<p>Mitra Driver Gojek menunggu customer di dekat logo Bank Jago di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Selasa, 16 Februari 2021. Foto: Panji Asmoro/TrenAsia</p>
Fintech

Fintech Ramai-Ramai Punya Bank Digital, Siapa Saja dan Mengapa?

  • Kemesraan antara perusahaan financial technology (fintech) dengan perbankan menjadi salah satu fenomena yang disoroti tahun ini
Fintech
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Kemesraan antara perusahaan financial technology (fintech) dengan perbankan menjadi salah satu fenomena yang disoroti pada 2022. 

Apalagi tahun ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis aturan main terbaru soal bank digital. Steering Committee, Indonesia Fintech Society (IFSoc), Rudiantara berpendapat, kolaborasi fintech dan bank dalam membangun neobank sangat membantu akselarasi inklusi keuangan.

“Perbankan tradisional sudah masuk ke fintech. Tapi juga ada model baru, sebaliknya, fintech masuk perbankan. Ini kerja sama yang bagus,” kata Rudiantara dalam Catatan Akhir Tahun 2021 IFSoc, Kamis 9 Desember 2021.

Menurut dia, keduanya memiliki kekuatan masing-masing yang jika dikawinkan akan menjadi booster inklusi keuangan. Alasannya, perbankan memiliki pendanaan yang kuat dan relatif murah.

Sedangkan fintech memiliki kemampuan membangun kanal distribusi dengan cara yang lebih efisien karena tak banyak beinvestasi pada aset fisik seperti kantor cabang. Perbankan saat ini pun sudah banyak yang mengadopsi hal ini dengan memangkas jumlah kantor cabang atas nama efisiensi.

Per Agustus 2021, jumlah kantor bank umum sebanyak 29.683 atau turun 6,5%. Di mana pada 2018, jumlah kantor bank umum masih berjumlah 31.604.

Rudi memproyeksi, tren akuisisi bank kecil oleh perusahaan fintech akan terus belanjut ke depan. Masuk akal jika mengingat peraturan OJK terbaru yang mematok modal inti bank sebesar Rp10 triliun.

Dengan aturan ini, akuisi bank mini jadi jalan keluar yang lebih hemat dibandingkan dengan modal yang harus dikeluarkan untuk membuat bank baru. Tak hanya perusahaan fintech, perbankan jumbo juga ikut aksi akuisisi bank mini untuk disulap jadi bank digital.

Dalam catatan TrenAsia.com, terdapat 9 perusahaan teknologi dan perbankan yang sudah dan dikabarkan akan mencaplok bank mini. Di kategori perbankan, ada dua bank raksasa Tanah Air yang sudah memiliki bank digital.

Pertama, PT Bank Centra Asia Tbk (BCA) mengakuisisi Bank Royal dan membuat bank digital bernama BCA Digital. Lalu ada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) yang baru saja menjadikan anak usahanya yakni BRI Agroniaga menjadi Bank Raya Indonesia.

Pada kategori perusahaan teknologi, ada perusahaan induk Shopee yaitu SEA Group yang mencaplok Bank Kesejahteraan Ekonomi dan mengubahnya jadi Seabank. Kemudian ada Akulaku dengan Bank Yudha Bhakti yang kini berubah menjadi Bank Neo Commerce. Ada pula manuver Gojek yang membeli Bank Artos dan menjadikannya Bank Jago. 

Lalu, sejumlah perusahaan teknologi juga tengah dalam proses akuisisi bank. Di antaranya  Emtek Group dengan Bank FAMA. Kredivo dan Bank Bisnis Internasional, WeLab dengan Bank Jasa Jakarta, dan Ajaib dengan Bank Bumi Arta dan juga Primasia Sekuritas.