<p>Karyawati menunjukkan mata uang Dolar Amerika dan Rupiah di salah satu teller bank, di Jakarta, Rabu, 3 Maret 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Pasar Modal

Gara-Gara The Fed Ingin Turunkan Inflasi Secara Drastis, Rupiah Jadi Melemah

  • Menurut data perdagangan Bloomberg, Kamis, 18 Agustus 2022, nilai kurs rupiah dibuka melemah 8 poin di level Rp14.776 perdolar AS.

Pasar Modal

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Nilai kurs rupiah dibuka melemah setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Federal Reserve (The Fed) mengumumkan keinginan untuk menurunkan tingkat inflasi secara secara drastis.

Menurut data perdagangan Bloomberg, Kamis, 18 Agustus 2022, nilai kurs rupiah dibuka melemah 8 poin di level Rp14.776 perdolar AS.

Pada perdagangan sebelumnya, Rabu, 17 Agustus 2022, nilai kurs rupiah ditutup di level Rp14.768 perdolar AS.

Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan, sentimen dari The Fed telah berdampak kepada pelemahan  mata uang rupiah.

Pasalnya, notulen rapat yang dirilis oleh The Fed pada dini hari 18 Agustus 2022 mengungkapkan keinginan para pemangku kepentingan untuk menurunkan inflasi secara signfikan.

Keinginan itu pun pada gilirannya mengindikasikan proyeksi The Fed untuk mendongkrak suku bunga acuan mereka pada pertemuan Agustus 2022.

"Indikasi ini bisa mendorong penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya, termasuk rupiah," ujar Ariston kepada TrenAsia, Kamis, 18 Agustus 2022.

Ariston menambahkan, selain terdampak oleh sentimen The Fed, pelemahan pada nilai kurs rupiah pun dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi China yang merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia.

Pada awal pekan, data perekonomian China menunjukkan pertumbuhan penjualan ritel yang menurun dari 3,1% pada Juni 2022 menjadi 2,7% pada Juli 2022.

Pertumbuhan produksi industri di China pun melambat dari 3,9% pada Juni 2022 menjadi 3,8% pada Juli 2022. Padahal, pasar berekspetasi produksi industri China akan tumbuh hingga 4,6% pada Juli 2022.

Menurunnya tingkat pertumbuhan tersebut dipicu oleh melonjaknya kembali kasus COVID-19 di negeri Tirai Bambu.

Rilis data ekonomi China itu pun menjadi sentimen negatif di kalangan pelaku pasar sehingga indeks dolar AS mengalami penguatan terhadap nilai mata uang lainnya.

Menurut Ariston, rupiah hari ini berpotensi untuk bergerak di rentang Rp14.740-Rp14.800 perdolar AS.