Capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo (tengah) menyampaikan pendapat disaksikan capres nomor urut dua Prabowo Subianto (kiri) dan capres nomor urut satu Anies Baswedan saat adu gagasan dalam debat ketiga Pilpres 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu 7 Januari 2024. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.
Energi

Ganjar Sebut Natuna di Debat, Berapa Potensinya

  • Blok Tuna sendiri diklaim memiliki peran strategis bagi geopolitik Indonesia karena terletak di perbatasan Vietnam dan dekat dengan Laut Cina Selatan
Energi
Debrinata Rizky

Debrinata Rizky

Author

JAKARTA - Dalam debat calon presiden (capres) pada 7, Januari 2024 salah satu capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo, berjanji akan mengeksploitasi sumber gas bumi yang berada di daerah Natuna Utara.

Hal ini merupakan pertanyaan panelis yang bertanya terkait inisiatif masing-masing paslon terkait konflik Laut Cina Selatan yang belum usai. Lalu sebenarnya bagaimana potensi gas di perairan Natuna?

"Lalu alutsista Angkatan Laut harus jadi prioritas. Lalu kalau saya jadi Presiden, gas di Natuna Utara mesti harus dieksploitasi dari kita sendiri untuk menunjukkan power kita kepada dunia," ujar Ganjar dilansir pada Senin, 8 Januari 2024.

Berdasarkan catatan TrenAsia.com, salah satu harta karun gas di Natura Utara yang nasibnya masih tidak jelas adalah Blok Tuna yang terletak di perbatasan Indonesia-Vietnam.

Lapangan ini baru saja ditinggal hengkang oleh BUMN Rusia, Zarubezhneft (ZN) yang melepas hak partisipasinya di Blok Tuna. Hal ini merupakan imbas dari sanksi negara barat ke Rusia.

Wakil Ketua Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Nanang Abdul Manaf sebelumnya, telah memastikan bahwa pengembangan Blok Tuna masih berjalan bahkan ia menyebut banyak investor yang mengantre.

Blok ini dikenal sebagai blok yang kaya akan gas. Terletak di lepas pantai Natuna Timur itu dioperatori perusahaan migas asal Inggris Premier Oil Tuna BV (Harbour Energy Group) dengan hak partisipasi 50%. Zarubezhneft lewat anak usahanya, ZN Asia Ltd ikut memegang 50% hak partisipasi Blok Tuna.

Sebenarnya, pemerintah sebelumnya telah menyetujui rencana pengembangan alias Plan of Development (POD) Blok Tuna pada awal tahun 2023. Namun akibat sanksi yang dikenakan negara-negara barat terhadap perusahaan Rusia,  Zarubezhneft juga turut kena imbas.

Blok Tuna sendiri diklaim memiliki peran strategis bagi geopolitik Indonesia karena terletak di perbatasan Vietnam dan dekat dengan Laut Cina Selatan. Adapun, Blok Tuna diperkirakan memiliki potensi gas di kisaran 100 hingga 150 million standard cubic feet per day (MMscfd).

Sedangkan kawasan di perairan Natuna lainnya yang memiliki potensial salah satunya East Natuna. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji  mengatakan,Blok East Natuna diperkirakan menyimpan sumber daya minyak mencapai 2,2 BBO dan gas sebesar 300 BSCF. Potensi sumber daya itu terbentang di atas luasan konsesi 10.484,39 kilometer persegi.

Saat ini East Natuna dikelola oleh anak usaha PT Pertamina Hulu Energi (PHE), PT Pertamina East Natuna. Melalui komitmen investasi awal sebesar US$13 juta atau setara Rp194,5 miliar (asumsi kurs Rp14.968 per dolar AS).