benteng.jpg
Dunia

Eropa Bangun Benteng Sepanjang 2.500 Km untuk Antisipasi Serangan Rusia

  • Belarusia  dan Kaliningrad juga akan menjadi daerah yang dibatasi oleh garis pertahanan tersebut.
Dunia
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

JAKARTA- Eropa tidak bisa nenutupi kegelisahannya terhadap Rusia. Negara-negara di wilayah ini berencana membangun garis pertahanan raksasa sepanjang 2.500 km untuk melindungi dirinya dari invasi Vladimir Putin.

Rencana itu disampaikan Polandia dan negara-negara Baltik. Biaya yang dibutuhkan diperkirakan mencapai 2,2 miliar Euro. Atau sekitar 38 triliun rupiah. Benteng ini dsebut penting untuk mencegah Rusia maju melalui benua itu. 

Para pemimpin dari Polandia, Lithuania , Latvia , dan Estonia  telah mengajukan usulan tersebut Negara pada Rabu 26 Juni 2024 lalu. Mereka meminta bantuan Uni Eropa untuk proyek tersebut. Mereka menambahkan seluruh 27 negara Uni Eropa akan dilindungi oleh benteng tersebut. Termasuk lebih dari 450 juta orang.

Garis pertahanan itu akan membentang sekitar 2.500 km dan berpotensi diperkuat dengan ladang ranjau, parit anti-tank, dan bunker. Belarusia  dan Kaliningrad juga akan menjadi daerah yang dibatasi oleh garis pertahanan tersebut.

Sebuah surat kepada ketua Uni Eropa dilihat oleh Reuters  menyatakan langkah-langkah luar biasa perlu dilakukan. Dan perbatasan luar UE harus dilindungi dan dipertahankan dengan cara militer dan sipil.

“Membangun sistem infrastruktur pertahanan di sepanjang perbatasan luar Uni Eropa dengan Rusia dan Belarus  akan menjawab kebutuhan mendesak untuk mengamankan dari ancaman militer dan hybrid,” bunyi surat yang dikutip Sabtu 29 Juni 2024. 

Garis pertahanan ini juga disebut akan menghalangi meningkatnya jumlah migran yang didorong melintasi perbatasan. Polandia menuduh Rusia menerbangkan ribuan pencari suaka ke Moskow bulan lalu. Mereka kemudian  dikirim untuk melintasi perbatasan timur Uni Eropa.

Polandia  berbagi perbatasan sepanjang 200 km dengan wilayah Rusia Kaliningrad dan perbatasan sepanjang 270 km dengan Belarus. Pemerintahnya mengatakan negaranya menjadi sasaran agresi Rusia melalui perbatasan tersebut.

Pada Mei lalu Polandia secara mengumumkan rencana pembangunan pertahanan militer serupa senilai 2 miliar Euro sepanjang 430 mil. Nama proposal itu dijuluki "Tusk Line". Ini  setelah Perdana Menteri Polandia  Donald Tusk mengumumkan program baru tersebut.  

“Hal itu akan membuat perbatasan timur NATO tidak dapat dilewati oleh musuh potensial,” katanya saat itu. 

Garis pertahanannya akan mencakup penghalang baja, landak baja , pagar kayu, parit, perangkap tank, dan ladang ranjau. Mereka mengumumkan tembok yang tampaknya telah diperpanjang dalam rencana baru dapat selesai pada tahun 2028.

Negara-negara Baltik dilaporkan juga telah meningkatkan pertahanan darat mereka melawan Rusia selama lebih dari dua tahun perang.  Kementerian Pertahanan Putin  baru-baru ini juga mengumumkan  upaya untuk mengubah perbatasan maritim Rusia  dengan Finlandia dan  Lituania .

Rusia dikhawatirkan akan mengambil alih Gotland  sebelah timur Swedia. Menguasai wilayah ini akan memberikan Putin tingkat kendali di Baltik.

Garis Maginot

Pembangunan benteng pertahanan di Eropa bukan hal yang baru. Pada tahun 1930-an, Prancis membangun penghalang pertahanan yang rumit di timur laut.  Apa yang disebut sebagai Garis Maginot itu  untuk melindungi mereka dari potensi serangan Jerman setelah Perang Dunia 1. 

Maginot Line

Garis itu dipandang sebagai sistem linier permanen untuk menghindari serangan lintas batas. Benteng  terbuat dari balok-balok beton tebal yang dibangun untuk menahan laju pasukan serta kendaraan lapis baja. Prancis bahkan berhasil membuat senjata yang lebih berat dan dilengkapi dengan amunisi yang lebih kuat.

Setelah dibangun banyak prajurit membandingkannya dengan kota modern karena rasa aman, nyaman, dan lapang. Bahkan memiliki ruang rekreasi, kamar tidur, dan jalur kereta api bawah tanah.  Namun ketika Perang Dunia ke-2 meletus, Jerman menemukan jalan keluar dari tembok yang tampaknya kokoh itu dengan melewati Belgia. Pasukan Hitler menginvasi Belgia pada tahun 1939 sebelum menyeberang ke Prancis melalui Sungai Somme dan ke Sedan dengan tank dan pesawat.