<p>Daftar perusahaan kakap Indonesia yang masuk dalam jajaran 2000 top global companies versi majalah Forbes 2020. / Forbes.com</p>
Industri

Forbes 2000 Perusahaan Raksasa Dunia: Indonesia Ada 4 BUMN, BCA, dan Gudang Garam

  • Enam perusahaan RI masuk dalam Global 2000 The World’s Largest Companies di majalah Forbes 2020. Mereka adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Gudang Garam Tbk.

Industri

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Dalam Global 2000 The World’s Largest Companies versi majalah Forbes 2020, Indonesia menyumbang enam perusahaannya menjadi bagian dari ribuan korporasi raksasa dari seluruh dunia. Tercatat, empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan dua emiten swasta masuk dalam jajaran perusahaan raksasa dunia 2020.

Keenam perusahaan tersebut adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Central Asia Tbk,  PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, dan  PT Gudang Garam Tbk.

Forbes mencatat, ke-2000 perusahan jumbo dunia kompak mengalami penurunan nilai pasar dan pendapatan akibat pandemi COVID-19. Maskapai penerbangan dari Amerika Serikat American Airlines, misalnya, jatuh dari peringkat 372 ke 967 setelah kehilangan US$2,2 miliar setara Rp32,2 triliun (kurs Rp14.600 per dolar AS) pada kuartal I-2020.

Namun, perusahaan e-commerce, seperti Amazon, Alibaba, dan Walmart justru menuai untung disaat yang lain buntung. Di sektor keuangan, Bank Industri dan Komersial China (ICBC) masih kokoh bertengger di puncak peringkat selama delapan tahun berturut-turut dengan aset lebih dari US$4,3 triliun setara Rp62,7 kuadriliun.

Setali tiga uang dengan nasib perbankan di Indonesia, dari enam perusahaan dalam negeri yang masuk dalam peringkat Forbes, empat di antaranya adalah bank, satu perusahaan rokok, dan satu perusahaan telekomunikasi.

Berikut enam peringkat perusahaan dalam negeri yang masuk jajaran 2000 perusahaan top dunia:

Gedung BRI di Kawasan Sudirman, Jakarta Pusat. / Bri.co.id

1. Bank BRI

Rombongan kecil perusahaan Indonesia dipimpin oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau Bank BRI dengan menempati posisi ke 347. Pada semester pertama tahun ini, emiten BUMN bersandi saham BBRI ini berhasil membukukan total aset mencapai Rp1.387,76 triliun atau tumbuh 7,73%.

Angka tersebut merupakan perolehan tertinggi dibandingkan dengan sembilan bank lain, yakni menguasai 21,3% dari total Rp6.017,59 triliun.

BRI juga masih menjadi juara bertahan dalam menempati posisi pertama bank dengan aset terbesar. Sebelumnya, bank yang fokus pada segmen usaha mikro, kecil, dan menegah (UMKM) ini juga menjadi bank teratas dengan total aset senilai Rp1.416.76 trilun per 2019.

Forbes mencatat, bank pelat merah yang didirikan oleh Aria Wiriatmaja pada 16 Desember 1895 ini memiliki penjualan senilai US$10,5 miliar. Dengan keuntungan sebanyak US$2,4 miliar, dan aset mencapai US$102,1 miliar.

Menara BCA. / Istimewa

2. Bank BCA

Dalam peringkat Forbes, Bank BCA (BBCA) milik konglomerat paling tajir di Indonesia, keluarga Hartono, menempati peringkat 487, agak jauh dari rekan sejawatnya BRI. Forbes mencatat BCA memiliki penjualan senilai US$6 miliar, dengan keuntungan sebanyak US$2 miliar, dan aset mencapai US$66,2 miliar.

Tidak hanya itu, Bank BCA masih mempertahankan posisi sebagai bank swasta peringkat tiga besar di antara bank lain di Indonesia. Total aset yang dimiliki BCA per Maret 2020 tercatat Rp953,7 triliun, naik 5,7% dibandingkan dengan akhir tahun lalu Rp899,03 triliun.

Pada tahun ini, bank milik konglomerat keluarga Hartono ini kembali masuk dalam Top 100 Most Valuable Global Brand menurut BrandZ. Pencapaian berdasarkan nilai merek BCA yang tumbuh 11% dari US$13,43 miliar pada tahun 2019, menjadi US$14,91 miliar atau setara Rp208 triliun pada 2020.

Kali ini, posisi BCA naik sembilan tingkat menjadi peringkat ke-90 dan masuk ke dalam Top 10 BrandZ Regional Bank. Bersanding dengan sembilan bank lain dari China, Amerika Serikat, India, dan Kanada.

Gedung Bank Mandiri / Facebook @bankmandiri

3. Bank Mandiri

Bank BUMN berkode saham BMRI berlogo pita kuning ini berhasil menjadi jajaran perusahaan top dunia di urutan ke 495, terpaut tipis di bawah peringkat Bank BCA.

Pada triwulan pertama 2020, Bank Mandiri mencetak total aset sebesar Rp1.130,7 triliun pada triwulan I-2020 atau naik tipis 0,18% dari akhir 2019. Pembukuan aset tersebut mencakup konsolidasi bank konvensional dan syariah.

Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar mengaku, saat pandemi seperti sekarang, perseroan terus berupaya menjaga kualitas aset dan bisnis, salah satunya dengan menjaga kecukupan likuiditas.

“Untuk menghadapi efek pandemi terhadap bisnis, Bank Mandiri berusaha menjaga kecukupan likuiditas, termasuk menerbitkan obligasi rupiah sebesar Rp1 triliun dan emisi global bonds US$500 juta, serta meningkatkan pengumpulan dana murah,” ujarnya dalam keterangan resmi beberapa waktu yang lalu.

Gedung Merah Putih milik PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. / Telkomsat.co.id

4. Telkom Indonesia

Bertengger di posisi 708, Forbes mencatat BUMN Telkom Indonesia (TLKM) memiliki penjualan senilai US$9,4 miliar, dengan keuntungan sebanyak US$1,4 miliar, dan aset mencapai US$15,1 miliar. Meskipun berada di urutan empat di antara perusahaan lokal, penjualan Telkom mampu melampaui Bank BCA, Bank Mandiri, Bank BNI, dan Gudang Garam.

Penjualannya berada sedikit di bawah perolehan Bank BRI yakni terpaut US$1,1 miliar. Di sisi lain, sepanjang 2019 lalu, kinerja keuangan Telkom masih positif. Laba bersihnya tumbuh 3,4% dari Rp18,03 triliun menjadi Rp18,66 triliun.

Perolehan laba bersih Telkom sejalan dengan pendapatannya yang naik 3,6% dari Rp130,78 triliun menjadi Rp135,56 triliun. Namun memasuki tahun ini, Telkom menutup kinerja keuangan kuartal I dengan penurunan laba.

Nilainya menjadi Rp5,68 triliun atau turun 5,79% dari periode sama 2019 Rp6,22 triliun.Penurunan laba bersih Telkom pada tiga bulan pertama tahun ini seiring dengan penurunan pendapatannya yang menjadi Rp34,19 triliun atau turun 1,86% dari periode sama 2019 Rp34,84 triliun.

Menara PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk / Dok. BNI

5. Bank BNI

Selanjutnya, Bank BNI (BBNI) tercatat menghuni posisi ke 1053, jauh dibandingkan dengan rekan perbankan lain yang berhasil masuk ke posisi 500 besar perusahaan publik terbesar di dunia.

Forbes mencatat, bank bersandi saham BBNI ini memiliki penjualan senilai US$5,4 miliar, dengan keuntungan sebanyak US$1,1 miliar, dan aset mencapai US$60,9 miliar.

Dalam catatan perseroan, BNI yang juga pelat merah ini mampu mencatatkan total aset Rp803,2 triliun pada triwulan I-2020, naik 2,8% dibandingkan dengan akhir tahun senilai Rp780,2 triliun.

Saat ini, BNI menempati peringkat keempat sebagai bank dengan aset terbesar di indonesia atau bertahan dengan posisi yang sama pada 2019. Belum lama ini, perseroan ini juga meraih penghargaan sebagai bank internasional terbaik di kawasan Asia Tenggara.

Direktur Tresuri dan Internasional BNI Putrama Wahju Setyawan mengatakan, penghargaan itu diberikan oleh majalah investasi Alpha Southeast Asia karena dinilai berperan menjembatani perdagangan Indonesia dengan dunia. “Kami mendukung perusahaan-perusahaan Indonesia untuk menjadi pebisnis global,” kata dia.

Dalam penghargaan tahunan institusi keuangan terbaik ke-14 kawasan Asia Tenggara, majalah investasi yang bermarkas di Hong Kong itu menganugerahkan BNI dengan gelar Best Trade Finance dan Best International Banking Division.

Gedung Gudang Garam. / Gudanggaramtbk.com

6. Gudang Garam

Satu-satunya emiten rokok yang masuk daftar Forbes adalah PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Tidak mengherankan, sebab, di antara pacekliknya industri di tengah pandemi COVID-19, pundi-pundi Gudang Garam nyatanya masih lancar mengalir.

Melansir laporan keuangan perseroan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 29 Juli, terungkap bahwa dana kas dan setara kas Gudang Garam mencapai Rp8,25 triliun, melonjak lebih dari dua kali lipat ketimbang akhir Desember lalu yang baru Rp3,57 triliun.

Forbes sendiri mencatat memiliki penjualan perusahaan rokok milik konglomerat Susilo Wonowidjojo ini mencapai US$7,9 miliar, dengan keuntungan sebanyak US$774,2 juta, dan aset mencapai US$4,7 miliar.

Meskipun simpanan duit GGRM tebal, Gudang Garam juga memiliki utang yang banyak, meskipun kian menipis. Perseroan menyebut utang itu terutama berasal dari pita cukai senilai Rp9,49 triliun serta PPN dan pajak rokok Rp1,91 triliun.

Sehingga total kewajiban cukai, PPN dan pajak rokok selama 6 bulan 2020 ini mencapai Rp11,40 triliun. Sampai Juni kemarin biaya cukai, PPN dan pajak rokok yang mesti dibayarkan Gudang Garam mencapai Rp44,50 triliun, naik daripada periode sama 2019 senilai Rp43,27 triliun. (SKO)