<p>Warga memberikan sampah anorganik di drop point rekosistem yang berada di kawasan Stasiun MRT Blok M, Jakarta Selatan, Jum&#8217;at, 5 Maret 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Gantikan Batu Bara, Sampah TPA Rawakucing Disulap Jadi Bahan Bakar PLTU

  • Sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawakucing, Tangerang akan diolah menjadi biomassa substitusi batu bara sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawakucing, Tangerang akan diolah menjadi biomassa substitusi batu bara sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Proyek ini dilakukan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN melalui anak usahanya, PT Indonesia Power (IP).

Komisaris Utama PLN Amien Sunaryadi menjelaskan, komposisi sampah di TPA Rawakucing terdiri dari sampah berbasis kayu (wood chips), sampah pasar tradisional/induk, dan sampah perkotaan/rumah tangga (municipal solid waste/MSW).

“IP bersama Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang akan melakukan uji coba pertama dengan variasi komposisi campuran sampah,” mengutip keterangan tertulis, Kamis, 29 April 2021.

Tujuannya untuk memperoleh pelet Solid Recovered Fuel (SRF) atau Refused Derived Fuel (RDF) dengan kualitas terbaik. Pemanfaatan ini juga diharapkan dapat menjadi solusi permasalahan sampah di Kota Tangerang.

Sementara itu, Direktur Mega Proyek dan Energi Baru Terbarukan PLN Ikhsan Asaad menyampaikan, pemanfaatan sampah alias program co-firing ini akan terus dievaluasi.

Menurutnya, program ini merupakan jalan untuk keluar dari permasalahan sampah sekaligus mendorong renewable energy.

Selain itu, Asaad menyebut harga pelet saar ini ada di kisaran 85% dari harga batu bara. Terkait hal ini, ia pun mendorong percepatan peningkatan penggunaan EBT.

“Nantinya, sampah ini akan diolah menjadi pelet biomassa. Tujuannya sebagai substitusi batu bara sebagai bahan bakar PLTU,” ungkap Ikhsan.

Seperti diketahui, co-firing merupakan proses penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial atau bahan campuran batu bara di PLTU.

PLN sendiri menargetkan proyek co-firing di 52 lokasi PLTU batu bara eksisting hingga 2024. Tiga tahun mendatang, PLN juga menargetkan peningkatan kapasitas pembangkit EBT menjadi 16 Giga Watt (GW). (RCS)