<p>Liputan6.com</p>
Dunia

Eropa Lolos dari Kiamat Energi

  • Sebelum musim dingin tiba Presiden Rusia Vladimir Putin berulang kali melontarkan ancaman Eropa akan membeku karena tidak mendapat pasokan gas dari mereka.

Dunia

Amirudin Zuhri

BRUSSEL-Sebelum musim dingin tiba Presiden Rusia Vladimir Putin berulang kali melontarkan ancaman  Eropa akan membeku karena tidak mendapat pasokan gas dari mereka. Tetapi faktanya hingga hari ini ancaman itu tidak menjadi kenyataan.

Ancaman Putin bukan tanpa alasan mengingat Eropa kehilangan pasokan utama gas dan minyaknya. Negara-negara di benua biru ini juga tidak berani meremehkan ancaman itu. Berbagai skenario disiapkan. Bahkan untuk kondisi yang paling buruk sekalipun.

Tujuan Putin jelas. Dia ingin membuat ekonomi Eropa kacau. Masyarakat kemudian akan menilai mendukung Ukraina dan melawan Rusia hanya akan memunculkan kesengsaraan. Ini akan menekan pemerintah di Eropa untuk berhenti memasok senjata ke Ukraina. 

Tetapi semuanya meleset. Eropa telah mampu menghindari kiamat energi musim dingin ini.  Wilayah ini memang diuntungkan dengan cuaca hangat yang tidak biasa pada musim dingin. Selain itu Eropa juga berhasil menemukan sumber gas alam lain setelah Rusia memutuskan sebagian besar pasokannya ke benua itu.

Pemasok gas alam dalam beberapa hari terakhir telah meningkatkan stok mereka. Padahal biasanya ini adalah waktunya untuk menarik cadangan gas yang ada. Langkah ini diambil setelah dorongan tak terduga yang menghilangkan ketakutan gas yang digunakan untuk memanaskan rumah, menghasilkan listrik, dan pabrik akan habis pada akhir musim dingin.

Akibatnya harga gas jangka pendek turun dari rekor tertinggi. Harga sempat naik 18 kali lipat sebelum Rusia mengerahkan pasukan di perbatasan Ukraina pada awal 2021. Dan kini kenaikan itu  menjadi empat kali lebih tinggi.  Tentu saja harga itu masih sangat tinggi dan akan  menggerogoti pendapatan perusahaan dan daya beli konsumen  serta inflasi yang mahal. Tetapi tidak seburuk perkiraan semula. Para pakar mengatakan kasus kekurangan dan penjatahan terburuk telah dihindari.

Cuaca hangat memungkinkan fasilitas penyimpanan Eropa tetap mencapai 83% sejak 1 Januari dengan tingkat yang bahkan meningkat pada beberapa hari.  Ini adalah hal tidak biasa. Cadangan gas biasanya ditarik mulai bulan Oktober dan diisi ulang pada musim semi berikutnya.

Temperatur yang mencapai rekor tinggi  mendorong upaya untuk terus menemukan pemasok baru guna menggantikan sebagian besar gas Rusia, yang diandalkan Eropa sebelum perang. Moskow telah menghentikan sebagian besar pasokannya ke Eropa karena pemerintah memberlakukan sanksi dan mendukung Ukraina.

Negara-negara telah mengantre pasokan gas alam cair yang mahal  yang datang dengan kapal, bukan pipa  dari Amerika dan Qatar. Jerman menyewa lima terminal terapung untuk LNG senilai hampir 10 miliar euro. Yang pertama dari mereka tiba pada bulan November.

“Kami telah mencegah ancaman terburuk yang kami alami di musim panas  yakni  kehancuran total ekonomi untuk industri Jerman dan Eropa,” kata Menteri Energi Jerman Robert Habeck kepada wartawan   sebagaimana dikutip Associated Press 10 Januari 2023.

Simone Tagliapietra pakar kebijakan energi di lembaga Bruegel di Brussel mengatakan, krisis energi memang belum berakhir, tetapi puncak keadaan darurat telah dihindari”

Dengan kondisi sekarang ini konsumen dapat menghindari lonjakan harga ekstrem lebih lanjut. Tetapi tagihan akan tetap lebih tinggi dari biasanya karena harga gas masih jauh di atas harga awal tahun 2021.

