Istana Merdeka.
Nasional

Fakta Menarik Sejarah Penggunaan Istana Negara sebagai Tempat Upacara 17 Agustus

  • Upacara ini biasanya dipimpin oleh Presiden sebagai kepala negara dan dihadiri oleh berbagai tokoh nasional, mantan presiden dan wakil presiden, serta pejuang kemerdekaan. Upacara di Istana Merdeka ini bagaikan perayaan kemenangan bangsa.
Nasional
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Setiap tanggal 17 Agustus, seluruh masyarakat Indonesia merayakan momen bersejarah, yaitu Hari Kemerdekaan Republik Indonesia setelah berjuang melawan penjajah selama 350 tahun. Salah satu acara yang paling dinanti-nanti oleh masyarakat setiap tahun adalah upacara peringatan detik-detik proklamasi yang digelar di Istana Merdeka, Jakarta.

Upacara Kemerdekaan yang Ditunggu-tunggu

Upacara ini biasanya dipimpin oleh Presiden sebagai kepala negara dan dihadiri oleh berbagai tokoh nasional, mantan presiden dan wakil presiden, serta pejuang kemerdekaan. Upacara di Istana Merdeka ini bagaikan perayaan kemenangan bangsa.

Arsitektur dan Pesona Istana Merdeka

Istana Merdeka sendiri adalah karya arsitek Hindia Belanda, Jacobus Bartholomeus Drossares. Dalam setiap upacara, penampilan pasukan TNI/Polri yang gagah serta atraksi seni nasional menjadi daya tarik yang sangat memikat.

Istana Merdeka Sebagai Lokasi Pertama Upacara

Namun, tidak banyak yang mengetahui kapan tepatnya Istana Merdeka pertama kali dijadikan lokasi upacara peringatan detik-detik proklamasi. Umumnya, masyarakat lebih mengenal rumah pribadi Proklamator Soekarno di Jl. Pegangsaan Timur No. 56 sebagai lokasi bersejarah tersebut.

Pertama Kali Upacara di Istana Merdeka

Menurut keterangan di situs web Kementerian Sekretariat Negara, upacara peringatan Hari Kemerdekaan pertama kali diadakan di Istana Merdeka pada tanggal 17 Agustus 1950. Istana yang memiliki luas 2.400 meter persegi ini dipilih sebagai lokasi upacara setelah Soekarno kembali dari pengasingan di Pulau Bangka pada awal tahun 1950.

Momen Pengakuan Kemerdekaan Indonesia

Kejadian ini berlangsung setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) pada Desember 1949 yang menghasilkan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda. Sebelumnya, Belanda sempat melancarkan Agresi Militer I dalam upaya merebut kembali kemerdekaan Indonesia.

Soekarno Menginjakkan Kaki di Istana Merdeka

Soekarno pertama kali menginjakkan kaki di Istana Merdeka, yang dulu dikenal dengan nama Paleis te Koningsplein, pada 7 Juli 1950. Masyarakat waktu itu menyebut istana ini sebagai Istana Gambir karena banyaknya pohon gambir (Uncaria) yang tumbuh di sekitarnya.

Kisah Bendera Pusaka yang Bersejarah

Saat berada di Istana Merdeka, Soekarno memerintahkan pemasangan tiang bendera setinggi 17 meter untuk mengibarkan bendera merah putih. Bendera tersebut telah dijahit ulang oleh Husein Mutahar setelah sebelumnya terpaksa dipisahkan kedua warnanya saat peristiwa Agresi Militer I Belanda.

Menyelamatkan Bendera Pusaka

Soekarno memerintahkan Mutahar, yang merupakan ajudan pribadinya, untuk menyelamatkan bendera pusaka tersebut dengan menyimpannya di dalam peti besi. Sebelum pindah ke Yogyakarta, Soekarno meminta Mutahar menyerahkan kembali bendera tersebut kepadanya di lain kesempatan.

Jahitan Kembali Bendera Pusaka

Setelah situasi aman, Mutahar yang lahir di Semarang pada 5 Agustus 1916 itu menjahit kembali lembar kain merah dan putih menjadi bendera pusaka di bekas lubang jahitan awal. Pada Juni 1948, saat Soekarno berada di pengasingan di Pulau Bangka, ia meminta Mutahar mengirimkan bendera pusaka tersebut kepadanya.

Pengibaran Bendera di Istana Merdeka

Bendera inilah yang akhirnya dikibarkan pertama kali pada 17 Agustus 1950 di Istana Merdeka, nama yang dipilih Soekarno untuk menggantikan nama Istana Gambir. Soekarno juga memberikan nama baru kepada Istana Rijswijk yang berada di belakang Istana Merdeka, yaitu Istana Negara.

Kondisi Istana Merdeka yang Berantakan

Ketika Soekarno pertama kali memasuki Istana Merdeka, ia mendapati kondisi istana yang berantakan. Keadaan ini terjadi setelah penghuni terakhirnya, Louis Joseph Maria Beel, yang menjabat sebagai Komisaris Tinggi Pemerintah Kerajaan Belanda di Indonesia, meninggalkan tempat tersebut.

Sejarah Penghuni Terakhir Istana Merdeka

Beel yang juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Belanda pada era 1946-1948, menjabat sebagai Komisaris Tinggi sejak 29 Oktober 1948 hingga 18 Mei 1949. Pada saat itu, ia menggantikan peran Hubertus Johannes van Mook sebagai gubernur jenderal terakhir Hindia Belanda.

Upacara di Istana Merdeka dan Gedung Agung Yogyakarta

Upacara pengibaran bendera pusaka di Istana Merdeka pada 17 Agustus 1950 merupakan yang ketiga kalinya setelah sebelumnya diadakan di Jl. Pegangsaan Timur pada 1945 dan di halaman Gedung Agung, Yogyakarta, pada 17 Agustus 1946.

Situasi Jakarta yang Masih Belum Aman

Penyelenggaraan upacara di Yogyakarta ini disebabkan oleh situasi di Jakarta yang belum aman meskipun Indonesia telah merdeka. Kondisi ini memaksa Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai pemimpin Indonesia untuk pindah ke Yogyakarta dan menggunakan Gedung Agung, yang dibangun pada tahun 1869, sebagai istana kepresidenan sementara.