Gajah Tunggal (GJTL) Rugi Rp169 Miliar di Kuartal III-2022 Meski Penjualan Naik
- PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) alami kerugian cukup dalam pada kuartal ke III-2022. Perseroan mengalami kerugian Rp169,33 miliar, padahal pada periode yang sama tahun lalu, GJTL torehkan laba bersih Rp19,34 miliar.
Korporasi
JAKARTA - PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) mengalami kerugian cukup dalam pada kuartal ke III-2022. Perseroan mengalami kerugian Rp169,33 miliar, padahal pada periode yang sama tahun lalu, GJTL menorehkan laba bersih Rp19,34 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan di keterbukaan informasi BEI, kerugian tersebut lantaran pertumbuhan penjualan tidak mampu mengimbangi beban pokok penjualan. GJTL mencatatkan kenaikan penjualan bersih sebesar 13,87% dari yang semula Rp11,19 triliun menjadi Rp12,75 triliun. Sementara eban pokok penjualan perseroan melonjak 15,6% dari Rp9,54 triliun menjadi Rp11,03 triliun pada periode tersebut.
Adapun penjualan GJTL mengalami pertumbuhan yang signifikan untuk pasar Jawa dan Luar Jawa. Di Pulau Jawa, penjualan GJTL melambung 26,42% dari Rp4,45 triliun menjadi Rp5,63 triliun. Sementara luar Jawa mengalami peningkatan 14,07% dari Rp2,95 triliun menjadi Rp3,37 triliun.
- Kuartal III-2022, BFI Finance Torehkan Laba Rp1,3 Triliun
- Anak Usaha ASSA (AnterAja) Disuntik Danamon Rp270 Miliar
- Pesawat Bertenaga Nuklir Bukan Lagi Sekadar Fiksi
“Untuk di pasar luar negeri, GJTL mengalami peningkatan penjualan. Di Amerika Serikat tumbuh tipis dari Rp2,14 triliun menjadi Rp2,17 triliun, begitu juga dengan Eropa menjadi Rp928 miliar dan Timur Tengah Rp191 miliar,” tulis laporan keuangan perseroan, dikutip Kamis, 3 November 2022.
Sementara dari sisi aset, GJTL mengalami kenaikan dari Rp18,44 triliun di 31 Desember 2021 menjadi Rp19,58 triliun. Diikuti oleh jumlah liabilitas yang mencapai Rp12,69 triliun. Namun, dari segi ekuitas susut 1,07% dari Rp6,96 triliun menjadi Rp6,89 triliun.
Sebagai informasi, GJTL merupakan salah satu pemain utama di industri ban. Saham perusahaan ini sebagian juga dimiliki oleh investor kawakan Lo Kheng Hong atau biasa dikenal LKH.