Perusahaan raksasa properti China, Evergrande Group, terancam gagal bayar utang hingga ribuan triliun. / Evergrande.com
Dunia

Gagal Bayar Evergrande Group China Picu Dampak Sistemik hingga Indonesia?

  • Perusahaan properti raksasa asal China, Evergrande Group tengah santer dikabarkan atas jatuh tempo utangnya yang menggunung. Pengembang ternama ini terancam bangkrut lantaran terindikasi gagal bayar utang sebesar US$300 miliar atau setara Rp4.275 triliun (asumsi kurs Rp 14.251 per dolar Amerika Serikat).
Dunia
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA - Perusahaan properti raksasa asal China, Evergrande Group tengah santer dikabarkan terkait jatuh tempo utangnya yang menggunung. Pengembang ternama ini terancam bangkrut lantaran terindikasi gagal bayar utang sebesar US$300 miliar atau setara Rp4.275 triliun (asumsi kurs Rp 14.251 per dolar Amerika Serikat).

Kendati belum ditemukan proyeknya secara langsung di Indonesia, Evergrande sendiri memiliki lebih dari 1.300 proyek yang tersebar di 280 kota di China.

Terkait hal ini, sejumlah pihak menilai permasalahan berpotensi membawa dampak sistemik secara global. Pasalnya, sektor properti di China merupakan penopang utama ekonomi di negara tersebut.

Pendapatan dari sektor ini menyumbang hingga 29% atas pertumbuhan ekonomi di China. Sementara itu, Negeri Tirai Bambu ini merupakan negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia.

Maka tak ayal, permasalahan gagal bayar dari satu perusahaan besar ini dapat menyebabkan kerugian yang meluas.

“Keterlambatan pembayaran oleh perusahaan dapat memicu terjadinya cross-default,” ungkap Manajer Portofolio di Connective Capital Rob Romero dikutip Reuters, Selasa, 21 September 2021.

Ia mengaku, masih sulit untuk mengetahui seberapa jauh penularan akan menyebar. Pihaknya sendiri tengah mencari tanda-tanda ketahanan di pasar AS. Kekhawatiran atas kasus Evergrande ini juga dinilai telah memicu sentimen keuangan global. 

“Penilaian kami di pasar ekuitas membuat banyak investor hampir mundur,” tambahnya. Banyak pihak yang menilai kekhawatiran atas masalah Evergrande ini akan menjadi kasus serupa Lehman Brothers. Raksasa perbankan AS yang bangkrut pada 2008 tersebut sempat memicu krisis keuangan global.

Terbaru, Evergrande dikabarkan tengah mengupayakan untuk melunasi utang, salah satunya dengan menjual menara yang berada di Hong Kong. Menara ini dibeli oleh perusahaan tersebut pada 2015 sebesar US$1,6 miliar.

Tak hanya itu, perusahaan juga menjual sejumlah aset mereka dengan penawaran diskon yang cukup besar. Unit rumah hunian mereka dijual dengan potongan harga 28%, sedangkan diskon 46% untuk kantor, dan toko serta unit parkir dijual dengan diskon hingga 52%.

Kepala Riset PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya mengatakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,9% pada perdagangan Senin, 20 September 2021, sejalan dengan indeks ekuitas regional yang lemah di tengah kekhawatiran tentang potensi efek gagal bayar Evergrande.

"Perhatian tertuju pada pengembang properti China Evergrande Group, yang memiliki utang lebih dari US$300 miliar dan sekarang hampir gagal bayar pada sebagian yang jatuh tempo Kamis ini," tambahnya.

Hariyanto bilang, investor khawatir bahwa kejatuhan dapat menyebar ke bagian lain dari pasar keuangan global. Pekan ini, kata dia, fokus investor tertuju pada pertemuan kebijakan dua hari the Fed, yang diperkirakan akan mengisyaratkan pengumuman tapering.