan aksesi Swedia ke aliansi militer tersebut.

Sebanyak 31 negara anggota NATO lainnya telah meratifikasi tawaran keanggotaan Swedia. Hanya  Turkiye  dan Hongaria yang belum meratifikasinya.

Erdogan telah berjanji kepada sekutu NATO bahwa dia akan mengajukan rancangan undang-undang untuk meratifikasi keanggotaan Swedia ketika parlemen dibuka kembali pada 1 Oktober. Dan rancangan undang-undang tersebut akhirnya diserahkan pada hari Senin 23 Oktober 2023.

Sebelumnya, Turkiye  menuduh Swedia menyembunyikan teroris sebagai alasan penundaan tersebut. Ankara mengatakan Stockholm perlu mengambil tindakan yang lebih agresif untuk menindak Partai Pekerja Kurdistan atau  PKK, sebelum tawaran keanggotaan Swedia dapat diratifikasi. PKK dianggap sebagai organisasi teroris oleh Turki, Amerika, dan Uni Eropa.

Keputusan Turkiye tentu saja disambut baik oleh NATO dan Swedia. Mereka mengeluarkan pernyataan memuji Erdogan. Sekretaris Jenderal NATO Jen Stoltenberg dalam sebuah pernyataan mengatakan pihaknya menantikan pemungutan suara yang cepat untuk meratifikasinya. Dan  segera menyambut Swedia sebagai sekutu penuh NATO. “Ini akan membuat seluruh Aliansi lebih kuat dan aman,” katanya.

Sementara Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson di X mengatakan pihaknya senang mendengar Presiden  Erdogan telah menyerahkan dokumen ratifikasi kepada Parlemen. “Sekarang tinggal Parlemen yang menangani masalah ini. Kami berharap dapat segera menjadi anggota NATO.”

Swedia berupaya mengikuti negara tetangganya, Finlandia menjadi anggota NATO. Finlandia bergabung dengan aliansi tersebut pada bulan April dan Turkiye  menyatakan bahwa mereka telah mengatasi masalah keamanannya.

Berpuluh-puluh tahun kedua negara Nordik ini memilih untuk bersikap netral.  Keputusan negara-negara Nordik untuk mencari perlindungan militer di bawah NATO terjadi setelah Rusia melancarkan invasi  ke Ukraina tahun lalu.

Kerugian Rusia

Masuknya Swedia ke NATO jelas akan menjadi kerugian tersendiri bagi Rusia. Salah satu alasan invasi ke Ukraina adalah karena Moskow ingin menghentikan perluasan NATO,  tetapi yang terjadi justru sebaliknya.

Keputusan untuk mengajukan RUU ratifikasi juga terjadi setelah Erdogan gagal membujuk kembali presiden Rusia Vladimir Putin kembali ke kesepakatan biji-bijian Laut Hitam. Selama ini dalam beberapa hal Putin dan Erdogan memiliki hubungan yang kuat, meski di beberapa bagian lain keduanya saling berhadap-hadapan.

Bagi Ukraina ini akan menjadi keuntungan. Terlebih terakhir Swedia menyatakan bersedia menyumbangkan jet tempur Gripen ke Kyiv. Dengan syarat negara itu diizinkan bergabung dengan NATO.

Tawaran tersebut termasuk paket senjata senilai  US$200 juta, amunisi kaliber 155 milimeter,  dan dukungan pertahanan lainnya untuk Ukraina. Tawaran itu disampaikan  dalam upaya diplomatik  untuk membujuk Turkiye agar segera memberikan izin.

Tawaran bersyarat Swedia memberikan  JAS -39 gripen juga datang ketika NATO sedang berlomba melatih pilot Ukraina  untuk menerbangkan F-16. Sejumlah negara sekutu telah berjanji untuk menyumbangkan setidaknya 60 F-16 ke Ukraina setelah pilotnya siap.