ESDM Ungkap Potensi Pembangkit Listrik Angin di Utara Jawa Capai 2 GW
- Plt Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Jisman P. Hutajulu mengatakan, ada potensi jumbo untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di pulau Jawa Bagian Utara yang mencapai 2 gigawatt (GW).
Energi
JAKARTA - Plt Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Jisman P. Hutajulu mengatakan, ada potensi jumbo untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di pulau Jawa Bagian Utara yang mencapai 2 gigawatt (GW).
Jisman menyebut, penemuan terbaru terkait potensi PLTB berada di utara Pulau Jawa dan selatan Pulau Sulawesi. Pemerintah hendak mendorong pembangunan PLTB sebagai bagian dari upaya menggenjot bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang baru 13%.
"Bayu juga cukup besar, apalagi ada penemuan di terakhir-terakhir ini ada di sebelah utara dengan ketinggian 140 meter, bahwa potensi angin di Pulau Jawa itu sangat besar, belum lagi di selatan Sulawesi," kata Jisman dalam acara Sosialisasi Permen ESDM Nomor 2 Tahun 2024 di Kementerian ESDM pada Selasa, 5 Maret 2024.
- Tiket Konser Incubus di Jakarta Masih Tersedia! Simak Harganya
- Perlu Jeli, Ini Daftar Merek Kurma Produk Israel yang Dijual jelang Ramadan
- Disuplai Listrik PLN, Pabrik Jagung Milik Pemprov Sumbar Kini Bisa Produksi 50 Ton per Hari
- Utang Bank Jasa Marga (JSMR) Meroket 1.308 Persen Sepanjang 2023
Kata Jisman, selain PLTB, sebenarnya Indonesia juga masih punya potensi besar dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang mencapai 3,3 terawatt (TW). Dengan besarnya potensi pembangkit EBT yang bersifat intermitten, pemerintah harus memastikan keandalan sistem ketenagalistrikan terjaga baik.
Jisman mengatakan potensi PLTB jumbo di Pulau Jawa bagian utara ini akan dimasukkan ke dalam perubahan Rancangan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang sedang digodok.
Jisman membuka peluang potensi PLTB ini dikembangkan oleh swasta atau Independent Power Producer (IPP), seperti pembangkit di Sulawesi Selatan yang digarap oleh perusahaan asal China, Envision Group.
Jisman menilai PLN dapat merespons hal ini dengan mengembangkan smart grid atau membangun pembangkit yang sifatnya fast response, yakni proses ramping up dan ramping down-nya cepat seperti PLTA yang memiliki bendungan.
Mulai Dilirik Swasta
Potensi PLTB sudah banyak dilirik oleh sejumlah konglomerasi seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).
Anak usaha ADRO memenangkan tender PLTB berkapasitas 70 MW di Tanah Laut, Kalimantan Selatan. PLTB dengan kapasitas 70 MW yang dilengkapi dengan sistem penyimpanan energi baterai sebesar 10 MWh ini diproyeksikan dapat memperkuat pasokan listrik di sistem interkoneksi Kalimantan pada 2024.
Tidak hanya itu, PLTB ini pun digadang-gadang dapat mengurangi emisi CO2 sebesar 220.000 ton pertahun.
Lalu, BREN melalui anak usahanya PT Barito Wind Energy (Barito Wind) berhasil merampungkan akuisisi dua Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB). Akuisisi itu bertujuan untuk mendongkrak bisnis energi baru terbarukan (EBT) milik Prajogo Pangestu ini.
Direktur BREN Merly, menyampaikan Barito Wind telah melakukan akuisisi terhadap dua PLTB milik PT UPC, yaitu Sukabumi Bayu Energi dan Lombok Timur Bayu Energi, dengan total transaksi senilai US$ 4,68 juta atau sekitar Rp72,8 miliar.
Barito Wind juga berencana mengakuisisi pembangkit listrik tenaga bayu/angin (PLTB) di Sidrap, Sulawesi Selatan. Asal tahu saja, PLTB Sidrap yang berada di Sulawesi Selatan itu merupakan pembangkit listrik tenaga angin pertama di Indonesia dan salah satu yang terbesar di negara ini dengan kapasitas 75 MW.
Diketahui pembangkit listrik tenaga angin ini diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2018 lalu itu dikembangkan oleh UPC Renewables dengan nilai investasi US$150 juta atau sekitar Rp2,32 triliun (estimasi kurs Rp15.500 per dolar AS).