<p>Ekspor baja produksi BUMN PT Krakatau Steel (Persero) Tbk / Dok. Perseroan</p>
Korporasi

Erick Ingin KRAS Kuasai 50 Persen Saham Krakatau Posco

  • Menteri BUMN Erick Thohir ingin meperbesar saham Krakatau Steel di perusahaan patungan dengan Pohang Iron and Steel Company atau Posco menjadi 50%.

Korporasi

Daniel Deha

JAKARTA - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) dan Pohang Iron and Steel Company atau Posco membentuk perusahaan patungan atau joint venture bernama PT Krakatau Posco. Perusahaan ini dibentuk pada 2011 dengan fokus pada produksi baja.

Krakatau Posco bahkan menjadi pabrik baja terpadu yang memiliki teknologi blast furnace atau tanur tiup pertama di Indonesia.

Saham Krakatau Steel di perusahaan patungan ini diketahui sebesar 30%, sedangkan sisanya dimiliki oleh Posco.

Menteri BUMN Erick Thohir memandang bahwa porsi saham tersebut masih sangat kecil. Bersama dengan direksi Krakatau Steel, Erick telah melakukan negosiasi untuk memperbesar porsi saham.

Dia menegaskan bahwa proses negosiasi tersebut dilakukan sebagai bagian dari upaya menyehatkan kembali produsen baja nasional yang sudah lama sakit akibat terlilit utang akibat investasi blast furnance Rp28,5 triliun.

"Kita juga kembali, bersama Posco kita negosiasi, yang tadi saham minoritas paling tidak fifty-fifty. Karena partnership dengan Posco ini luar biasa karena Posco yang sudah bekerja secara baik enam-tujuh tahun terakir dan net-incomenya sangat positif dari Posco ini. Dan kemarin sudah ada negosiasi, ktia akan naiklah menjadi fifty-fifty," ujar dalam acara Talk Show Bangkit Bareng, Selasa, 28 September 2021.

Erick mengatakan, proses negosiasi pembagian saham tersebut sudah mulai ada titik terang. Presiden Joko Widodo sendiri mendukung upaya Krakatau Steel untuk memiliki saham lebih besar dari saat ini.

"Dan ini tentu sebenarnya kalau mereka nggak mau, boleh saja, tetapi inilah pendekatan B to B secara profesional. Ya saya juga datang berapa kali, kemarian Bapak Presiden juga datang. Ini membuat konfidence juga partner kita," katanya.

Erick berharap kerjasama Krakatau Steel dengan Posco terus berjalan sesuai kontrak awal yang dibuat beberapa tahun silam. Hal itu guna membantu peningkatan produktivitas industri baja nasional yang cenderung masih bergantung pada impor.

"Karena kenapa, di industri baja ini impornya masih banyak. Kita mulai menjaga supply chain supaya impornya dikurangi. Ya dengan apa, memberikan produk-produk yang berkualitas dan kompetitif harganya. Ini kita lakukan sama Posco," papar Erick.

Diresmikan Jokowi

Baru-baru ini, pabrik industri baja milik Krakatau Steel di Cilegon, Banten, diresmikan Presiden Jokowi. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi hot rolled coil (HRC) sebesar 1,5 juta ton per tahun dan merupakan pabrik pertama Indonesia yang bisa menghasilkan HRC kualitas premium.

Jokowi menargetkan produksi emiten baja ini mencapai empat juta ton per tahun guna menekan impor baja.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan baja merupakan komoditas terbanyak kedua yang diimpor. Pada semester pertama tahun ini, impor baja meningkat 51,18% menjadi US$5,36 miliar setara Rp76,3 triliun.

Dalam lima tahun terakhir, kebutuhan baja domestik memang meningkat hingga 40% dan akan diprediksi akan terus meningkat.

"Industri ini sangat strategis, oleh sebab itu, saya memberikan perhatian besar pada industri baja ini. Produk yang dihasilkan sangat dibutuhkan dan dimanfaatkan oleh industri-industri lain," kata Jokowi.

Jokowi berharap agar perusahaan berkode saham KRAS ini terus melakukan transformasi dan restrukturisasi agar menghasilkan kapasitas produksi yang makin besar.

"Saya titip kepada para Menteri (Erick Thohir) untuk terus mendukung para pelaku industri baja dan besi, mendukung BUMN kita agar menjadi profesional dan menguntungkan untuk mewujudkan klaster 10 juta ton industri baja di Cilegon ini, yang ditargetkan akan terealisasi di tahun 2025," harap Jokowi.

Erick mengatakan, sejak awal tahun 2020, proses restrukturisasi Krakatau Steel berjalan cukup bagus. Hal itu terbukti dari kinerja keuangan perusahaan yang mulai positif.

Hingga Agustus 2021, Krakatau Steel sudah mencetak laba sebesar Rp800 miliar, naik dari tahun lalu yang hanya Rp67 miliar. "Restrukturisasi, alhamdulilah sudah berjalan dengan baik," terang Erick.

Pada Januari tahun 2020, Krakatau Steel telah menuntaskan proses restrukturisasi utang senilai US$2,2 miliar di Kementerian BUMN.

Kesepakatan restukturisasi itu telah selesai ditandatangani oleh keseluruhan kreditur pada 12 Januari 2020 lalu. Disebutkan, dengan adanya restrukturisasi tersebut, perusahaan mampu melakukan penghematan biaya pembayaran utang senilai US$685 juta dalam sembilan tahun.

Hal itu karena dalam sembilan tahun ke depan beban bunga utang perusahaan turun dari US$847 juta menjadi US$466 juta.