<p>Nampak pengunjung mengamati barang-barang hasil UMKM yang dijual dalam Pameran Gallery Banten,Sabtu 3 Maret 2021. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia</p>
Industri

Fungsi Intermediasi Perbankan Membaik, Siap-Siap Ekonomi Bangkit

  • Kebangkitan industri perbankan pada medio 2021 akan membawa multiplier effect terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Industri
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA - Kebangkitan industri perbankan akan membawa multiplier effect terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ketua Umum Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Joko Suyanto mengatakan pertumbuhan intermediasi perbankan sebesar 1,5%-2% bisa mengangkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia hingga 1%.

“Kondisi pemulihan perbankan ini akan membawa dampak terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dan mudah-mudahan dengan pertumbuhan perbankan maka dampak sosial ekonomi tidak terlalu besar di Indonesia,” ujar Joko dalam diskusi virtual, Selasa, 5 Oktober 2021.

Hingga Juli 2021, kondisi intermediasi perbankan telah tumbuh positif 1,16% year on year (yoy). Hal ini didorong oleh oleh meningkatnya permintaan kredit modal kerja dan konsumsi yang melesat 2,84% yoy dan 1,27% yoy. 

Joko bilang peluang besar memulihkan ekonomi ada pada sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Sektor ini diklaim bisa memberikan efek besar terhadap kondisi makro ekonomi karena merupakan penyumbang terbesar PDB Indonesia.

Bank Indonesia (BI) dalam surveinya menyebut sebanyak 69,5% UMKM belum menerima kredit perbankan. Lebih rinci, 43,1% di antaranya membutuhkan total kredit sebesar Rp1.605 triliun.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan kebutuhan yang tinggi dari sektor UMKM ini yang seharusnya dimanfaatkan oleh perbankan. 

Tidak harus direct ke UMKM, adanya beleid baru BI mengenai Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) memberi kesempatan perbankan menjangkau UMKM dengan cara lain. 

“Bila bank tidak memiliki expertise, perbankan diberi kesempatan oleh BI untuk menyalurkan kredit melalui channel lain. Karena kita tahu likuiditas perbankan ini lebih kuat dibanding perusahaan lain di industri keuangan,” jelas Piter kepada TrenAsia.com, Selasa, 5 Oktober 2021.

Dalam RPIM perbankan bisa menyalurkan kredit kepada UMKM dan Perorangan Berpendapatan Rendah (PBR) dengan menyalurkannya melalui perusahaan financial technology (fintech). Saluran ini disebut Piter potensial mengingat pertumbuhan fintech di Indonesia sangat pesat. 

Selain itu, perbankan bisa menyalurkan kredit dengan membeli Surat Berharga Pembiayaan Inklusif (SBPI) dengan underlying pembiayaan UMKM. Sejauh ini, Piter melihat PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) punya expertise untuk menangani segmen tersebut.

“Kita tahu segmen ini memiliki karakteristik khusus dan perlu pendekatan yang khusus pula. Di sini BRI dan BTPN Syariah punya pengalaman dan pendekatan untuk menjangkau segmen UMKM ini,” jelas Piter.

Strategi Perbankan

Untuk diketahui, BRI baru saja menambah modalnya melalui aksi rights issue sebesar Rp95,9 triliun. Dengan demikian, BRI kini resmi menjadi induk Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Ultra Mikro dengan dua entitas barunya,  PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.

Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan dana dari hasil rights issue tersebut nantinya akan digunakan perseroan mengembangkan ekosistem ultra mikro untuk mengakselerasi ekonomi kerakyatan.

Menurut Sunarso, sebesar 60%-70% dana itu akan digunakan untuk mengembangkan ekosistem ultra mikro dan sisanya untuk memperkuat bisnis kecil dan mikro BRI.

"Kami berkomitmen untuk memanfaatkan dana tersebut memberdayakan UMKM," ujar Sunarso dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa, 5 Oktober 2021.

Bank pelat merah ini pun optimistis mampu meningkatkan penyaluran kredit ultra mikro sebesar 14% per tahun dengan kesuksesan rights issue tersebut.

"Kami memerlukan sumber pertumbuhan baru ke depan yaitu segmen ultra mikro. Sehingga perseroan dapat tumbuh berkelanjutan dan memberikan kontribusi positif bagi para pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya, tak terkecuali pelaku usaha ultra mikro dan UMKM," ujar Sunarso.

Di sisi lain, BTPN Syariah mengklaim punya permodalan yang kokoh untuk menyaingi Holding BUMN Ultra Mikro. Direktur BTPN Syariah Fachmy Achmad memastikan BTPN Syariah akan kompetitif agar kue pasar ultra mikro dan UMKM tidak hanya dikuasai Holding BUMN Ultra Mikro.

Permodalan yang kuat ini tercermin dari total ekuitas perseroan pada semester I-2021 yang tumbuh 18% year on year (yoy). Hingga semester I-2021, BTPS telah menyalurkan pembiayaan hingga Rp10 triliun atau tumbuh 15% yoy.

Sejalan dengan rencana bisnis, kami akan menggarap pra-sejahtera produktif ini yang menjadi pasar utama. Sebanyak 99,99% portofolio kami berasal dari UMKM, khususnya ultra mikro” jelas Direktur BTPN Syariah Fachmy Achmad dalam paparan publik virtual bulan lalu.

Bank yang baru saja didepak dari LQ45 ini diketahui membukukan kenaikan laba bersih hingga 89,65% yoy pada kuartal II-2021. Laba bersih BTPN merangkak naik dari RP406 miliar pada kuartal II-2020 menjadi Rp770 miliar pada kuartal II-2021.