G7 Siapkan US$ 600 Miliar Untuk Saingi Belt and Road China
- residen Amerika Joe Biden saat KTT G7 di Brussel Jerman mengatakan rencana itu akan memberikan keuntungan bagi semua orang.
Nasional
BRUSSEL-Para pemimpin G7 memiliki rencana terperinci untuk memobilisasi $600 miliar atau sekitar Rp887 triliun (kurs Rp14.790) dalam pendanaan untuk negara berkembang. Sebuah langkah yang dianggap untuk melawan rencana Belt and Road Initiativ China.
The Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII) meluncurkan kembali skema yang diungkapkan pada pembicaraan G7 tahun lalu di Inggris. Presiden Amerika Joe Biden saat KTT G7 di Brussel Jerman mengatakan rencana itu akan memberikan keuntungan bagi semua orang.
Prakarsa infrastruktur multi-triliun dolar China dikritik karena memukul negara-negara dengan terlalu banyak utang.
“Saya ingin memperjelas. Ini bukan bantuan atau amal,” kata Biden tentang skema PGII G7. "Ini adalah investasi yang akan memberikan pengembalian bagi semua orang."
- Peran Penting Eks Dirut Garuda Emirsyah Satar dalam Perkara Korupsi Pengadaan Pesawat
- Rusia akan Beri Nuklir ke Belarusia
- Carding Makin Meresahkan, Begini Cara Mengindarinya Saat Bertansaksi Online
Skema itu akan memungkinkan negara-negara untuk "melihat manfaat nyata dari bermitra dengan demokrasi," tambah presiden Amerika sebagaimana dikutip BBC Senin 27 Juni 2022.
Rencana tersebut meminta para pemimpin G7 untuk mengumpulkan US$600 miliar selama lima tahun. Dana itu akan digunakan untuk mendanai peluncuran proyek infrastruktur di negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah.
Amerika sendiri telah berjanji untuk mengumpulkan US$200 miliar dari total melalui hibah, dana federal dan investasi swasta. Sementara Uni Eropa telah mengumumkan sekitar 300 miliar Euro.
Inisiatif ini akan diarahkan untuk mengatasi perubahan iklim, meningkatkan kesehatan global, mencapai kesetaraan gender, dan membangun infrastruktur digital.
Proyek yang disorot
Beberapa inisiatif yang disorot termasuk proyek bertenaga surya di Angola, fasilitas pembuatan vaksin di Senegal, dan kabel telekomunikasi bawah laut sepanjang 1.609 km yang menghubungkan Singapura ke Prancis melalui Mesir dan Tanduk Afrika.
Rencana tersebut telah diajukan sebagai cara untuk melawan Inisiatif Belt and Road China yang ambisius. Diluncurkan oleh presiden China Xi Jinping pada tahun 2013, Belt and Road menyediakan pembiayaan bagi negara-negara berkembang untuk membangun infrastruktur seperti pelabuhan, jalan dan jembatan.
- Terpanjang di Indonesia, Ini 7 Fakta Menarik Jalan Tol Layang MBZ
- Resesi Ekonomi Incar Dunia, Makanan Bakal Jadi Investasi Terbaik daripada Emas
- Proyek Jalan Tol Bawah Laut Disiapkan, Infrastruktur Dasar di Ibu Kota Baru Mulai Dibangun pada Agustus 2022
Meskipun telah mengembangkan hubungan perdagangan, inisiatif itu juga telah dikritik sebagai sarana untuk memberikan pinjaman berat. Hal ini memaksa negara-negara yang dibebani utang untuk menyerahkan aset-aset utama jika mereka gagal memenuhi pembayaran utang mereka.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan tujuan dari proyek terbaru ini adalah untuk menghadirkan "dorongan investasi yang kuat dan positif kepada dunia untuk menunjukkan kepada mitra kami di negara berkembang bahwa mereka memiliki pilihan".
Rencana infrastruktur pertama kali diumumkan pada KTT G7 2021 di Inggris. Disebut Build Back Better World pada saat itu, rencana yang didorong Amerika tersendat karena kurangnya kemajuan. Proyek tersebut kemudian diubah namanya menjadi PGII sebelum dihidupkan kembali pada KTT 2022.