Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.
Industri

Erick Mulai Ketar-Ketir dengan Kehadiran Metaverse, Ini Instruksinya ke BUMN

  • Erick Thohir rupanya mulai mewaspadai disrupsi teknologi setelah kemunculan produk artificial intelligence (AI) milik bos Facebook Inc. Mark Zuckerberg, metaverse.

Industri

Daniel Deha

JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir rupanya mulai mewaspadai disrupsi teknologi setelah kemunculan produk artificial intelligence (AI) milik bos Facebook Inc. Mark Zuckerberg, metaverse.

Metaverse merupakan nama baru dari Facebook yang diluncurkan pada 28 Oktober 2021 lalu di acara Connect 2021. Metaverse disebut-sebut proyek masa depan manusia yang membantu orang-orang terhubung, menemukan komunitas, dan mengembangkan bisnisnya di dunia maya.

Erick mengatakan bahwa kemunculan metaverse merupakan sebuah keniscayaan yang menandai gelombang ketiga perkembangan teknologi setelah media digital (online) saat ini.

"Sekarang sudah banyak yang bicara juga mengenai metaverse, gelombang ketiga di mana sebuah ekosistem digital yang di situ terjadi, menjadi turunannya seperti Bitcoin, NFT (non fungible token) dan hal-hal lainnya yang tidak pernah terpikirkan selama ini," katanya pada 'Dies Natalis Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia' dilihat di Youtube Humas FEB UI Jumat, 10 Desember 2021.

Dia menegaskan bahwa BUMN sebagai lokomotif  pembangunan nasional harus mampu beradaptasi dengan disrupsi teknologi dan terpacu melakukan berbagai penerapan program digitalisasi dan pengembangan teknologi.

Untuk itu, BUMN dituntut untuk harus mengoptimalisasi potensi bisnis digital yang berskala besar dengan cakupan pangsa pasar yang juga tidak kalah luas di dalam negeri.

"Karena itu kita mendorong transformasi digital yang berdasarkan pada tiga perspektif meliputi BUMN infrastruktur berupa jaringan fiber optik dan jaringan 5G, pendanaan seperti Initiative Capital Venture untuk pendanaan start up karya anak bangsa agar tidak lari ke luar negeri, dan tentu yang terakhir ekosistem dalam bentuk platform digital nasional sebagai enabler kreator lokal," papar mantan bos Inte Milan.

Dalam mewujudkan misi digitalisasi BUMN, Erick sangat mengapresiasi inovasi dan kreativitas anak bangsa yang terus bertumbuh. Hingga saat ini Indonesia telah memiliki 2.310 start up dan masuk lima besar dunia. Sebanyak delapan start up berstatus unicorn dan satu decacorn.

"Menurut data yang ada, 10 start up berpeluang naik menjadi unicorn," imbuhnya.

Erick mengungkapkan, keterlibatan anak muda dalam pembangunan nasional semakin terasa. Hal ini penting sebagai persiapan menuju visi "Indonesia Emas 2045".

Namun demikian, untuk mencapai ambisi tersebut pemerintah harus memiliki fondasi sumber daya manusia yang memadai. Erick menyebut bahwa modal SDM menjadi kekuatan utama untuk masa depan Indonesia.

"Karena transformasi bisnis dan digital tidak akan ada artinya apabila kita tidak melakukan transformasi human capital terutama di generasi muda. Oleh karena itu BUMN menyiapkan karpet merah bagi talenta hebat dari perguruan tinggi," ungkapnya.

Seiring perkembangan teknologi, Erick memandang bahwa sudah saatnya BUMN memanfaatkan platform digital sebagai tumpuan utama pertumbuhan bisnis.

"BUMN keluar dari zona nyaman dalam merespon disrupsi teknologi, perubahan perilaku konsumen dan revolusi industri 4.0, melakukan berbagai penerapan program digitalisasi dan pengembangan teknologi," katanya.