<p>Gedung SCTV milik PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) / Facebook @SCTV</p>
Nasional

Ganti Material yang Lebih Ramah Lingkungan, SCMA Buktikan Perusahaan Media juga Bisa Berkontribusi pada Lingkungan

  • Sektor media dan hiburan menjadi salah satu komponen yang secara tidak langsung mempengaruhi tren Environment, Social, and Governance (ESG)

Nasional

Feby Dwi Andrian

JAKARTA - Sektor media dan hiburan menjadi salah satu komponen yang secara tidak langsung mempengaruhi tren Environment, Social, and Governance (ESG)

Meskipun sempat tertekan karena pandemi COVID-19 namun media terus berkembang dan berevolusi. Seperti pepatah blessing in disguise, media sekarang berubah format. Dari yang awalnya hanya beberapa orang atau kelompok bahkan perusahaan yang menyebarkan, zaman sekarang semua orang bisa menjadi media itu sendiri.

Namun hal tersebut perlu dicermati dengan banyaknya misinformasi, hoaks, disinformasi, radikalisme yang terkadang menghantui media di zaman sekarang.

Hal ini pula yang membuat PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) optimis dengan terus menghadirkan konten serta tayangan berkualitas dan ingin terus meningkatkan kinerja secara berkelanjutan.

"Untuk mempertahankan kualitas dalam jangka panjang, kami menyadari pentingnya keseimbangan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST)," ujar Sutanto Hartono dalam Laporan Berkelanjutan yang dirilis pada April 2022 silam.

Keseimbangan kinerja LST merupakan wujud tanggung jawab kami guna mendukung keberlanjutan seluruh lini bisnis perseroan agar dapat terus hadir di tengah masyarakat.

Sepanjang tahun 2021, SCMA merespons tantangan pandemi dengan penyesuaian proses produksi konten dan memaksimalkan platform digital untuk menghibur dan memberikan edukasi kepada masyarakat.

Pada kinerja ekonomi, perseroan mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp5,93 triliun, dari sebelumnya Rp5,10 triliun pada tahun 2020 dan laba usaha mencapai Rp1,75 triliun dari sebelumnya Rp1,45 triliun.

Kemudian perseroan juga turut mengelola dampak lingkungan melalui efisiensi kegiatan internal, di antaranya penghematan energi dan pengelolaan limbah.

"Adapun pemakaian energi turun sekitar 2 persen dari tahun lalu yang berasal dari pengurangan konsumsi BBM untuk kendaraan dan pemakaian listrik," ucap Sutanto.

Selain itu SCMA juga mengelola limbah padat non-B3 sesuai prinsip 3R; reduce (mengurangi), reuse (memanfaatkan kembali), dan recycle (daur ulang).

Maka dari itu perseroan tidak akan berhenti mempelajari berbagai teknologi dalam menciptakan berbagai inovasi dan meningkatkan pelayanan. Selain itu juga perhatian perseroan pada aspek berkelanjutan senantiasa diperkuat dengan dibentuknya Komite Komite Keberlanjutan yang memegang peran penting dalam mengelola LST di masa depan.

Lebih lanjut, perseroan juga melakukan pengelolaan terhadap risiko melalui Sistem Manajemen Risiko, termasuk risiko lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST).

Pengawasan kinerja manajemen risiko dilakukan oleh Divisi Audit Internal dan adapun pelaksanaannya dilakukan oleh fungsi manajemen risiko pada setiap unit.

Unit Audit Internal melaporkan hasil kinerja manajemen risiko secara berkala kepada Direktur Utama dan Komite Audit.

Selanjutnya SCMA juga telah membentuk Komite Keberlanjutan yang disebut ESG Committee yang memiliki peran dalam menentukan arah penerapan kinerja aspek ekonomi, sosial, dan tata kelola perseroan.

Komite Keberlanjutan beranggotakan tiga orang yaitu Chief Executive Officer (CEO), Chief Financial Officer (CFO) dan Head of Investor Relations.

"Komite ini juga berfungsi untuk mengkoordinasi sinergi kinerja yang terkelola terkait aspek LST," sambung Sutanto.

Sebagai perusahaan jasa, perseroan tidak mengeluarkan produk ramah lingkungan. Namun demikian, proses kegiatan usaha tetap harus efisien sehingga tidak banyak mengeluarkan emisi. Kami terus berupaya untuk mengganti material yang lebih ramah lingkungan atau menggunakan teknologi yang lebih efisien.

Perseroan juga telah memiliki kebijakan untuk memastikan kegaitan yang dilakukan konsisten dengan komitmen untuk mengurangi dampak negatif perubahan cuaca. Selama tahun 2021, perseroan telah melakukan berbagai langkah efisiensi energi yaitu:

- Perseroan menggunakan tim kecil untuk kegiatan produksi program, sehingga mengurangi pemakaian jumlah kendaraan operasional.

- Perseroan menggunakan sistem otomasi untuk mengontrol pendingin ruangan (AC) di beberapa area kantor.

- Perseroan mengganti kabel listrik berbahan alumunium menjadi tembaga yang mampu mengurangi hambatan arus listrik, sehingga penggunaan listrik dapat berkurang.

- Perseroan menggunakan lampu LED untuk perlengkapan produksi di studio yang lebih efisien dalam penggunaan listrik.

- Terdapat sistem elevator terkoordinasi (smart elevator)

- Mengurangi dampak negatif dari penggunaan energi.

- Meningkatkan efisiensi dalam menggunakan energi.

Perseroan turut serta dalam mendukung target pemerintah untuk menurunkan emisi hingga 29% dan saat ini perseroan sedang dalam proses untuk menetapkan dasar perhitungan agar dapat menentukan target reduksi emisi.

Pada komponen manajemen perseroan memastikan pengelolaan SDM yang cermat di bawah pengawasan Divisi Human Resources, dengan evaluasi berkala oleh Direksi melalui penilaian kinerja berdasarkan key performance indicators (KPI)

SCM juga menerapkan penghargaan terhadap prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia (HAM) kepada semua individu, sesuai dengan Undang-Undang RI No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Penghormatan terhadap HAM, salah satunya diwujudkan melalui praktik pengelolaan ketenagakerjaan. Kesempatan yang setara juga diberikan kepada semua karyawan untuk menduduki posisi atau jabatan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

Hingga akhir 2021, jumlah direktur laki-laki dan perempuan pada jajaran manajemen adalah sama, yaitu masing-masing tiga orang.

Selama tahun 2021, perseroan mencatat tingkat perputaran karyawan (turnover rate) sebesar 11%. Terdapat 468 orang dari total karyawan, meninggalkan perseroan karena berbagai alasan. Sementara itu, Perseroan merekrut karyawan baru yang berjumlah 687 orang, terdiri dari 408 atau 59% laki-laki dan 279 atau 41% perempuan.