Kantor pusat rokok Bentoel / Istimewa
Korporasi

Fakta-Fakta Bentoel International (RMBA) yang Mau Hengkang dari BEI

  • Saat ini, British American Tobacco merupakan pengendali saham perseroan dengan jumlah kepemilikan 99,96% dan jumlah kepemilikan masyarakat yang tersisa hanya 0,04%
Korporasi
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Emiten rokok PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) berencana berubah menjadi perusahaan tertutup atau go private. Jika disetujui seluruh pemegang saham, ini berarti RMBA tidak lagi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Direktur RMBA Dinar Shinta menjelaskan menjelaskan proses delisting alias menghapus emiten dari Bursa Efek Indonesia (BEI) masih terus berjalan.  Dinar mengakui, perseroan masih menghadapi kendala dalam prosesnya. 

"Jadi betul, intensi kami untuk delisting atau go private masih terus berlanjut. Hingga kini prosesnya masih berjalan," kata dia kepada media, Senin 5 Juni 2023.

Saat ini, British American Tobacco merupakan pengendali saham perseroan dengan jumlah kepemilikan 99,96% dan jumlah kepemilikan masyarakat yang tersisa hanya 0,04%.

Alasan Delisting

1. Tidak Aktif Diperdagangkan dan Tidak Likuid

“Saham perseroan tersebut tidak secara aktif diperdagangkan dan relatif tidak likuid. Oleh karena itu, perseroan mengajukan rencana go private,” ujar Dinar.

2. Lama Tak Tambah Modal

RMBA tercatat tidak lagi melakukan penggalangan dana daru pasar modal sejak rights issue pada 2016 dan juga tidak berencana melakukannya di masa depan.

3. Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan RMBA yang kebanyakan merugi hingga berpengaruh pada kinerja harga saham. Sebagai informasi, RMBA hanya berhasil mencetak laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sekali pada 2019 dalam lima tahun terakhir (2016-2020). Pada tahun tersebut pun, Bentoel “hanya” mencatatkan laba sebesar Rp50,61 miliar.

Meskipun secara historis banyak mencatatkan rugi, namun pada 31 Maret 2023 RMBA mendulang laba bersih Rp31,14 miliar. Laba ini meroket 625% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp4,29 miliar. Pos penjualan naik menjadi Rp2,01 triliun atau tumbuh 10% dari periode yang sama tahun lalu Rp1,82 triliun. 

4. Tanpa Dividen

Dengan kinerja yang kerap merugi, RMBA tercatat tidak pernah membagikan dividen sejak tahun buku 2010.

“Dengan rencana go private, pemegang saham akan memiliki kesempatan untuk menjual kepemilikan saham mereka dengan harga premium terhadap harga pasar,” tambah Dinar.

Sejak 2009, mayoritas saham RMBA dimiliki oleh perusahaan tembakau asal Inggris, British American Tobacco (BAT). 

Sebagai perusahaan tembakau global, BAT juga telah beroperasi di lebih dari 180 negara. Akuisisi BAT ini pun membuat RMBA juga menjual rokok bermerek dagang global seperti Dunhill dan Lucky Strike.