Gojek Founder dan mantan CEO Nadiem Anwar Makarim, bersama Co-CEO Kevin Aluwi dan Andre Soelistyo.
Home

Fundamental Kuat, Gojek Tidak Ada Desakan untuk Merger dengan Grab

  • Rumor tersebut tidak akurat dan sebaiknya tidak dihiraukan

Home

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA – PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek Indonesia) memiliki fundamental yang kuat, sehingga tidak ada desakan untuk merger. Hal ini menjadi jawaban atas rumor beredar yang menyatakan bahwa Gojek akan merger dengan kompetitornya, yaitu Grab.

Hal tersebut terkuak dalam memo internal atas nama Co-CEO Gojek yaitu Kevin Aluwi dan Andre Soelistyo. Memo diperuntukkan kepada karyawan perusahaan karya anak bangsa itu.

”Rumor tersebut tidak akurat dan sebaiknya tidak dihiraukan,” begitu salah satu bunyi memonya. Dilanjutkan dengan kalimat bahwa Gojek berada pada posisi kuat terutama dari sisi fundamental bisnis dan perusahaan, sehingga dapat mengambil keputusan terbaik bagi perusahaan sejalan dengan misi kita bersama.

Gojek juga memiliki pondasi keuangan yang kokoh dan berada dalam posisi yang kuat untuk mendukung operasi dan pertumbuhan perusahaan hingga tahun-tahun mendatang.

”Oleh karena itu, kita tidak ada tekanan untuk melakukan kesepakatan yang disebutkan di media,” tambahnya.

Duet pimpinan Gojek itu juga menggarisbawahi bahwa sebagai perusahaan teknologi terbesar di Indonesia yang telah berekspansi ke Asia Tenggara, Gojek mendapat dukungan penuh dari investor kelas kakap dunia.

Di antaranya adalah Google, Tencent, Facebook, Paypal, Astra International, dan Telkomsel. ”Sangat jarang bagi perusahaan yang belum IPO (initial public offering) di dunia ini memiliki jajaran investor seperti Gojek,” paparnya.

Driver ojek daring GrabBike dan Gojek berhenti dipersimpangan jalan kawasan Kebun Jeruk, Jakarta, Selasa, 22 September 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Kinerja Positif

Sepanjang tahun 2020, Gojek berhasil mencetak kinerja bisnis positif. Total nilai transaksi lebih dari US$12 miliar setara Rp170 triliun. Beberapa layanan Gojek juga mampu mencetak laba operasional.

Hal ini membuat fundamental perusahaan semakin kuat untuk mewujudkan bisnis yang berkelanjutan secara jangka panjang.

”Kondisi finansial kita sangat sehat karena kita selama ini fokus mendorong pertumbuhan melalui kepemimpinan produk dan layanan di pasar, tidak seperti banyak perusahaan lain di sektor yang sama, yang banyak bergantung pada strategi bakar uang,” tegasnya.

Atas dasar itu Kevin dan Andre meminta karyawan Gojek untuk mengabaikan spekulasi dan mempercayai manajemen perusahaan yang akan selalu bertindak demi kepentingan terbaik perusahaan dan karyawan dalam menentukan masa depan Gojek.

Data resmi yang diumumkan Gojek beberapa waktu lalu tercatat, total nilai transaksi di dalam platform Gojek Group (gross transaction value/GTV) mencapai US$12 miliar atau sekitar Rp170 triliun pada 2020. Meningkat 10% dibandingkan dengan tahun lalu.

Sejumlah layanan utama bahkan telah berhasil mencetak profit diluar biaya operasional. Gojek mendapatkan pendanaan dari perusahaan-perusahaan kelas dunia seperti Facebook dan PayPal di tengah pandemi, tepatnya pada semester awal 2020.

Yang terbaru adalah operator telekomunikasi terbesar Indonesia, Telkomsel, resmi menjadi investor di Gojek dengan menanamkan investasi sebesar Rp 2,1 triliun. (SKO)