Eskalasi Konflik Iran-Israel Potensi Hantam Bursa Saham
- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi bergerak volatil menyusul eskalasi konflik antara Iran dan Israel. Pasar saham Indonesia pun langsung ambruk setelah Iran meluncurkan 200 rudalnya ke wilayah Israel.
Bursa Saham
JAKARTA—Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi bergerak volatil menyusul eskalasi konflik antara Iran dan Israel. Pasar saham Indonesia pun langsung ambruk setelah Iran meluncurkan 200 rudalnya ke wilayah Israel.
Pada penutupan sesi I bursa hari Rabu, 2 September 2024, IHSG turun 0,93% atau 71,06 poin ke level 7.571,07. Penurunan itu membuat IHSG anjlok 1,60% atau 123,46 poin sebulan terakhir. Saham big caps seperti AMMN, BREN, CUAN dan PTRO terseok-seok. Demikian halnya saham big banks seperti BBCA dan BBRI.
Sementara itu, pasar saham AS berakhir lebih rendah pada hari Selasa, 1 September 2024, dengan Nasdaq turun lebih dari 1%. Hal ini karena investor semakin berhati-hati setelah Iran meluncurkan rudal ke Israel. Iran meluncurkan serangan rudal balistik sebagai balasan atas serbuan Israel terhadap sekutu Iran, Hizbullah.
Israel sendiri berjanji bakal membalas serangan tersebut. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan Iran telah membuat kesalahan dan bakal membayarnya. Amerika Serikat (AS) sendiri kembali menunjukkan dukungannya pada Israel dengan menyiagakan kapal untuk mencegat rudal Iran.
Ketidakstabilan Regional
Sejumlah analisis menilai pasar komoditas serta saham global bakal mengalami volatilitas signifikan menyusul eskalasi konflik di Timur Tengah. “Konflik telah meningkat, menimbulkan kekhawatiran atas ketidakstabilan regional lebih lanjut dan dampak ekonomi,” demikian laporan Bank Mandiri, dikutip Rabu.
Selain IHSG, sejumlah indeks utama di AS dan negara-negara lain ambruk menyusul melemahnya kepercayaan investor seiring meningkatnya ketegangan. Informasi yang dihimpun TrenAsia, Dow Jones Industrial Average turun 173,18 poin, atau 0,41%, menjadi 42.156,97, serta S&P 500 turun 53,73 poin, atau 0,93%, menjadi 5.708,75. Adapun Nasdaq Composite turun 278,81 poin, atau 1,53%, menjadi 17.910,36.
Laporan menambahkan konflik juga berpotensi memicu gangguan pada rute perdagangan global. Kekhawatiran meningkat soal kemungkinan penutupan Selat Hormuz, rute penting untuk pengiriman minyak global.
Meski demikian, pasar memprediksi jalur tersebut akan tetap terbuka dalam jangka waktu dekat. "Serangan tersebut telah meningkatkan risiko geopolitik, yang memicu kekhawatiran akan konflik yang lebih luas yang dapat menimbulkan volatilitas lebih lanjut di pasar komoditas dan keuangan,” imbuh laporan Bank Mandiri.
Baca Juga: Iran Hujani Israel dengan 200 Rudal
Presiden Chase Investment Counsel di Charlottesville, Virginia, Peter Tuz, melihat ambrolnya pasar bisa berlanjut jika eskalasi terus terjadi. “Kita belum tahu sejauh mana ini akan berkembang, sementara risiko telah meningkat,” ujarnya.
Tuz menyebut nasib pasar bakal ditentukan kondisi beberapa pekan ke depan. “Pasar telah mengalami tahun yang baik dan orang-orang bisa keluar dari pasar tergantung pada apa yang terjadi dalam beberapa minggu ke depan,” ujarnya.
Di sisi lain, serangan Iran ke Israel memicu kenaikan harga minyak dunia dan aset safe haven. Harga minyak Brent dan WTI diketahui melejit hingga lebih dari 2%. Hal itu didorong kekhawatiran adanya potensi gangguan pasokan. Kenaikan harga minyak AS membuat saham perusahaan energi seperti Exxon Mobil diuntungkan.
Sementara itu, nilai aset safe haven seperti emas melonjak lebih dari 1% karena investor berusaha melindungi diri dari risiko geopolitik. Harga emas keluaran PT Aneka Tambang Tbk (Antam) hari ini diketahui menguat Rp12.000 per gram. Sehingga, emas 1 gram dihargai Rp1.464.000.