Korporasi

Erick Thohir Bentuk Tim Restrukturisasi Utang Garuda Indonesia

  • Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir membentuk project management office (PMO) untuk menyelamatkan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Tim ini dibentuk untuk menyelesaikan restrukturisasi kewajiban Garuda Indonesia kepada sejumlah debitur.

Korporasi
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir membentuk project management office (PMO) untuk menyelamatkan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Tim ini dibentuk untuk menyelesaikan restrukturisasi kewajiban Garuda Indonesia kepada sejumlah debitur.

Dalam keterbukaan informasi di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyatakan langkah ini ditempuh untuk mengurangi sedikit demi sedikit beban keuangan perusahaan. Tim ini akan melakukan negosiasi hingga mengupayakan restrukturisasi kewajiban emiten berkode GIAA tersebut.

“Dukungan pemerintah terhadap proses restrukturisasi perseroan ditandai dengan telah dibentuknya PMO restrukturisasi oleh Kementerian BUMN,” kata Irfan dalam keterbukaan informasi, kamis, 10 Juni 2021.

Seperti diketahui, Garuda Indonesia mengalami pembengkakan utang hingga Rp70 triliun. Utang Garuda Indonesia diperkirakan bisa bertambah Rp1 triliun per bulan. Di sisi lain, pendapatan perusahaan pelat merah ini tidak cukup untuk menutup biaya operasional hingga utang tersebut.

Berdasarkan laporan keuangan terakhir perusahaan, GIAA diketahui tercatat berutang kepada pihak berelasi, yakni bank anggota Himpunan Bank Milik Negara (Himbara). Jumlah utang GIAA kepada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk saja mencapai US$517,68 juta pada kuartal III-2020.

Utang berelasi lainnya sebesar US$620,64 juta ditarik GIAA dari PT Pertamina (Persero), PT Gapura Angkasa, PT Angkasa Pura II (Persero), hingga Perum LPPNPI.

Selain itu, GIAA juga memiliki utang terhadap pihak tidak berelasi lainnya. Restrukturisasi ini dinilai GIAA bisa memperpanjang napas perusahaan selagi menunggu kajian soal empat opsi penyelamatan yang dicetuskan Kementerian BUMN.

“Saat ini perseroan sedang melakukan diskusi dengan konsultan dan perseroan akan mengupayakan opsi terbaik yang akan dikaji dalam upaya pemulihan kinerja dan memastikan keberlangsungan usaha perseroan, yang melibatkan seluruh stakeholders dan persetujuan pemegang saham,” ujar Irfan.

Tidak hanya itu, GIAA tercatat melakukan efisiensi dengan memotong gaji dan tunjangan seluruh karyawan sejak November 2020. Upaya ini, kata manajemen, dilakukan untuk mengurangi beban pembiayaan bulanan perusahaan.

Berikut nominal pemotongan gaji berdasarkan posisi/jabatan :

1. Direksi dan Komisaris: 50%

2. Vice President, Captain, First Office, dan Flight Service Manager: 30%

3. Senior Manager: 25%

4. Flight Attendant, Expert, dan Manager: 20%

5. Duty Manager dan Supervisor: 15%

6. Staff (Analyst, Officer atau setara) dan Siswa: 10%. (LRD)