Fantastis, Kupu-Kupu Ini Terbang Non-Stop Sejauh 4.200 Km Melintasi Samudera Atlantik
- Kupu-kupu Painted Lady itu mencapai Amerika Selatan dari Afrika Barat, terbang setidaknya 4.200 km di atas Atlantik
Sains
JAKARTA- Para ilmuwan telah menemukan bukti pertama serangga melintasi lautan luas setelah menemukan kupu-kupu yang melakukan perjalanan sejauh 4.200 kilometer melintasi Atlantik. Dan itu dilakukan dengan terbang tanpa henti.
Gerard Talavera, ahli biologi evolusi di Institut Botani Barcelona membuat penemuan ini di Guyana pada tahun 2013. Sebuah wilayah Prancis yang terletak di Amerika Utara. Saat itu dia melihat sekawanan kupu-kupu Painted Lady ( Vanessa cardui ) hinggap di atas pasir dengan sayapnya compang-camping dan berlubang.
Penemuan ini membingungkan para ilmuwan, Karena spesies kecil ini dapat ditemukan di seluruh dunia, namun tidak di Amerika Selatan. Kini setelah melakukan penyelidikan selama satu dekade, para peneliti telah mengumpulkan jawaban tentang bagaimana kupu-kupu itu sampai di sana. Mereka memulai penerbangan lintas samudera pertama yang tercatat pada seekor serangga.
- PTBA Pasang Target 30 Persen Pendapatan dari EBT, Bagaimana Prospeknya?
- Harga Emas Hari Ini 27 Juni 2024, Turun Tajam Jadi Rp1.350.000 Per Gram
- DPR Endus Indikasi Kerugian Rp400 M Akibat Kelalaian OJK
Para peneliti mempublikasikan temuan mereka Selasa 25 Juni 2024 di jurnal Nature Communications . “Kita cenderung melihat kupu-kupu sebagai simbol kerapuhan keindahan, namun ilmu pengetahuan menunjukkan kepada kita bahwa mereka dapat melakukan hal-hal luar biasa,” kata penulis studi Roger Vila. Dia adalah peneliti di Institute of Evolutionary Biology di Barcelona.
“Masih banyak yang perlu diketahui tentang kemampuan mereka,” katanya dalam sebuah pernyataan yang dikutip LiveScience Kamis 27 Juni 2024.
Migrasi serangga bukanlah hal yang jarang terjadi , namun sulit dilacak. Para ilmuwan biasanya mengandalkan catatan dari pengamat serangga amatir dan jangkauan radar untuk mempelajari pergerakan serangga, namun hal ini terbatas dan tidak selalu dapat diandalkan.
Untuk mengetahui bagaimana Painted Lady itu sampai ke Guyana Prancis, para peneliti mengumpulkan banyak bukti. Mereka mengurutkan genom kupu-kupu, yang mengungkapkan bahwa mereka berkerabat dekat dengan populasi di Eropa dan Afrika.
Tim juga menganalisis DNA serbuk sari pada tubuh serangga sepanjang 5 sentimeter dan mengidentifikasi dua spesies tanaman yang hanya ditemukan di Afrika tropis. Selain itu, mereka mempelajari isotop hidrogen dan strontium pada sayap kupu-kupu, dan menemukan bahwa mereka unik di Eropa Barat.
Secara keseluruhan, bukti ini mengesampingkan asal usul serangga tersebut di Amerika Utara dan menunjukkan bahwa kehidupan mereka dimulai di Afrika atau Eropa.
“Kupu-kupu Painted Lady itu mencapai Amerika Selatan dari Afrika Barat, terbang setidaknya 4.200 km di atas Atlantik. Namun perjalanan mereka bisa lebih lama lagi, dimulai dari Eropa dan melewati tiga benua, yang berarti migrasi sejauh 7.000 km atau lebih jauh lagi," kata co penulis studi Clément Bataille, seorang profesor ilmu bumi dan lingkungan di Universitas Ottawa di Kanada. “Ini merupakan prestasi luar biasa untuk serangga sekecil ini.”
Kupu-kupu Painted Lady diketahui bermigrasi hingga 14.500 km antara Eropa dan Afrika, termasuk melintasi hamparan Sahara yang tak kenal ampun. Namun perjalanan ini dilakukan dengan pemberhentian setiap malam untuk beristirahat dan mengisi bahan bakar. Untuk mencapai Guyana Prancis dari Afrika Barat, kupu-kupu tersebut harus terbang hingga delapan hari tanpa istirahat.
Untuk memecahkan misteri ini, para ilmuwan menganalisis arus angin yang muncul dari Sahara dan meniupkan debu dari Afrika ke Amerika. Mereka menemukan bahwa dengan meluncur di jalan raya udara ini, kupu-kupu dapat menyelesaikan perjalanan mereka yang luar biasa.
“Kupu-kupu hanya bisa menyelesaikan penerbangan ini dengan menggunakan strategi bergantian antara upaya minimal untuk menghindari jatuh ke laut, yang difasilitasi oleh angin kencang, dan penerbangan aktif, yang membutuhkan lebih banyak konsumsi energi,” tambah co penulis studi Eric Toro-Delgado , seorang doktoral mahasiswa di Institute of Evolutionary Biology. “Kami memperkirakan bahwa tanpa angin, kupu-kupu bisa terbang sejauh maksimum 780 km sebelum menghabiskan seluruh lemak dan energinya.”
Temuan ini menyoroti kemampuan serangga untuk menempuh jarak yang sangat jauh dengan cara yang belum pernah dipertimbangkan oleh para ilmuwan sebelumnya.
“Penemuan ini membuka perspektif baru mengenai kemampuan serangga untuk menyebar dalam jarak jauh, bahkan melintasi lautan. Ada kemungkinan bahwa kita meremehkan frekuensi dan dampak pergerakan ini terhadap ekosistem kita,” kata Talavera, penulis utama studi tersebut. “Sepanjang sejarah, fenomena migrasi berperan penting dalam menentukan distribusi spesies yang kita amati saat ini.”