Gara-gara Corona, BUMN Timah Batal Ekspansi di Nigeria
Direktur Keuangan PT Timah Tbk (TINS), Wibisono mengungkapkan pembatalan ekspansi tambang timah yang berada di Nigeria, Afrika Barat.
Industri
JAKARTA – Rencana ekspansi tambang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Timah Tbk (TINS) di Nigeria, Afrika, harus kandas lantaran hantaman pandemi virus corona.
Direktur Keuangan PT Timah Wibisono mengungkapkan pembatalan ekspansi tambang timah yang berada di Nigeria, Afrika Barat. Hal ini dikarenakan adanya pandemi COVID-19 yang menerpa dunia.
Wibisono menyatakan rencana tersebut awalnya dilakukan demi menjaga cadangan timah perseroan. Bahkan manajemen telah mengirimkan tim untuk melaksanakaan eksplorasi di Benua Hitam tersebut. Ketika pandemi menyeruak, TINS langsung memulangkan tim untuk kembali ke Tanah Air.
“Walaupun begitu kami tetap menjalin komunikasi dengan partner kami yang berada di sana untuk melaksanakan serangkaian assessment terhadap tambang primer,” ujarnya dalam Public Expose Live 2020 yang diselenggerakan oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Jumat 28 Agustus 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Pada semester I-2020 TINS mencatat produksi bijih timah sebesar 24.990 ton atau turun 47,3% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yakni 47.423 ton. Dalam kurun waktu tersebut TINS mencatatkan ekspor timah sebesar 98,3% dengan lima negara tujuan ekspor terbesar di antaranya Singapura sebesar 17,9%, Korea Selatan 16,2%, China 14,8%, Amerika Serikat 11,2%, dan India 11,2%. Total kontribusi ekspor timah ke negara-negara tersebut mencapai 71,3%.
Operasional
Secara operasional, lanjut Wibisono, pihaknya terus melakukan action plan berupa efisiensi di setiap lini bisnis. Selain itu TINS melakukan optimalisasi alat produksi serta menjaga kinerja produksi dan penjualan agar cashflow tetap optimal. Di samping itu, biaya bahan baku yang berkontribusi besar terhadap struktur biaya disiasati melalui third‐party renegotiation untuk kompensasi yang lebih ekonomis.
TINS memanfaatkan pula backlog atau persediaan timah setengah jadi untuk dilebur kembali menjadi logam timah dengan spesifikasi standar LME. Dengan begitu, diharapkan memberikan kontribusi positif terhadap penerimaan perusahaan.
“Efektivitas manajemen biaya yang saat ini dilakukan akan mulai terlihat pada laporan finansial kuartal‐kuartal berikutnya,” terangnya.
Dengan demikian, ia bilang potensi perbaikan performa TINS masih terbuka lebar. Apalagi dengan pulihnya harga logam timah di London Metal Exchange (LME) akan semakinmenguatkan optimisme dan harapan baik untuk TINS pada paruh kedua di tahun ini. (SKO)