fikri-rasyid-IBb_Y65z5ZU-unsplash.jpg
Nasional

Fakta Jawa: Dilema Pulau Terpadat di Dunia dan Upaya Transmigrasi Kolonial

  • Sejarah transmigrasi di Indonesia cukup panjang, dimulai pada era kolonial Belanda pada tahun 1905, program transmigrasi bertujuan untuk mengatasi kepadatan penduduk di Pulau Jawa sambil mengembangkan potensi ekonomi di pulau-pulau lain, terutama Sumatera dan Lampung.

Nasional

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Pulau Jawa, yang terletak di Indonesia, memegang julukan sebagai pulau terpadat di dunia dengan luas wilayah sekitar 128.297 km². 

Namun, yang membuatnya begitu unik adalah populasi yang melimpah, melebihi 151 juta jiwa, setara dengan 56% dari total populasi Indonesia.

Kepadatan penduduknya mencapai 1.015,9 jiwa per kilometer persegi, menjadikannya jauh melampaui pulau-pulau padat lainnya di seluruh dunia.

Bahkan, tingkat kepadatan di Pulau Jawa hampir menyaingi negara Bangladesh, yang meskipun memiliki luas 148.460 kilometer persegi.

Namun memiliki populasi sekitar 177 juta jiwa, menjadikannya sebagai negara dengan kepadatan penduduk tertinggi ke-8 di dunia, dengan 1.197 jiwa per kilometer persegi.

Tantangan kepadatan penduduk di Jawa tidak dapat diabaikan. Kemacetan menjadi masalah utama di kota-kota besar, menghabiskan waktu dan energi berharga serta meningkatkan polusi udara. 

Pencemaran lingkungan juga menjadi isu serius akibat pertumbuhan penduduk yang pesat dan aktivitas industri yang padat. Ini mengancam kesehatan penduduk dan kualitas hidup mereka.

Selain itu, kepadatan penduduk juga dapat memperburuk kesenjangan sosial, dengan sebagian besar penduduk terkonsentrasi di kota-kota besar sementara pedesaan tertinggal dalam infrastruktur dan akses ke layanan dasar.

Dalam menghadapi tantangan ini, pemerintah Indonesia dan otoritas setempat harus berkolaborasi dalam merancang kebijakan yang berkelanjutan untuk mengelola pertumbuhan populasi dan meningkatkan kualitas hidup penduduk Pulau Jawa. 

Hal tersebut melibatkan investasi dalam infrastruktur transportasi yang lebih baik, upaya mitigasi pencemaran lingkungan, dan program untuk mengurangi kesenjangan sosial antarwilayah. 

Dengan tindakan yang tepat, Pulau Jawa, meskipun padat, dapat menjadi model untuk pengelolaan populasi yang efisien dan berkelanjutan. 

Upaya transmigrasi

Sejarah transmigrasi di Indonesia cukup panjang, dimulai pada era kolonial Belanda pada tahun 1905, program transmigrasi bertujuan untuk mengatasi kepadatan penduduk di Pulau Jawa sambil mengembangkan potensi ekonomi di pulau-pulau lain, terutama Sumatera dan Lampung. 

Pada periode ini, fokus utamanya adalah untuk memanfaatkan tenaga kerja transmigran di area perkebunan yang dimiliki oleh Belanda, meskipun program ini sering kali menuai kritik karena minimnya perhatian terhadap kesejahteraan para transmigran dan konflik dengan masyarakat adat setempat.

Pasca kemerdekaan pada tahun 1950, pemerintah Indonesia meneruskan program transmigrasi dengan fokus pada pemerataan penduduk, keamanan nasional (terutama di wilayah perbatasan), dan pengembangan daerah terpencil.

 Di era Orde Lama (1950-1966), program ini berkembang pesat meskipun implementasinya sering kali tidak terencana dengan baik, menyebabkan banyak program yang tidak berhasil.

Pada masa Orde Baru (1966-1998), transmigrasi menjadi program nasional dengan skala yang lebih besar. 

Pemerintah melibatkan peran swasta dan organisasi internasional, dengan fokus utama pada pembangunan infrastruktur di daerah tujuan transmigrasi.

Namun, program ini juga menuai kritik karena kurangnya perhatian terhadap aspek sosial dan budaya.

Setelah era Reformasi dimulai pada tahun 1998, program transmigrasi mengalami perubahan fokus. 

Kini, program ini lebih berorientasi pada peningkatan kualitas hidup dan pemberdayaan masyarakat transmigran. Skala program berkurang, dan pemerintah lebih mengutamakan prinsip kesinambungan lingkungan dan sosial budaya dalam pelaksanaannya.

Dengan demikian, sejarah transmigrasi di Indonesia mencerminkan evolusi program tersebut dari fokus ekonomi kolonial hingga pemberdayaan masyarakat dan keberlanjutan lingkungan di era yang lebih modern. (dari berbagai sumber)