<p>Gedung BUMN PT Permodalan Nasional Madani (Persero) alias PNM / Pnm.co.id</p>
Korporasi

Gabung Holding BUMN Ultra Mikro Bikin Pefindo Kerek Peringkat PNM Jadi idAA Outlook Stabil

  • JAKARTA – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menyematkan peringkat idAA dengan outlook stabil kepada PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM. Peri
Korporasi
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menyematkan peringkat idAA dengan outlook stabil kepada PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM. Peringkat ini membaik dari sebelumnya hanya idA+ pada Juli 2021.

Pefindo menilai bergabungnya PNM ke dalam Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Ultra Mikro semakin memperkuat aspek likuiditas sekaligus kemampuan penyaluran kredit perseroan. 

Usai terkonsolidasi dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), Pefindo menyebut dukungan modal dan pendanaan akan lebih mudah didapatkan oleh PNM.

“Secara signifikan meningkatkan fleksibilitas PNM dalam memperoleh yang luar biasa dan dukungan modal dan pendanaan yang tepat waktu terutama selama kesulitan keuangan, yang memperkuat kemungkinan dukungan yang lebih tinggi dari pemerintah yang masih menguasai PNM & BRI,” jelas Pefindo dalam keterangan tertulis, Rabu, 22 September 2021.

Selain itu, Pefindo juga meningkatkan outstanding utang konvensional PNM dari idA menjadi idAA. Lalu, peringkat utang syariah juga ditingkatkan Pefindo menjadi idAA dari sebelumnya idA.

“PNM memiliki kapasitas yang sangat kuat untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya. Peringkat perusahaan mencerminkan posisi bisnis yang sangat kuat, dan likuiditas dan fleksibilitas keuangan yang sangat kuat,” papar Pefindo.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan, total aset PNM pada semester I-2021 mencapai Rp38,15 triliun. Angka ini meningkat 20,4% dibandingkan posisi akhir 2020 yang hanya Rp31,66 triliun.

Adapun total ekuitas PNM pada paruh pertama ini mencapai Rp5,9 triliun atau naik tipis dibandingkan akhir 2020 yang sebesar Rp5,5 triliun. Meski secara permodalan menguat, namun nyatanya PNM mengalami pelemahan pada aspek profitabilitas.

Hal ini tercermin dari pendapatan bersih PNM yang merosot 11,4% year to date (ytd) dari Rp358 miliar pada akhir 2020 menjadi Rp317 miliar pada semester I-2021. Sementatara itu, cost to income ratio PNM menurun dari 87,4% pada akhir 2020 menjadi 79,9% pada semester I-2021.