<p>Pendiri media sosial Facebook Mark Zuckerberg / Facebook @zuck</p>
Fintech

Gara-Gara WhatsApp, Facebook, dan Instagram Down, Mark Zuckerberg Boncos Rp85,6 Triliun

  • Mark Zuckerberg mengalami kehilangan kekayaan sebesar US$6 miliar setara Rp85,6 triliun pasca Facebook, WhatsApp dan Instagram mengalami gangguan.
Fintech
Daniel Deha

Daniel Deha

Author

JAKARTA -- Mark Zuckerberg disebutkan mengalami kehilangan kekayaan bersih sebesar US$6 miliar setara Rp85,6 triliun pasca Facebook, WhatsApp dan Instagram mengalami gangguan pada Senin, 4 Oktober 2021.

Gangguan pada tiga platform media sosial paling populer di dunia itu terjadi pada sekitar pukul 22.46 WIB. Namun hingga Selasa pagi ini, ketiga aplikasi telah mengalami pemulihan.

Melansir laporan Bloomberg, kehilangan kekayaan pribadi Mark Zuckerberg membuatnya jatuh ke daftar orang terkaya keenam di dunia.

Pendiri Facebook ini kini memiliki kekayaaan US$121,6 miliar, berada di bawah Bill Gates yang bertengger di posisi kelima.

Dalam sepekan terakhir, kekayaan Mark Zuckerberg turun dari hampir US$140 miliar, menurut Bloomberg Billionaires Index.

Menurut beberapa sumber tersedia, kekayaan Mark Zuckerberg akibat pemadaman tiga aplikasi ini bahkan mencapai US$7 miliar setara Rp99,86 triliun.

"Penurunan Instagram dan Facebook membuat Mark Zuckerberg kehilangan US$7 miliar hari ini. Dan itu tidak menyusahkannya secara finansial dengan cara apa pun," tulis John Fugelsang di akun Twitternya.

Saham Facebook, yang memiliki hampir 2 miliar pengguna aktif harian, turun 4,9% pada hari Senin, penurunan harian terbesar sejak November lalu, di tengah aksi jual yang lebih luas dalam saham teknologi.

Mulai Pulih

Mark Zuckerberg pada Selasa pagi menyampaikan minta maaf atas ketidaknyamanan pengguna media sosial miliknya selama beberapa jam terakhir.

Dia memastikan pihaknya terus bekerja optimal untuk melayani kebutuhan konsumennya. Jumlah pengguna Facebook tercatat sebanyak 3,3 miliar, Instagram 1,07 miliar dan WhatsApp 2 miliar.

"Facebook, Instagram, WhatsApp, dan Messenger kembali online sekarang," kata Zuckerberg dalam posting Facebook. "Maaf atas gangguan hari ini -- saya tahu betapa Anda mengandalkan layanan kami untuk tetap terhubung dengan orang-orang yang Anda sayangi," katanya.

Melalui Twitter pada Selasa pagi, WhatsApp mengatakan: "Permintaan maaf kepada semua orang yang belum dapat menggunakan WhatsApp hari ini. Kami mulai perlahan dan hati-hati membuat WhatsApp berfungsi kembali. Terima kasih banyak atas kesabaran Anda. Kami akan terus membuat Anda diperbarui ketika kami memiliki lebih banyak informasi untuk dibagikan."

Sementara itu, Telegram mengatakan di Twitter bahwa pengguna messenger-nya di beberapa wilayah, di tengah pemadaman skala besar di Facebook, mungkin mengalami masalah saat memuat obrolan dan menerima notifikasi. Dikatakan perusahaan meminta maaf atas ketidaknyamanan ini.

Sebelumnya, sebuah situs yang memantau laporan pemadaman di internet, Downdetector, mengatakan pemadaman layanan Facebook adalah yang terbesar yang pernah ada.

Perusahaan mengatakan dalam sebuah posting pada hari Senin malam bahwa "Pemadaman terbesar yang pernah kami lihat di Downdetector dengan lebih dari 10,6 juta laporan masalah dari seluruh dunia."

Amerika Serikat memimpin dunia dalam jumlah laporan untuk layanan yang terganggu lebih dari 1,7 juta, diikuti oleh Jerman pada 1,3 juta laporan dan Belanda pada 9.15.000 laporan.

Pakar keamanan mengatakan gangguan itu bisa jadi merupakan akibat dari kesalahan internal, meskipun sabotase oleh orang dalam secara teoretis mungkin terjadi.

"Facebook pada dasarnya mengunci kuncinya di dalam mobilnya," tulis Jonathan Zittrain, Direktur Harvard's Berkman Klein Center for Internet & Society melalui akun Twitternya.

Segera setelah pemadaman dimulai, Facebook mengakui pengguna mengalami kesulitan mengakses aplikasinya tetapi tidak memberikan secara spesifik tentang sifat masalahnya atau mengatakan berapa banyak pengguna yang terpengaruh oleh pemadaman tersebut.

Beberapa karyawan Facebook yang menolak disebutkan namanya mengatakan bahwa mereka percaya bahwa pemadaman itu disebabkan oleh kesalahan perutean internal ke domain internet yang diperparah oleh kegagalan alat komunikasi internal dan sumber daya lain yang bergantung pada domain yang sama untuk bekerja.*