Namun sejumlah pemerintah telah menyiapkan sejumlah insentif. Di Jerman, ekonomi terbesar di Eropa, pemerintahnya mengeluarkan batas harga gas dan listrik yang memungkinkan usaha kecil dan konsumen membeli 80% energi mereka dengan harga tahun lalu. Itu telah menjadi kunci bagi bisnis kecil yang menggunakan banyak energi.

Bahkan dengan pembatasan energi 8,8 juta rumah tangga di Jerman menghadapi kenaikan harga rata-rata 38%, atau 586 euro untuk keluarga beranggotakan empat orang. Tanpa keringanan harga, itu akan menjadi kenaikan 58 atau 911 euro lebih.

Tetapi dukungan semacam itu akan meningkatkan defisit anggaran. Dan tidak semua dari 27 negara Uni Eropa sekuat Jerman yang mampu membayar paket penyelamatan senilai 200 miliar euro.

Agata Loskot-Strachota,  peneliti senior di Pusat Studi Timur di Warsawa mengatakan perbedaan antar negara anggota dapat memicu perbedaan politik di Eropa.

Rusia kehilangan pengaruh

Sejumlah analis dan politisi juga mengatakan keberhasilan Eropa  mengisi stok gasnya berarti Putin telah kehilangan banyak pengaruh energinya atas Eropa.

Anehnya beberapa gas Rusia masih mengalir ke Eropa melalui jaringan pipa yang melintasi Ukraina ke Slovakia dan serta bawah Laut Hitam ke Turki dan terus ke Bulgaria. Tagliapietra menilai pasokan ini adalah tanda kelemahan. Dengan harga minyak global yang rendah dan Rusia menjadi pengekspor utama, mereka membutuhkan uang tunai.

Harga minyak melemah karena kekhawatiran perlambatan ekonomi negara besar seperti Amerika dan Eropa karena inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi menghambat pertumbuhan.

Larangan Eropa pada sebagian besar minyak Rusia mulai 5 Desember 2022 tidak menciptakan lonjakan harga minyak global secara tiba-tiba. Dan juga tidak ada batasan harga dari negara-negara Kelompok Tujuh pada minyak mentah Rusia ke negara lain. 

Batas harga US$60 per barel diberlakukan dengan melarang perusahaan asuransi yang sebagian besar berbasis di Eropa atau Inggris  menangani minyak Rusia yang dijual di atas batas tersebut.

Presiden Vladimir Putin mengancam Rusia akan memotong minyak ke negara-negara yang mematuhi batas tersebut. Tetapi karena pembatasan ditetapkan di atas harga minyak Rusia saat ini, itu tidak menyebabkan Moskow memangkas produksi. Sebagian besar minyak Rusia yang dijauhi oleh pembeli Barat dikirim ke India dan China dengan diskon besar.

Meski harga minyak telah turun dari level tertinggi $120 per barel musim panas ini, banyak hal bisa berubah. Produk minyak seperti diesel bisa menjadi lebih mahal di Eropa setelah larangan pasokan dari Rusia mulai berlaku 5 Februari.

Eropa bagaimanapun tetap rentan terhadap kejadian tidak terduga, seperti kecelakaan atau masalah teknis di jalur pipa utama atau terminal ekspor LNG. Mereka juga bisa dipengaruhi oleh  cuaca ekstrem, atau rendahnya tingkat tenaga angin atau tenaga air.

Analis energi juga mengamati permintaan energi dari China, di mana penggunaan bahan bakar anjlok selama kebijakan "nol COVID".  Sejak China melonggarkan pembatasan, permintaan pengiriman gas cair dapat meningkat.

Dalam situasi ini Eropa akan menghadapi biaya yang lebih tinggi untuk mendapatkan gas. Dan yang kalah adalah negara-negara miskin di Asia dan Afrika yang tidak memiliki uang untuk bersaing.

Badan Energi Internasional telah memperingatkan Eropa untuk tidak terlalu percaya diri. Lembaga ini mengatakan skenario di mana Rusia menghentikan pasokan yang tersisa dan permintaan China yang melambung dapat membuat Eropa kekurangan bahan bakar untuk musim dingin mendatang. 

Meski tanggapan Putin terhadap batasan harga minyak diredam dia mungkin juga masih memiliki kartu energi untuk dimainkan. Ini  mengingat Rusia bagaimanapun adalah pemasok minyak utama dan masih mengirim sejumlah gas ke Eropa.  Bagaimanapun Krisis energi belum hilang. Eropa memang tidak mengalami skenario terburuk, tetapi faktor ketidakpastian tidak hilang.