jembatan lengkung bentang panjang (longspan) yang berada di antara Gatot Subroto ke Kuningan
Nasional

Fakta Adhi Karya Soal Jembatan LRT yang Dinilai Salah Desain

  • PT Adhi Karya (Persero) Tbk. selaku kontraktor pembangun jembatan lengkung bentang panjang (longspan) LRT Jabodebek membeberkan sederet fakta terkait desain bangunan yang kini memicu polemik tersebut.

Nasional

Khafidz Abdulah Budianto

JAKARTA - PT Adhi Karya (Persero) Tbk. selaku kontraktor pembangun jembatan lengkung bentang panjang (longspan) LRT Jabodebek membeberkan sederet fakta terkait desain bangunan yang kini memicu polemik tersebut. 

Hal itu diketahui dari salah satu video yang diunggah di di kanal Youtube AdhikaryaID pada November 2019. Dalam video tersebut dijelaskan berbagai persoalan dan teknik terkait pembangunan jembatan membentang dari Gatot Subroto ke Kuningan tersebut.

Jembatan Longspan LRT Jabodebek dibangun melintang di atas struktur tiga bangunan yang berbeda sekaligus yaitu underpass (lintas bawah), jalan arteri, dan fly over jalan tol. Ketiga jalan di bawahnya tersebut tidak boleh diganggu sama sekali karena merupakan wilayah dengan volume lalu lintas yang tinggi. 

“Tantangannya adalah bahwa melengkung dan sangat panjang serta ada jalan raya yang tidak boleh diganggu sama sekali,” ungkap konsultan desain PT Adhi Karya, Arvilla Delitriana dalam kanal Youtube AdhikaryaID, dikutip Jumat 4 Agustus 2023.

Terdapat empat opsi pembangunan jembatan tersebut yaitu menggunakan metode steel box girder dengan metode incremental launching, cable stayed, concrete box girder balanced cantilever dengan kolom di Tengah, dan concrete box girder balanced cantilever dengan bentang utama 148 meter. 

Dalam memilih metode jembatan, terdapat empat elemen penilaian yaitu waktu, biaya, mutu, dan keselamatan. Metode concrete box girder balanced cantilever mendapat penilaian paling tinggi dari empat elemen tersebut. 

Dengan ditambah berbagai pertimbangan lapangan, diputuskan membangun jembatan tersebut menggunakan metode terakhir. Adapun metode konstruksi yang digunakan dalam membangun jembatan longspan LRT menggunakan form traveler (cast in situ). 

Cast in Situ merupakan salah satu teknis pekerjaan membuat beton di tempat atau secara langsung di lokasi pembangunan proyek. Teknis ini dianggap lebih ekonomis dan dapat meminimalisir terjadinya masalah pada sambungan elemen struktur

Terkait dengan radius tikungan yang kecil pada jembatan, bangunan ini mengalami efek torsi yang cukup besar. Guna mengatasi hal tersebut, dilakukan penambahan prestress tendon pada pier sebagai langkah mitigasinya. Kemudian vertical stressing dilakukan sesuai dengan urutan desain yang direncanakan.

Sebanyak 17 segmen box girder dipasang sampai jembatan batang panjang tersambung. Butuh waktu 10-14 hari untuk mengerjakan setiap segemen mulai dari tahap pengecoran hingga stressing. Pekerjaan tersebut dilakukan pada saat window time ketika jalan raya mulai sepi lalu lintasnya yaitu mulai pukul 23.00 WIB hingga 04.00 WIB.

Sebelumnya Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo dalam acara In Journey Talks, Selasa 1 Agustus 2023 menyebut jika terdapat kesalahan desain jembatan lengkung bentang panjang (longspan) yang berada di antara Gatot Subroto ke Kuningan karena memiliki radius kecil dan menikung tajam. 

Akibatnya, rangkaian LRT yang melewati ruas tersebut harus berjalan pelan hingga 20km/jam karena radius tikungan pada jembatan yang terlampau kecil.  Berbeda dengan Wamen BUMN, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebutkan jembatan dibangun dengan radius kecil karena melihat kondisi pembangunan yang menantang.  “Tidak ada yang salah terhadap desain tersebut. Itu merupakan solusi yang optimum dari para desainer dan engineer dalam menghadapi tantangan lapangan,” ujar Budi.