<p>Karyawan menunjukkan uang Dolar Amerika Serikat (AS) di salah satu Bank BUMN di Jakarta, Selasa 2 Juni 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Pasar Modal

Gara-gara Ini, Rupiah Berpotensi Menuju Level Rp16.000 per-Dolar AS pada Semester I-2023

  • Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, kurs rupiah pada pekan ini berpotensi kembali ke kisaran Rp15.500 per-dolar AS.
Pasar Modal
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Nilai kurs rupiah berpotensi menuju ke kisaran level Rp16.000 per-dolar Amerika Serikat (AS) akibat efek data eksternal dari negeri Paman Sam.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, kurs rupiah pada pekan ini berpotensi kembali ke kisaran Rp15.500 per-dolar AS.

Pelemahan rupiah pun kemungkinan masih berlanjut hingga mencapai kisaran Rp16.000 per-dolar AS pada paruh pertama tahun ini.

"Rupiah di minggu ini kemungkinan kembali ke Rp15.500 dan ada kemungkinan di semester pertama menuju Rp16.000," ujar Ibrahim kepada wartawan, Rabu, 8 Maret 2023.

Untuk diketahui, pada Selasa, 7 Maret 2023 waktu setempat, Ketua The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengeluarkan sinyal hawkish yang mengisyaratkan kenaikan suku bunga yang lebih tinggi untuk ke depannya.

Pasalnya, inflasi di AS masih cenderung kaku sementara beberapa data menunjukkan adanya perbaikan ekonomi di negeri Paman Sam. Sehingga, memperkuat landasan bagi bank sentral untuk mengetatkan kebijakan moneter untuk ke depannya.

Powell mengatakan bahwa kemungkinan target suku bunga The Fed akan lebih tinggi dari kenaikan sebelumnya. Bank sentral juga akan menyiapkan laju kenaikan suku bunga yang lebih cepat apabila data-data cukup mendukung.

Powell juga menyatakan bahwa tren inflasi saat ini menunjukkan bahwa peranan The Fed dalam mengerek suku bunga belum berakhir.

Bahkan, ia menegaskan, efek penuh dari pengetatan kebijakan moneter yang diprakarsai sejak tahun lalu belum cukup berdampak kepada penurunan inflasi.

Setelah Jerome Powell mengeluarkan komentar tersebut, prediksi pelaku pasar menurut data CME FedWatch Tool pun mengalami dinamika yang cukup drastis.

Sebanyak 25,1% pelaku pasar saat ini memprediksi kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin untuk pertemuan The Fed pada Maret. Sementara 74,9% sisanya memprediksi kenaikan yang lebih besar, yakni 50 basis poin.

Padahal, sebelum Powell mengeluarkan komentarnya, lebih dari 70% pelaku pasar memprediksi kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin untuk pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) bulan ini.

Potensi kenaikan suku bunga yang lebih tinggi ini pun lantas berdampak cukup besar kepada penurunan selera aset berisiko sehingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pun berpeluang untuk terus menyusut, bahkan kembali ke level ketika pandemi berlangsung, yakni ke kisaran Rp16.000 per-dolar AS.