Dirut Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Industri

Fokus Selesaikan Gugatan PKPU, Garuda Indonesia Optimistis Pulih Tahun 2022

  • Di tengah tekanan utang yang kian menggunung, Garuda Indonesia optimistis bahwa tahun 2022 menjadi periode pemulihan.

Industri

Daniel Deha

JAKARTA - Masalah utang PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) sedang menjadi topik percakapan yang hangat belakangan ini. Di tengah tekanan utang yang kian menggunung, maskapai penerbangan nasional ini optimistis tahun 2022 akan menjadi periode pemulihan.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Prasetio mengatakan saat ini perusahaan sedang fokus menyelesaikan proposal perdamaian Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) Sementara yang dilayangkan PT Mitra Buana Korporindo.

PKPU tersebut telah dikabulkan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 9 Desember 2021 yang memberi waktu 45 hari Garuda Indonesia untuk menyampaikan proposal perdamaian kepada krediturnya.

"Di proposal perdamaian, kami usahakan beberapa capital instrument yang sangat memberikan win win solution bagi kita dengan debitur sehingga pada titik itu mampu dibayar oleh new business kita ke depan," katanya dalam Public Expose, Senin, 20 Desember 2021.

Adapun rapat perdana dengan kreditur akan dilaksanakan pada Selasa, 21 Desember 2021 yang nantinya akan diakhiri dengan sidang permusyawaratan Majelis Hakim Pemutus Perkara pada 21 Januari 2022..

Saat ini, Garuda Indonesia bersama dengan pengurus juga sedang menyiapkan proposal perdamaian kepada para kreditur/lessor. Opsi mekanisme yang sedang didiskusikan antara lain melalui penerbitan zero coupon bond, surat utang. maupun penerbitan saham baru.

Prasetio berharap perusahaan dan kreditur bisa mencapai kesepakatan dalam proses PKPU sehingga bisa memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk memulihkan kinerja.

Dia memperkirakan pendapatan penumpang bisa mencapai 40% tahun depan seiring kondisi pemulihan ekonomi akibat tren penurunan kasus COVID-19 yang melanda Indonesia.

"Diperkirakan traffic revenue meningkat 40 persen dan traffic revenue itu akan kembali normal," paparnya.

Menurut laporan keuangan per kuartal III-2021, pendapatan penumpang mengalami kenaikan sebesar 5,5%o year on year (yoy) dan pendapatan kargo dan dokumen naik sebesar 20% yoy karena permintaan pengiriman barang sejak akhir tahun lalu.

Namun demikian, dalam periode yang sama, total utang maskapai penerbangan nasional ini mencapai US$9,8 miliar setara Rp140,5 triliun (asumsi kurs Rp14.337 per dolar Amerika Serikat) kepada lebih dari 800 kreditur.

Fokus pada 3 Kunci Bisnis

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyampaikan perseroan telah melakukan sejumlah langkah untuk terus melakukan pemulihan kinerja yang tertekan, terutama didorong oleh kondisi pandemi, yang mana telah menurunkan pendapatan penumpang perusahaan hingga 70% sejak 2020.

Ada empat strategi bisnis yang dipersiapkan perusahaan guna mengembangkan kembali sayap perusahaan yang terhempas akibat pemburukan kinerja hingga membuat ekuitas perusahaan negatif US$3 miliar.

Pertama, mengoptimalkan route network perseroan dengan hanya mengoperasikan rute-rute penerbangan yang profitable dan rute penerbangan internasional tertentu.

Kedua, menyesuaikan jumlah pesawat Garuda Indonesia dan Citilink agar selaras dengan route network yang telah dioptimalkan dan simplifikasi tipe pesawat untuk efektivitas dan efisiensi operasional pesawat.

Ketiga, melakukan renegosiasi kontrak sewa pesawat dengan para lessor. Skema restrukturisasi utang dengan para lessor sedang dilakukan dengan memperhatikan kondisi likuiditas perusahaan.

Terakhir, meningkatkan kontribusi pendapatan kargo melalui optimalisasi belly capacity dan digitalisasi operasional.

Dari keempat strategi tersebut, Irfan mengatakan, perusahaan akan fokus pada tiga kunci bisnis untuk mengoptimasi kinerja, yaitu melakukan bisnis yang simple, profitable dan full services.

"Jadi bisnis plan kita itu profitable, bukan ekspansi. Kita menyederhanakan jumlah tipe pesawat dan kita hanya akan terbangkan kalau itu profitable. Tentu saja kita juga akan melakukan perubahan business prospect untuk memastikan kejadian-kejadian yang kurang baik di masa lalu dan masa kini tidak terulang lagi," ungkap Irfan dalam Public Expose.

Dia menambahkan, perusahaan juga telah melakukan efisiensi beban usaha dengan mengandangkan puluhan pesawat dan kini hanya menerbangkan sekitar 11 pesawat.

Kemudian, perusahaan juga telah menurunkan biaya tetap (fixed cost) dengan mengurangi gaji dan tunjangan karyawan/pegawai sejak awal tahun ini, termasuk di dalamnya mengurangi hingga sekitar 200 pilot dan hanya dibayar ketika mereka menerbangkan pesawat.

Selain itu, perusahaan juga mulai agresif menjalankan bisnis kargo ke luar negeri dari beberapa kota di Indonesia. Bisnis kargo, kata Irfan, cukup berkontribusi terhadap kinerja perusahaan selama pandemi di tengah pembatasan mobilitas akibat pandemi.

"Kita melayani rute penerbangan khusus kargo. Ini adalah rute-rute untuk memastikan pergerakan kargo untuk menjad ibagian dari bisnis Garuda," katanya.

Untuk tahun depan, Irfan mengaku belum mematok target pencapaian kinerja perusahaan. Namun dia memastikan bahwa emiten berkode saham GIAA ini terus bernegosiasi dengan sejumlah kreditur dan lessor untuk mencapai kesepakatan yang mendukung pemulihan kinerja.

"Tahun 2022 menjadi tahun kita mengkonsolidasikan diri dan tahun dimana recovery dari grup ini kita bisa mulai. Saya belum belum bisa menyampaikan proyeksinya. Kita masih finalisasi (PKPU). Terlepas dari proyeksi atau kinerja yang diharapkan tahun depan, kita realistis dengan kondisi pandemi ini," ungkapnya.