<p>Vaksin COVID-19 produksi Sinovac Biothech China. / Bbc.com</p>

Erick Thohir Sebut Harga Vaksin COVID-19 Buatan Bio Farma Nyaris Rp450.000

  • Erick bilang vaksin COVID-19 yang ada saat ini berlaku untuk usia 18 tahun ke atas. “Dari informasi terakhir, tadinya vaksin COVID-19 yang ada ini berlaku untuk usia 18 sampai 59 tahun. Tapi dari konfirmasi terakhir, usia di atas 59 tahun sudah bisa menerima vaksin ini,” kata dia.

Sukirno

Sukirno

Author

JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan harga vaksin COVID-19 untuk satu orang sekitar US$25-US$30 atau Rp367.850-Rp441.420 (kurs Rp14.714 per dolar AS).

Harga vaksin produksi BUMN PT Bio Farma (Persero) itu diungkapkan Erick saat rapat kerja bersama Komisi VI DPR di Jakarta, Kamis, 27 Agustus 2020.

“Harga vaksin ini untuk satu orang dua kali suntik. Kurang lebih harganya 25 sampai 30 dolar AS, tapi ini Bio Farma lagi menghitung ulang,” kata Erick dilansir Antara.

Sementara itu, untuk harga bahan baku vaksin COVID-19, Erick mengatakan sekitar US$8 pada 2020. Kemudian, pada 2021 harga bahan baku turun menjadi US$6-US$7.

“Jadi, ada penurunan harga bahan baku pada 2021. Kita memang menginginkan bahan baku supaya kita bisa belajar memproduksi vaksin jadi, tidak hanya terima vaksin yang sudah jadi,” kata dia.

Agar tidak menambah beban APBN, Erick mengusulkan untuk melakukan vaksin kepada masyarakat dengan dua pendekatan. Pertama, menggunakan APBN berdasarkan data BPJS Kesehatan dan kedua adalah vaksinasi mandiri.

“Vaksin mandiri tidak lain ingin memastikan tidak membebani keuangan negara secara jangka menengah dan panjang,” usulnya.

Dalam kesempatan itu, Erick yang juga Ketua Pelaksana Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPEN) mengatakan bahwa COVID-19 masuk dalam kategori pintar.

“Catatan buat pimpinan Komisi VI dan anggota, memang virus COVID-19 termasuk kategori virus pintar. Masuk kategori flu, vaksin bukan untuk selamanya, enam bulan sampai dua tahun kekuatannya. Karena itu, kita berharap ada temuan lanjutan agar kita terjaga,” harapnya.

Dengan demikian, dia memperkirakan pelaksanaan protokol COVID-19 akan berjalan dalam waktu yang lama. Sehingga, dia meminta kepada seluruh BUMN untuk mulai mengkaji persiapan kinerja bisnis, diperlukan medium strategi dengan kondisi seperti saat ini.

Erick memastikan setidaknya 15 juta orang bisa mendapatkan 30 juta vaksin pada akhir 2020 jika uji klinis COVID-19 berjalan dengan lancar. Total 30 juta dosis vaksin itu berasal dari Sinovac Biotech China dan G42 Uni Emirat Arab.

Penandatanganan kerja sama antara PT Bio Farma dan Sinovac Biotech China dalam pengadaan vaksin COVID-19. / Bumn.go.id

Untuk 18 Tahun ke Atas

Sementara itu, Erick bilang vaksin COVID-19 yang ada saat ini berlaku untuk usia 18 tahun ke atas. “Dari informasi terakhir, tadinya vaksin COVID-19 yang ada ini berlaku untuk usia 18 sampai 59 tahun. Tapi dari konfirmasi terakhir, usia di atas 59 tahun sudah bisa menerima vaksin ini,” kata dia.

Untuk vaksin COVID-19 usia di bawah 18 tahun, termasuk anak-anak, masih akan terus dikembangkan dan diproses.

Saat ini, BUMN farmasi Indonesia telah melakukan kerja sama dengan sejumlah perusahaan internasional. Misalnya, Sinovac Biotech dari China dan perusahaan asal Uni Emirat Arab (UEA) G42 untuk pengembangan vaksin.

Dengan Sinovac China, Erick memastikan kerja sama tidak hanya soal produksi, tetapi juga transfer teknologi penggunaan dan produksinya. Sedangkan dengan G42, akan fokus pada pengembangan produk vaksin COVID-19 dan produk farmasi, layanan kesehatan, riset, uji klinis, serta pemasaran dan distibusi.

Selain dengan dua perusahaan dari kedua negara tersebut, Indonesia juga melakukan kerja sama dengan korporasi lain. Bio Farma sudah melakukan kerja sama dengan AstraZenaca dari Eropa, Bill & Melinda Gates Foundation dan beberapa perusahaan lain dari Amerika Serikat.

Di sisi lain, Indonesia juga berupaya mengembangkan vaksin Merah Putih. “Dari pengalaman yang sudah berjalan selama ini, kita juga punya kapasitas. Cuma memang karena ini penyakit baru, kita belum mendapatkan teknologinya,” kata Erick.

Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menambahkan akan mengajukan anggaran sekitar Rp3,8 triliun sebagai uang muka untuk mendapatkan vaksin COVID-19 dari Global Alliance for Vaccines and Immunization (GAVI). (SKO)