Fitch Pangkas Rating, BUMN Waskita Karya Gagal Bayar Utang Rp2 Triliun
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya pun tidak dapat melunasi utang jangka pendek atas fasilitas supply chain financing (SCF) sebesar Rp2 triliun pada masa tenor. Mengatasi hal ini, manajemen Waskita Karya pun melakukan pengajuan relaksasi atas utang tersebut.
Industri
JAKARTA – Emiten konstruksi pelat merah PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) melaporkan rating atau peringkat utangnya dipangkas oleh PT Fitch Ratings Indonesia. Penurunan rating itu didapatkan setelah penilaian risiko likuiditas perseroan.
Direktur Keuangan Waskita Karya Taufik Hendra Kusuma mengatakan menurunnya rating utang terjadi karena adanya pandemi COVID-19 yang menyebabkan terhambatnya pengerjaan proyek. Alhasil, kondisi keuangan perseroan melemah.
Dia mengungkapkan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya pun tidak dapat melunasi utang jangka pendek atas fasilitas supply chain financing (SCF) sebesar Rp2 triliun pada masa tenor. Mengatasi hal ini, manajemen Waskita Karya pun melakukan pengajuan relaksasi atas utang tersebut.
“Sehubungan dengan hal tersebut, perseroan telah melakukan perpanjangan tenor waktu pinjaman selama tiga bulan sampai dengan enam bulan atas fasilitas SCF tersebut. Pengajuan relaksasi atas fasilitas SCF tersebut telah disetujui,” ujarnya dalam surat penjelasan kepada PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Jumat, 28 Agustus 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Sementara, perseroan akan menggunakan kas internal untuk melunasi utang jangka pendek lainnya. Misalnya, Obligasi Berkelanjutan III Tahap I Tahun 2017 Seri A sebesar Rp1,37 Triliun serta Obligasi Berkelanjutan I Tahap II Tahun 2015 sebesar Rp1,15 triliun. Keduanya akan jatuh tempo pada Oktober 2020.
Efisiensi Biaya
Untuk mendongkrak kinerja, BUMN Karya itu akan memastikan pencapaian progress proyek yang masih dikerjakan, melakukan efisiensi beban usaha sebesar 25%, dan efisiensi belanja modal sebesar 45%.
“Perseroan juga fokus untuk mendapatkan proyek dari pasar ekternal, serta berencana untuk melakukan ekspansi bisnis ke proyek infrastruktur di luar negeri,” ungkapnya.
Saat ini, perseroan fokus dalam melakukan penetrasi pasar Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika. Perseroan juga telah mengajukan relaksasi berupa penundaan pembayaran serta penurunan tingkat bunga atas fasilitas pinjaman.
“Penurunan pemeringkatan obligasi perseroan tidak memiliki dampak terhadap aspek hukum dan operasional. Namun berdampak pada aspek keuangan yaitu berupa adanya permintaan penjelasan oleh para bondholder terkait hal tersebut,” tuturnya. (SKO)