Uni Eropa telah mencapai kesepakatan untuk melarang impor sebagian besar minyak Rusia dengan tujuan memotong sumber ekonomi negara itu.
Dunia

Eropa Terancam Krisis Energi, Nilai Euro Anjlok di Bawah Dolar AS

  • Nilai Euro terhadap dolar diprediksi akan tegelincir lebih jauh lagi.
Dunia
Rizky C. Septania

Rizky C. Septania

Author

JAKARTA - Nilai euro terhadap dolar Amerika Serikat diprediksi akan tegelincir lebih jauh lagi. Ketidakseimbangan yang  dipicu oleh krisis energi di Eropa bakal membawa euro ke titik terendah selama 20 tahun terakhir.

Nilai euro diketahui sempat jatuh ke angka di bawah US$1 dolar pada Senin, 22 Agustus 2022 waktu setempat. Nilai euro dibuka dengan angka US$0,9968 dan sempat menyentuh US$0,9902.

Namun di penutupan, nilai euro terhadap dolar sedikit menguat yakni berada pada angka US$1,0009.

Penurunan mata uang minggu ini terjadi setelah perusahaan energi milik negara Rusia, Gazprom mengumumkan akan menutup pipa gas Nord Stream 1 untuk pemeliharaan.

Penutupan akan dilakukan selama tiga hari dan digunakan untuk menambah tekanan pada pasokan energi  rumah tangga dan industri yang membutuhkan pembangkit listrik.

Direktur Strategis untuk Eropa tengah dan timur serta Timur Tengah, Louis Costa mengatakan lonjakan harga untuk gas alam dan komoditas lainnya memiliki dampak besar pada ekonomi Eropa. 

Padahal, Benua biru memang pada dasarnya  sudah menghadapi kekurangan energi setelah perang Ukraina meletus akhir Februari lalu.

Costa menambahkan,  hal ini kemudian akan membuat euro akan semakin melemah terhadap greenback.

"Ekonomi rumah tangga di Eropa mengalami guncangan yang jauh lebih keras, setidaknya untuk saat ini, daripada ekonomi rumah tangga di AS. Itulah yang membawa kita di bawah paritas," ujar Costa sepertu dikutip TrenAsia.com dari Insider Rabu, 24 Juli 2022.

Saat ini, euro tengah bergulat dengan dolar yang menguat. Ditambah lagi adanya krisis energi yang membuat harga gas alam melonjak 300% tahun ini.  Kondisi inilah yang kemudian membawa Eropa kembali menghadapi pertempuran ekonomi.

"Ini tentang eksposur dan kerentanan dalam ekonomi Eropa ketika datang ke besarnya kejutan energi yang kita dapatkan di blok ini. Kita berada dalam kisah bias penurunan yang sengit dalam siklus manufaktur di Eropa," Kata Costa menghubungkan Pelemahan Euro dengan krisis energi.

Kekhawatiran bahwa krisis energi akan menjerumuskan Eropa ke dalam resesi telah mengikat Bank Sentral Eropa dalam menaikkan suku bunga untuk mengekang inflasi yang sedang berjalan. 

Kenaikan suku bunga cenderung memperkuat mata uang. Sebab, hasil yang lebih tinggi menarik investor asing mencari keuntungan.

"Ini menjadi sangat mencolok bahwa ruang ECB (European Central Bank) untuk menaikkan suku bunga akan minimal," kata Costa.