Erick Thohir Makin Berkibar, Nasib ABBA dan MARI Makin Merana
- JAKARTA – Rekam jejak Erick Thohir di dunia sepak bola memang cukup mentereng. Pada 16 Februari lalu, Menteri Badan Usaha Milik Negara ini menang 66 suara
Korporasi
JAKARTA – Rekam jejak Erick Thohir di dunia sepak bola memang cukup mentereng. Pada 16 Februari lalu, Menteri Badan Usaha Milik Negara ini menang 66 suara atas pesaingnya La Nyalla dengan 22 suara di bursa pemilihan ketua umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).
Meski usia jabatannya baru seumur jagung, Erick memberi kejutan dengan keberhasilannya melobi Tim Nasional (timnas) Argentina untuk mau uji coba melawan timnas Indonesia pada 19 Juni mendatang.
Pertandingan tersebut memiliki prestis yang tinggi, sebab peraih gelar Piala Dunia 2022 sekaligus negara peringkat satu FIFA ‘sudi’ melawan Indonesia yang berperingkat 149 FIFA. Di antara faktor lainnya, sosok Erick menjadi salah satu alasan Argentina bersedia menjajal kemampuan atlet sepak bola Tanah Air.
Rupanya, adik dari konglomerat Boy Thohir ini cukup dikenal di Argentina karena pernah memiliki klub besar seperti Inter Milan. “Saya jelaskan bahwa Argentina bisa bermain dengan Indonesia karena Ketua Umum PSSI Erick Thohir. Ia orang terpandang di Argentina dan juga pernah menjadi pemilik klub besar di Eropa, Inter Milan,” kata Presiden AFA, Claudio Tapia.
- Bidik Kenaikan Ekspor, Isuzu Pindahkan Pabrik Truk dari Thailand ke Indonesia
- Ilmuwan Temukan 'Dunia yang Hilang' di batuan Australia Berusia Miliaran Tahun
- Melongok Apartemen Messi di Miami Senilai Rp111 Miliar
Nasib Bisnis Media
Selain di dunia sepak bola, Erick juga dikenal sebagai salah satu pengusaha kakap Indonesia. Terhitung, Erick memiliki dua perusahaan publik di bidang media, yakni PT Mahaka Media Tbk (ABBA) dan PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI).
Sayangnya, nasib kedua emiten tersebut tak semenarik manuver Erick di PSSI. Bahkan, laporan keuangan kuartal I-2023 ABBA masuk pemantauan khusus otoritas bursa sebab mengalami defisit modal alias jumlah liabilitas lebih besar dibandingkan dengan aset.
Ekuitas ABBA juga tercatat negatif. Artinya, perusahaan yang mengelola Noice ini memiliki risiko gagal bayar utang yang lebih besar. Pada tiga bulan pertama tahun ini,
aset ABBA berjumlah Rp317,79 miliar, turun dari posisi 31 Desember 2022 Rp388,88 miliar.
Dari aspek likuditas pun turun tajam, per 31 Maret 2023, nilai kas dan setara kas ABBA tercatat sejumlah Rp19,46 miliar, merosot dari Rp74,45 miliar pada akhir 2022.
Usut punya usut, berkurangnya kas dan setara kas disebabkan oleh penarikan deposito dengan mata uang rupiah di beberapa bank seperti BRI, Bank KB Bukopin, dan Bank Aladin Indonesia Syariah.
- Bidik Kenaikan Ekspor, Isuzu Pindahkan Pabrik Truk dari Thailand ke Indonesia
- Ilmuwan Temukan 'Dunia yang Hilang' di batuan Australia Berusia Miliaran Tahun
- Melongok Apartemen Messi di Miami Senilai Rp111 Miliar
Sementara itu, liabilitas ABBA tercatat sebesar Rp325,98 miliar yang terdiri atas liabilitas jangka pendek Rp155,87 miliar dan liabilitas jangka panjang senilai Rp170,11 miliar. Terbesar, adalah utang pihak berelasi yang berjumlah Rp100,73 miliar.
Meskipun mengalami kenaikan pendapatan menjadi Rp30,19 miliar dari Rp25,58 miliar pada kuartal I-2022, sayangnya ABBA tetap membukukan kerugian. Rugi kali ini pun bengkan jadi Rp10,94 miliar dari semula Rp10,01 miliar.
Setali tiga uang, nasib MARI tak jauh berbeda dengan ABBA. Per kuartal I-2023, aset konsolidasian perusahaan radio ini bernilai Rp561,44 miliar, turun dari Rp592,43 miliar. Terdiri dari aset lancar Rp297,64 miliar dan aset tidak lancar Rp263,80 miliar.
Di satu sisi, jumlah liabilitas yang ditanggung MARI nyaris menyamai total aset. Jumlah liabilitas jangka pendeknya Rp33,18 miliar, sementara liabilitas jangka panjangnya jauh melampaui aset tidak lancar, yakni Rp377,16 miliar.
Sama halnya dengan ABBA, pendapatan MARI juga sejatinya tumbuh jadi Rp18,21 miliar dari Rp11, 57 miliar. Apes, pendapatan yang meningkat tak mampu menyelamatkan MARI dari kerugian yang kian dalam. Pada kuartal I-2023, kerugian MARI melambung jadi Rp25,23 miliar dari tadinya Rp13,81 miliar.
Menariknya, meskipun laporan keuangannya merah, Erick tampak masih loyal kepada para karyawannya. ABBA misalnya, masih berbaik hati kepada direksi dan komisaris dengan menaikkan gaji dan tunjangan.
Untuk direksi, ABBA menambah alokasi gaji dan tunjangan menjadi Rp1,93 miliar dari semula Rp1,10 miliar. Sedangkan untuk dewan komisaris, nilainya bahkan meroket 450% dari Rp60,58 juta menjadi Rp330 juta. Sementara untuk karyawannya, kenaikan gaji dan tunjangan naik sedikit dari Rp16,21 miliar menjadi Rp16,32 miliar.
MARI tak kalah murah hati, perseroan menaikkan gaji dan tunjangan menjadi Rp21,96 miliar dari sebelumnya Rp14,83 miliar pada kuartal I-2022.