Bobby Nasution (pemkomedan)
Nasional

Profil Bobby Nasution yang Baru Saja Didaulat jadi Tokoh Nasional

  • Wali Kota Medan, Bobby Afif Nasution, dikukuhkan sebagai tokoh nasional dari Tapanuli Selatan (Tabagsel) di Alaman Bolak, Kota Padangsidimpuan, pada Minggu, 4 Maret 2024.
Nasional
Distika Safara Setianda

Distika Safara Setianda

Author

JAKARTA - Wali Kota Medan, Bobby Afif Nasution, dikukuhkan sebagai tokoh nasional dari Tapanuli Selatan (Tabagsel) di Alaman Bolak, Kota Padangsidimpuan, pada Minggu, 4 Maret 2024.

Pengukuhan itu diberikan oleh raja-raja se-Tabagsel serta para tokoh masyarakat dari wilayah tersebut termasuk Harry Lotung, Gus Irawan Pasaribu, Dolly Pasaribu, Abdul Basith Dalimunthe, Siwan Siswanto, dan Rusydi Nasution. Selain diakui sebagai tokoh nasional, Bobby juga dianugerahi gelar kehormatan adat, yaitu Sutan Porang Gunung Baringin Naposo.

Dalam pelaksanaan pengukuhan Bobby sebagai tokoh nasional, berbagai tradisi budaya daerah dihadirkan, termasuk prosesi masuk hingga penyematan Ulos khas Tabagsel, diikuti dengan Manortor Adat yang memperkuat semangat kebersamaan.

Acara pengukuhan disertai dengan berbagai upacara adat, termasuk prosesi masuk dan penyematan ulos khas Tabagsel, yang kemudian dilanjutkan dengan menari tor-tor. Bobby mengungkapkan kebanggaannya atas penghargaan tersebut.

“Saya merasa bangga dan sangat berterima kasih dengan penyematan Gelar sebagai Tokoh Nasional dari Tabagsel yang baru saja di Kukuhkan oleh Raja dan tokoh Adat Tabagsel,” ujar Bobby, yang didampingi Kahiyang Ayu.

Bobby juga menyatakan komitmennya untuk memperjuangkan pembangunan Tabagsel dan mengajak masyarakat untuk bijaksana dalam memilih pemimpin.

Sementara, tokoh adat Tabagsel, Harry Lotung Siregar, menekankan peran penting Bobby Nasution dalam proses pembangunan daerah tersebut. Harry menggambarkan Bobby sebagai putra Tapanuli Selatan yang berkomitmen untuk memajukan daerahnya melalui berbagai inisiatif pembangunan.

Gagal Membiakkan Harimau

Sebelumnya, Bobby mengungkapkan, Kebun Binatang Medan atau Medan Zoo mengalami kegagalan dalam upaya pembiakan harimau, baik harimau Sumatra maupun Benggala, dalam beberapa tahun terakhir.

“Medan Zoo itu gagal dalam breeding (pembiakan). Dia harimau itu mati, tapi enggak ada penerus. Kita lihat jumlah breeding yang ada di Medan Zoo,” ungkap Bobby di Medan.

Dia menambahkan, yang terakhir kali lahir adalah dua bayi harimau Benggala dari induk betina bernama Wesa dan jantan bernama Avatar di Taman Margasatwa Medan Zoo pada 12 Juli 2018.

Bobby juga menginformasikan ada lima ekor harimau yang telah mati di Medan Zoo, termasuk tiga ekor harimau Sumatra bernama Erha pada tanggal 3 November 2023, Nurhaliza pada 31 Desember 2023, dan Bintang Sorik yang berusia 13 tahun pada 13 Februari 2024.

Kemudian, dua ekor harimau Benggala, yaitu Avatar pada 3 Desember 2023 dan Wesa yang berusia sekitar 19 tahun pada 22 Januari 2024.

Bobby menekankan, harimau di Kebun Binatang Medan bukan tidak boleh mati, karena setiap makhluk yang bernyawa pasti akan mati.

“Makhluk hidup pasti mati. Poinnya itu yang dipersoalkan dia mati, tapi belum sempat ada penerusnya. Masa kebun binatang hewannya enggak ada yang boleh mati,” jelas Bobby.

Bobby juga mengajak semua pihak terkait untuk bersama-sama mengevaluasi berbagai faktor terkait kematian lima ekor harimau dalam empat bulan terakhir di Medan Zoo. Evaluasi tersebut mencakup pertimbangan tentang usia harimau, pola makan, serta kebijakan perawatan yang diterapkan di Medan Zoo.

“Nah ini juga bisa dijadikan salah satu faktor-faktor penyebab dia mati. Makanya itu, saya bilang manajemennya,” tegas Bobby.

Juru Kampanye Satwa Liar-The Wildlife Whisperer of Sumatra, Arisa Mukharliza, mengungkapkan kematian Bintang Sorik, seekor harimau Sumatra di Medan Zoo, disebabkan oleh prognosis infausta, suatu penyakit yang bisa diobati.

“Sudah lima ekor harimau mati di Medan Zoo dengan prognosis infausta,” kata dia.

