Fitch Pertahankan Investment Grade, BI: Ekonomi Indonesia Masih Terjaga
JAKARTA – Lembaga pemeringkat Fitch Rating mempertahankan Sovereign Credit Rating Indonesia pada peringkat BBB (investment grade) dengan outlook stabil. Menurut pandangan Fitch, beberapa faktor kunci yang mendukung afirmasi peringkat Indonesia tersebut adalah prospek pertumbuhan ekonomi jangka menengah yang baik dan beban utang pemerintah yang relatif rendah. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo pun, mengungkapkan, peringkat tersebut menjadi bentuk […]
Industri
JAKARTA – Lembaga pemeringkat Fitch Rating mempertahankan Sovereign Credit Rating Indonesia pada peringkat BBB (investment grade) dengan outlook stabil.
Menurut pandangan Fitch, beberapa faktor kunci yang mendukung afirmasi peringkat Indonesia tersebut adalah prospek pertumbuhan ekonomi jangka menengah yang baik dan beban utang pemerintah yang relatif rendah.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo pun, mengungkapkan, peringkat tersebut menjadi bentuk pengakuan Fitch, sebagai salah satu lembaga pemeringkat utama dunia, atas stabilitas makroekonomi dan prospek ekonomi jangka menengah Indonesia yang tetap terjaga di tengah pandemi COVID-19.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Menurutnya, hal ini didukung oleh kredibilitas kebijakan dan sinergi yang kuat antara BI dengan pemerintah.
“Kami telah mengambil berbagai kebijakan baik di sisi fiskal, moneter, maupun sistem keuangan secara berhati-hati dan terukur untuk mengatasi dampak COVID-19 terhadap stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” ujarnya dalam keterangan resmi yang dikutip TrenAsia.com, Selasa, 11 Agustus 2020.
Makroekonomi Stabil
Perry menyebut, inflasi pada Juli 2020 tercatat 1,54% (year-on-year) dan diperkirakan akan berada dalam kisaran sasaran inflasi 3% plus minus 1% untuk keseluruhan 2020. Selain itu, defisit transaksi berjalan triwulan II-2020 diperakirakan tetap rendah dan investasi portofolio asing kembali mencatat net inflows.
Sejalan dengan hal itu, katanya, nilai tukar rupiah secara point to point menguat 14,4% pada triwulan II-2020. Sementara cadangan devisa pada akhir Juli 2020 juga meningkat menjadi US$135,1 miliar atau setara dengan pembiayaan 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Meskipun dalam asesmennya Fitch memperkirakan aktivitas ekonomi di Indonesia akan terkontraksi pada 2020, namun pertumbuhan ekonomi disebut akan kembali meningkat menjadi 6,6% pada 2021. Kemudian, berlanjut pada 2022, yaitu tumbuh 5,5%, didukung oleh fokus pemerintah pada pembangunan infrastruktur
Lebih lanjut, Fitch menyatakan bahwa pemerintah telah merespons pandemi dengan cepat. Secara keseluruhan, jumlah dukungan pemerintah untuk mengatasi pandemi mencapai Rp695 triliun atau 4,4% dari produk domestik bruto (PDB). Stimulus tersebut mencakup bantuan langsung tunai, penyediaan kebutuhan pokok, penyediaan jaminan, dan insentif perpajakan.
“Pemerintah juga menempuh sejumlah langkah terobosan yang bersifat sementara. Termasuk penundaan ketentuan batas atas defisit fiskal sebesar 3% dari PDB selama tiga tahun. Serta kebijakan pembiayaan defisit secara langsung oleh bank sentral,” tambah Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko.
Defisit Fiskal
Mengacu pada defisit fiskal selama satu dekade terakhir yang selalu berada di bawah 3% dari PDB, Fitch meyakini pemerintah akan memenuhi komitmennya untuk membawa defisit fiskal kembali di bawah 3% dari PDB pada 2023.
Fitch menilai bahwa BI telah menyediakan likuiditas dengan penurunan suku bunga acuan sebesar 100 basis poin (bps) sejak Februari 2020. Saat ini, suku bunga acuan BI berada di level 4%. Selain itu, kondisi permodalan sektor perbankan atau CAR juga masih kuat, yaitu 22,1% pada Mei 2020.
Secara khusus, Fitch menyoroti upaya pemerintah untuk mendorong reformasi struktural. “Dalam jangka menengah, berbagai upaya pemerintah berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi dan kembali menarik investasi asing,” tambah Onny. (SKO)