Ilustrasi Bitcoin. Sumber: Pixabay.com
Fintech

Faktor-faktor Pendorong Harga Bitcoin Menjelang Akhir Tahun 2023

  • Untuk diketahui, Bitcoin kembali menjadi pusat perhatian dengan lonjakan harganya yang mencapai rekor US$44.000 atau sekitar Rp683 juta dalam asumsi kurs Rp15.536 per-dolar Amerika Serikat/AS.

Fintech

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA – Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur menyoroti beberapa faktor yang dapat menjadi pendorong harga aset kripto Bitcoin (BTC) menjelang akhir tahun 2023. 

Untuk diketahui, Bitcoin kembali menjadi pusat perhatian dengan lonjakan harganya yang mencapai rekor US$44.000 atau sekitar Rp683 juta dalam asumsi kurs Rp15.536 per-dolar Amerika Serikat/AS. 

Kenaikan ini menjadi yang tertinggi dalam lebih dari satu tahun sejak April 2022. Namun, pertanyaan yang muncul adalah apakah kita akan segera menyaksikan Bitcoin menembus angka US$45.000 (Rp699,24 juta) dalam waktu dekat?

Fyqieh memberikan pandangannya mengenai faktor-faktor yang mungkin mendorong harga Bitcoin lebih tinggi menjelang akhir tahun 2023. Hingga awal Desember 2023, Bitcoin terus menanjak, mencapai US$44.000 (Rp683 juta), menunjukkan apresiasi yang signifikan.

Menurut Fyqieh, apresiasi ini didorong oleh beberapa faktor kunci. Pertama-tama, perhatian terus meningkat terhadap narasi mengenai Exchange-Traded Fund (ETF) Bitcoin spot. 

Tekanan dari kebijakan moneter Amerika Serikat yang mulai mereda juga memungkinkan pemain besar (whale) untuk mendorong harga lebih tinggi. 

Hal ini menciptakan apa yang dikenal sebagai "Fear of Missing Out (FOMO)" di kalangan investor ritel, yang memperkuat tren akumulasi positif.

Fyqieh menyatakan, ETF Bitcoin akan membuka akses yang lebih besar terhadap Bitcoin bagi investor ritel dan institus serta memberikan peluang untuk terpapar pada aset digital.

Pandangan Fyqieh menunjukkan bahwa sebagian besar investor optimis bahwa Bitcoin akan mencapai harga yang lebih tinggi menjelang akhir tahun dan akan mengakhiri tahun dengan tren positif. 

Meskipun banyak yang memprediksi bahwa Bitcoin akan mencapai kembali All-Time High (ATH) yang terjadi pada tahun 2021 dalam waktu dekat, Fyqieh menunjukkan bahwa mencapai ATH mungkin tidak terjadi begitu saja.

"Mungkin Bitcoin tidak akan mencapai rekor tertinggi (ATH) dalam 'satu kali jalan', terutama mengingat faktor seperti halving yang akan datang. Dan jika belum ada proposal ETF yang disetujui, maka Bitcoin mungkin mengalami koreksi," ujarnya kepada TrenAsia, dikutip Jumat, 8 Desember 2023.

Dalam hal ini, Keputusan Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika (Securites and Exchange Commission/SEC) mengenai proposal ETF Bitcoin spot yang diajukan oleh institusi keuangan tradisional seperti BlackRock, Ark Invest, dan 21Shares pada awal tahun 2024 diharapkan dapat menjadi penentu. 

Meskipun SEC awalnya menolak proposal tersebut, tampaknya semakin mungkin bahwa ETF Bitcoin spot pertama akan diperdagangkan di bursa utama Amerika Serikat pada tahun 2024.

Keputusan Federal Reserve (The Fed) untuk menurunkan suku bunga dari level tertinggi dalam 22 tahun pada paruh pertama tahun 2024 juga dapat mempengaruhi Bitcoin dan aset berisiko lainnya. 

Ekspektasi penurunan suku bunga AS sebesar setidaknya 25 basis poin (bps) pada bulan Maret sekitar 60%, menurut FedWatch Tool CME, yang meningkat dari sedikit lebih dari 50% minggu sebelumnya. 

Pertemuan kebijakan The Fed berikutnya dijadwalkan pada 12-13 Desember, dengan perkiraan bahwa mereka akan mempertahankan suku bunga saat ini.

Secara keseluruhan, Fyqieh menyimpulkan, jika tidak ada persetujuan dari SEC dan The Fed belum memberikan sinyal yang jelas, target harga Bitcoin hingga akhir tahun 2023 kemungkinan berada dalam kisaran US$40.000 (Rp621,44 juta) hingga US$45.000 (Rp699,24 juta). 

Fyqieh menekankan bahwa ini hanyalah perkiraan, dan harga Bitcoin dapat berfluktuasi tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya di masa mendatang.

Fyqieh juga mencatat bahwa persetujuan ETF Bitcoin spot dapat menjadi pemicu besar bagi lonjakan Bitcoin pada tahun 2024. 

Selain itu, Bitcoin kemungkinan akan mengalami peristiwa halving berikutnya pada bulan April 2024, yang beberapa ahli percaya dapat mendorong harga Bitcoin lebih tinggi lagi.

Kinerja historis menunjukkan bahwa harga Bitcoin cenderung mencapai titik terendah dalam siklus setahun sebelum halving dan menguat selama lebih dari setahun setelah halving.

Jika pola ini berulang pada tahun 2024, maka harga Bitcoin bisa mencapai ATH baru pada paruh pertama tahun 2025.