<p>Indonesia terletak di sepanjang garis khatulistiwa dengan iradiasi energi matahari rata-rata 4,80 kWh/m2/ hari. Sehingga energi matahari menjadi pilihan yang baik sebagai alternatif sumber energi. / Bumn.go.id</p>
Nasional

Erick Thohir Genjot Energi Surya

  • Berdasarkan data dari Kementerian BUMN, penggunaan pembangkit listrik ini kurang dari 200 Mega Watt dari total 207,8 Giga Watt potensi yang dimiliki.

Nasional

Drean Muhyil Ihsan

BANDUNG – Kementerian Badan Usaha Milik Negera (BUMN) membentuk Tim Percepatan Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Surya di BUMN per tanggal 27 Juli 2020. Hal itu disetujui dan telah ditanda tangani oleh Menteri BUMN Erick Thohir.

Tim Percepatan terdiri dari Tim Pengarah yang dipimpin langsung oleh Menteri Erick Thohir. Lalu Tim Kerja lain terdiri dari Direktur Operasi I PT Len Industri (Ketua); Direktur Strategi, Portofolio dan Pengembangan Usaha PT Pertamina (Persero); Direktur Mega Project PT Perusahaan Listrik Negara (Persero); Direktur Niaga & Manajemen Pelanggan PT PLN (Persero); serta Chief Executive Officer Subholding Power and New Renewable Energy PT Pertamina (Persero).

Ketua Tim Kerja, Direktur Operasi I PT Len Industri, Linus Andor M. Sijabat menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi energi alternatif tenaga matahari yang sangar besar. Baginya, sayang jika potensi itu dibiarkan begitu saja, terlihat dari masih minimnya jumlah pemakaian.

Nah, BUMN bisa menjadi inisiator atau pelopor di Indonesia sekaligus untuk mengejar target energi bauran 2025 tentang Kebijakan Energi Nasional pada Perpres No.79 tahun 2014. BUMN bisa menjadi role model implementasi green energy di Indonesia dan membantu pemerintah mengurangi emisi gas rumah kaca,” ujarnya melalui keterangan pers di laman resmi Kementerian BUMN.

Potensi Tinggi

Seperti yang sudah diketahui bersama, Indonesia terletak di sepanjang garis khatulistiwa dengan iradiasi energi matahari rata-rata 4,80 kWh/m2/ hari. Dengan begitu, menurutnya energi matahari menjadi pilihan yang baik sebagai alternatif sumber energi.

Ironisnya, lanjut Linus, secara nasional di Indonesia pemanfaatan Pembangkit Listri Tenaga Surya (PLTS) masih sangat minim. Berdasarkan data dari Kementerian BUMN, penggunaan pembangkit listrik ini kurang dari 200 Mega Watt dari total 207,8 Giga Watt potensi yang dimiliki.

“Di lingkungan BUMN sendiri, jika semua perusahaan BUMN memanfaatkan PLTS, potensinya diperkirakan sebesar 1,4 Giga Watt peak (GWp) dengan biaya investasi kurang lebih Rp15 triliun. Pemanfaatannya bisa diterapkan di jalan tol, bandara, SPBU, stasiun, pertambangan, pabrik, kantor, perkebunan, tambang dan sebagainya,” terang Linus.

Sinergi Tiga BUMN

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa instalasi PLTS dapat dilakukan dengan mudah di berbagai lokasi. Pemasangan PLTS dengan berbagai ukuran serta kapasitas menjadi daya tarik tersendiri jika dibandingkan dengan jenis pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) lainnya.

Kebijakan Energi Nasional menyatakan target bauran EBT sebesar 23% pada tahun 2025 dan paling sedikit 31% sampai dengan tahun 2050. Di dalamnya target penyediaan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 6,5 Giga Watt pada tahun 2025 dan sebesar 45 Giga Watt pada tahun 2050.

Oleh karena itu, kata Linus, diperlukan sebuah strategi percepatan pembangunan PLTS, di antaranya dengan pembentukan tim percepatan ini. Pembentukan tim juga sebagai tindak lanjut dari penandatanganan Head of Agreement (HOA) tentang kerjasama PLTS ketiga BUMN yaitu Len, PLN, dan Pertamina pada Oktober 2019 lalu. (SKO)