Fitch Yakin BUMN Karya Jadi Kunci Pemulihan Sektor Infrastruktur di 2021
JAKARTA – Lembaga pemeringkat internasional PT Fitch Ratings Indonesia (Fitch) meyakini bahwa anggaran infrastruktur pemerintah bakal menjadi kunci pemulihan sektor infrastruktur di 2021. Namun, kecepatan pemulihannya masih bergantung pada pengendalian pandemi COVID-19 dan status pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dalam rilisnya, Fitch menyebut, emiten konstruksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) alias BUMN Karya bakal […]
Industri
JAKARTA – Lembaga pemeringkat internasional PT Fitch Ratings Indonesia (Fitch) meyakini bahwa anggaran infrastruktur pemerintah bakal menjadi kunci pemulihan sektor infrastruktur di 2021. Namun, kecepatan pemulihannya masih bergantung pada pengendalian pandemi COVID-19 dan status pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Dalam rilisnya, Fitch menyebut, emiten konstruksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) alias BUMN Karya bakal menjadi tonggak penting atas pemulihan ini. Hal itu disampaikan Fitch mengingat peluang besar BUMN Karya untuk mendapatkan proyek pembangunan oleh pemerintah.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Terlebih, rerata BUMN Karya juga berdiri sebagai pemimpin pasar konstruksi Tanah Air. Plus, punya rekam jejak yang baik.
“Realisasi anggaran yang lebih tinggi dan pemulihan sektor (konstruksi) harus diterjemahkan ke dalam kecepatan penyelesaian proyek dan pembayaran tepat waktu,” ungkap Fitch, Minggu, 17 November 2020.
Merujuk pada kutipan tersebut, Fitch mengingatkan bahwa realisasi anggaran infrastruktur yang tinggi serta merta dapat memperbaiki profil kredit dan likuiditas kontraktor. Pasalnya, pada 2020 ini sektor konstruksi sudah tertekan cukup dalam oleh Covid-19.
Para kontraktor, sambung Fitch, memiliki ruang terbatas, likuiditas ketat, dan risiko pembiayaan ulang (refinancing) yang lebih tinggi. Sebab itu, Fitch memprediksi bahwa pemulihan sektor konstruksi akan membutuhkan waktu paling tidak 12-24 bulan.
“Kami juga memperkirakan bahwa kecepatan pelunasan utang kontraktor akan berjalan secara bertahap seiring dengan kontrak baru yang besar,” terang Fitch.
Sementara itu, peningkatan likuiditas masih akan sangat bergantung pada proses pembayaran kontrak untuk mengurangi siklus modal kerja kontraktor. “Dan pendanaan eksternal yang tepat waktu untuk mendukung investasi dan pembayaran utang,” pungkas Fitch.