Gara-Gara Pajak, Laba TPIA 2020 Milik Konglomerat Prajogo Pangestu Meroket
Chandra Asri meraup manfaat pajak senilai US$22,7 juta dari sebelumnya tercatat beban pajak US$15,12 juta. Akhirnya, laba tahun berjalan langsung melejit 117,9% menjadi US$51,42 juta.
Korporasi
JAKARTA – Perusahaan petrokimia milik konglomerat Prajogo Pangestu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) mengalami pertumbuhan laba bersih sepanjang 2020 menjadi US$51,35 juta setara Rp723,26 miliar (kurs Rp14.085 per dolar Amerika Serikat).
Nilai ini meroket 124,43% secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan dengan realisasi laba bersih perseroan pada tahun sebelumnya, yakni US$22,88 juta atau setara Rp322,26 miliar.
“Kami dengan bangga mengumumkan kinerja keuangan yang solid sepanjang tahun 2020, didukung oleh perbaikan kinerja pada paruh kedua tahun lalu,” ujar Direktur Chandra Asri, Suryandi dalam keterangan resmi di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu, 3 Maret 2021.
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
- Pemberdayaan Perempuan di Perusahaan Jepang Masih Alami Krisis Pada Tahun 2021
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2020 yang dirilis perseroan di BEI, pendapatan bersih TPIA justru turun sekitar 4% yoy menjadi US$1,81 miliar pada 2020, dari US$1,88 miliar di tahun 2019. Hal ini diakibatkan oleh harga jual rata-rata yang lebih rendah pada semua produk.
Beban pokok pendapatan perseroan selama satu tahun kemarin berhasil ditekan menjadi US$1,64 miliar dari US$1,71 miliar pada tahun 2019. Ini disebabkan harga naphtha yang lebih rendah, namun berhasil diimbangi oleh konsumsi naphtha yang lebih tinggi karena peningkatan kapasitas dan produksi perseroan.
Pajak Rp319,7 Miliar
Laba sebelum pajak tercatat masih merosot 25,6% menjadi US$28,8 juta dari US$38,77 juta. Namun, Chandra Asri meraup manfaat pajak senilai US$22,7 juta setara Rp319,7 miliar dari sebelumnya tercatat beban pajak US$15,12 juta. Akhirnya, laba tahun berjalan langsung melejit 117,9% menjadi US$51,42 juta.
Sementara itu, EBITDA meningkat 3,6% yoy menjadi US$186,7 juta dari US$180,1 juta pada tahun 2019 karena didorong oleh peningkatan spread, terutama untuk produk ethylene dan polymer pada akhir kuartal 2020.
“Tren pada kuartal IV-2020 ini berlanjut hingga 2021, dan kami optimistis akan ketahanan berkelanjutan dan pertumbuhan pada permintaan,” tutur Suryandi.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Suryandi bilang, perseroan juga berhasil melaksanakan imperatif strategis utama untuk mempertahankan keberlanjutan bisnis, keunggulan operasional, dan ketahanan keuangan. Dibuktikan dengan masih beroperasinya sejumlah pabrik sepanjang tahun lalu,
“Dan kami berhasil mengoperasikan pabrik B1-MTBE kami untuk menyelesaikan rencana induk integrasi pada 2020. Kami berhasil melaksanakan rencana untuk mengurangi biaya struktural dan meningkatkan daya saing,” tambahnya.
Jumlah aset TPIA pun turut menebal sebesar 4,1% menjadi US$3,59 miliar per 31 Desember 2020, dibandingkan dengan US$3,45 miliar pada akhir tahun 2019. Sebagian besar capaian ini didorong oleh peningkatan kas dan setara kas yang meningkat secara tahunan menjadi US$918,92 juta dari US$660,16 juta.
Melalui langkah-langkah proaktif yang diambil untuk mengoptimalkan struktur permodalan dan memaksimalkan arus kas, perseroan sukses menurunkan biaya bunga rata-rata dan mengakhiri 2020 dengan kas bersih positif setelah utang.
“Perbaikan kinerja ditutup dengan Neraca yang kuat, yang terdiri dari total kumpulan likuiditas sebesar US$1,2 miliar termasuk kas dan setara kas sekitar US$919 juta pada akhir 2020,” tutup Suryandi.
Konglomerat
Dari lantai bursa, saham TPIA ditutup stagnan di level Rp9.775 per lembar pada perdagangan Rabu, 3 Maret 2021. Saham TPIA memiliki kapitalisasi pasar Rp174,3 triliun dengan imbal hasil 25,32% dalam setahun terakhir.
Prajogo Pangestu melalui PT Barito Pacific Tbk (BRPT) masih menjadi pemegang saham mayoritas Chandra Asri dengan porsi kepemilikan sebesar 41,88%.
Disusul SCG Chemicals Co. Ltd, dengan porsi kepemilikan 30,57% dan Projogo Pangestu sebanyak 15,07%. Sementara sebagian kecilnya, yakni 4,75% dimiliki Marigold Resources Pte. Ltd, dan 0,17% dimiliki Erwin Ciputra. Sisanya sebanyak 7,61% dimiliki oleh investor publik.
- IHSG Masih Konsolidasi Usai Rilis BI Rate, Simak Saham EMTK, LSIP, ZYRX, dan WIKA
- Saham Pilihan Mirae Sekuritas Juni 2021: BBRI Ditendang Diganti PRDA, Temani ANTM hingga INCO
- IHSG Terancam Bearish Jelang Rilis BI Rate, Rekomendasi Saham AALI, SMRA, BNGA, dan GGRM
Prajogo Pangestu diketahui merupakan pemegang saham mayoritas di Barito Pacific dengan kepemilikan saham sebesar 72,14%. Artinya, total kepemilikan saham Prajogo Pangestu di Chandra Asri sejatinya sebanyak 73,06%.
Kekayaan Prajogo melorot sebesar 21% dari US$7,6 miliar atau Rp107,39 triliun menjadi US$6 miliar atau Rp84,78 triliun. Namun demikian, Prajogo Pangestu masih mampu mempertahankan posisinya sebagai orang terkaya nomor 3 RI versi majalah Forbes 2020. (SKO)