Menurutnya, kasus-kasus yang terjadi di Medan Zoo tidak hanya tentang hidup dan mati satwa, tetapi juga tentang tanggung jawab dan peran pengelola kebun binatang terhadap taman margasatwa tersebut. “Ada tanggung jawab dan peran pengelola kebun binatang,” kata Arisa.

Profil Bobby Nasution

Bobby Nasution lahir di Medan pada 5 Juli 1991 dari pasangan Erwin Nasution, mantan Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara IV, dan Ade Hanifiah Siregar. Masa kecilnya dihabiskan di Pontianak, di mana ia mengikuti pekerjaan Ayahnya.

Di kota tersebut, ia menempuh pendidikan dasar di SD Muhammadiyah 02 Pontianak. Setelah itu, keluarganya pindah ke Bandar Lampung, di mana Bobby melanjutkan pendidikan menengah di SMP Negeri 22 Lampung. Di Bandar Lampung, Bobby juga menyelesaikan pendidikan menengah atasnya di SMA Negeri 9.

Setelah lulus dari SMA pada tahun 2009, Bobby melanjutkan studi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen di Institut Pertanian Bogor (IPB), dengan mengambil jurusan Agribisnis. Tidak berhenti di tingkat sarjana (S1), ia kemudian melanjutkan studi program magister di IPB pada tahun 2015. Saat mengejar gelar magister, dia bertemu dengan Kahiyang.

Awalnya, Bobby tidak terlalu terlibat dalam dunia politik, ia lebih fokus pada bisnis properti. Saat masih menjadi mahasiswa S1 di IPB, dia mulai merintis karirnya di industri properti pada tahun 2011.

Meskipun demikian, perjalanan karirnya di dunia real estate tidak langsung meraih kesuksesan. Awalnya, Bobby hanya mencari dan memperbaiki rumah-rumah bekas untuk dijual kembali.

Setelah memperoleh keahlian dan reputasi yang baik, ia memilih untuk mulai membangun beberapa rumah baru dan terlibat dalam proyek yang lebih besar, termasuk proyek Malioboro City di Yogyakarta. Pada tahun 2016, Bobby bergabung dengan Takke Group, perusahaan properti yang didirikan oleh seorang pengusaha berpengalaman di bidang properti selama lebih dari 20 tahun, yaitu Laurent M. Takke.

Di Takke Group, ia menjabat sebagai Direktur Marketing dan merupakan salah satu pemegang saham perusahaan, dengan kepemilikan sekitar 10-20%. Selama berada di perusahaan tersebut, Bobby terlibat dalam beberapa proyek Takke Group, termasuk Kemang View Bekasi, Metro Galaxy Park Bekasi, dan Gardenia Bogor.

Selain di Takke Group, Bobby juga menjabat sebagai Komisaris di PT Wirasena Cipta Reswara dan memiliki saham di perusahaan tersebut senilai Rp9,3 miliar. Bobby juga terlibat dalam bisnis beras melalui PT Pilar Wirasena Sinergi.

Bobby pertama kali mencuat dalam dunia politik saat ia terlibat dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Medan, Sumatera Utara pada tahun 2020. Saat itu, ia mendaftar sebagai calon kepala daerah di beberapa partai politik bersama mitranya, Aulia Rachman, yang merupakan anggota DPRD Kota Medan dari Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).

Pasangan Bobby, Aulia, ini didukung oleh koalisi PDIP, Gerindra, Partai Amanat Nasional (PAN), Gokar, Nasional Demokrat (Nasdem), Hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai Solidaritas Indonesia (PSI), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Dalam kampanyenya, pasangan Bobby dan Aulia sering kali menyoroti masalah banjir dan jalan berlubang yang belum terselesaikan di Kota Medan. Dalam suatu kesempatan, Bobby berjanji untuk menangani masalah banjir dalam waktu dua tahun.

Salah satu langkah yang akan diambil adalah memperbaiki sistem drainase dan membangun kolam retensi di lahan seluas 3,98 hektar di Kecamatan Medan Selayang. Bobby menjelaskan, kolam retensi ini akan digunakan sebagai tempat penampungan sementara air dari luapan Sungai Selayang. Hal ini bertujuan untuk mengatasi masalah debit air yang melebihi daya tampung Sungai Selayang saat hujan turun.

Janji lain keduanya menjadikan Kota Medan sebagai pusat kuliner di Asia Tenggara dan kota perdagangan berstandar internasional. Ini merupakan salah satu program utama dalam program “Medan Beridentitas” yang mereka sampaikan dalam dokumen visi-misi sebagai pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota.

Dengan dukungan dari beberapa partai politik, pasangan Bobby dan Aulia berhasil memenangkan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Medan. Keputusan kemenangan mereka diresmikan dalam Surat Keputusan KPU Medan nomor 1672/PL.02-6-Kpt/1271/KPU-Kot/XII/2020 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Medan Tahun 2020.

Berdasarkan hasil rekapitulasi suara, Bobby dan Aulia memenangkan Pemilihan Kepala Daerah dengan meraih 53,5% dari total suara sah, atau sebanyak 393.533 suara. Sementara, lawan mereka yang merupakan petahana, yaitu Akhyar Nasution dan Salman Alfarisi, kalah dengan perolehan 46,5% atau 342.480 suara.