Erick Thohir Ajak Antisipasi Gelombang Kedua Disrupsi Digital
- “Tetapi gelombang kedua disrupsi digital yang harus kita antisipasi sekarang ini apakah yang namanya fintech, healthtech, edutech, media tech, insurance tech. Ini yang memang kita saya rasa agak ketinggalan,"
Tekno
JAKARTA- Menteri BUMN Erick Thohir mengimbau masyarakat Indonesia untuk bersiap mengantisipasi gelombang kedua disrupsi digital.
Menurutnya gelombang disrupsi pertama telah terjadi di Indonesia dan bisa dilihat jelas di berbagai sektor seperti transportasi, makanan dan minuman, ritel.
“Tetapi gelombang kedua disrupsi digital yang harus kita antisipasi sekarang ini apakah yang namanya fintech, healthtech, edutech, media tech, insurance tech. Ini yang memang kita saya rasa agak ketinggalan," ujar Erick Thohir dalam seminar daring yang diselenggarakan Universitas Indonesia di Jakarta, Sabtu 4 September 2021.
Menurut Erick, era saat ini tentu berbeda dengan era-era sebelumnya. Memang suka tidak suka bahwa era saat ini adalah era teknologi, apalagi dengan adanya COVID-19 hal itu lebih mempercepat lagi transformasi.
Tentu di era disrupsi ini juga terdapat peluang sekaligus ancaman, dan kedua hal tersebut harus benar-benar diantisipasi.
Kalau melihat dari segi bisnisnya pada 2005, banyak perusahaan besar dunia lebih berdasarkan sumber daya alam. Namun kalau melihat saat ini perusahaan-perusahaan yang masuk daftar 10 besar dunia, tujuh di antaranya merupakan perusahaan teknologi seperti Google, Apple, Microsoft dan sejenisnya.
"Itu yang kenapa sekarang pemerintah benar-benar coba mengelaborasi yang namanya hilirisasi ekonomi digital. Karena kita jangan terus kalah, apalagi pada momentum COVID-19 ini percepatannya luar biasa," kata Erick.
Indonesia sendiri, lanjut dia, memiliki potensi yang luar biasa dalam ekonomi digital. Kalau melihat PDB China sebesar US$14 triliun, Amerika Serikat sebesar US$21 triliun, dan Indonesia baru sekitar US$1 triliun.
Namun kalau ditarik ke 2045, di mana nantinya Indonesia menempati peringkat 4 ekonomi terbesar dunia maka PDB tersebut akan mengalami peningkatan. Kalau dibandingkan dengan China yang memiliki 101 perusahaan rintisan atau startup unicorn dan Amerika Serikat 207 startup unicorn, maka Indonesia baru 5 startup unicorn.
Dengan demikian secara potensi jika dibandingkan secara apple to apple, potensi startup Indonesia bisa meningkat menjadi 25 startup unicorn dengan pertumbuhan PDB.
"Ini yang saya harapkan juga tadi kita mulai membuka kepala dan mata kita bahwa era saat ini merupakan eranya teknologi. Jadi teknologi menjadi kunci ke depan bagi kita menuntun karier kita atau mentransformasi diri kita menjadi usahawan (entrepreneur) atau profesional. Hal tersebut memang sudah tidak terelakkan," ujar Erick Thohir.