Garuda Belanja Avtur, Dana Rp1 Triliun dari Pemerintah Langsung Ludes
Dana suntikan berupa Obligasi Wajib Konversi (OWK) yang diberikan pemerintah kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) telah habis. Dana Rp1 triliun dari total OWK yang disetujui Rp8,5 triliun digunakan GIAA untuk memenuhi kebutuhan avtur armada pesawat.
Korporasi
JAKARTA – Dana suntikan berupa Obligasi Wajib Konversi (OWK) yang diberikan pemerintah kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) telah habis. Dana Rp1 triliun dari total OWK yang disetujui Rp8,5 triliun digunakan GIAA untuk memenuhi kebutuhan avtur armada pesawat.
Hal itu diungkapkan manajemen Garuda Indonesia dalam keterbukaan informasi kepada PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun dana tersebut cair pada 4 Februari 2021 lalu.
“Dana senilai Rp1 triliun digunakan untuk pembiayaan bahan bakar kepada PT Pertamina (Persero),” kata manajemen Garuda Indonesia, dikutip Jumat, 11 Juni 2021.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Pemerintah menyebut dana ini seharusnya bisa mendukung likuiditas, solvabilitas, serta pembiayaan operasional perusahaan. Namun, beban operasional yang terlampau tinggi membuat likuiditas perusahaan masih sulit terungkit.
Menurut persetujuan, OWK yang didapat Garuda Indonesia ini memiliki tenor maksimal 7 tahun.
Dana yang dikucurkan pemerintah kepada Garuda Indonesia itu bersumber dari program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2020. Dana sisa senilai Rp7,5 triliun masih tertahan karena pemerintah menilai Garuda Indonesia tidak bisa memenuhi key performance indicator (KPI) yang ditetapkan.
Hal ini dipicu oleh minimnya penerbangan yang dilakukan Garuda Indonesia sejak pandemi COVID-19. Kondisi itu berimplikasi terhadap pendapatan perseroan yang hanya mencapai Rp715 miliar. Padahal, perusahaan pelat merah ini harus merogoh Rp2,15 per bulan untuk beban dan biaya operasional.
Efisiensi Besar-besaran
Emiten penerbangan ini praktis melakukan efisiensi habis-habisan akibat beban keuangan yang tinggi. Selain membuka opsi pensiun dini, perusahaan tercatat hanya menerbangkan 53 dari 142 armada pesawat yang dimiliki perusahaan.
“Penggunaan armada pesawat dalam penerbangan selama masa pandemi COVID-19 turut memperhatikan isian dari angkutan kargo. Adapun jumlah armada yang dioperasikan saat ini sebanyak 53 pesawat,” kata manajemen Garuda Indonesia.
Garuda Indonesia tercatat memiliki 6 pesawat milik sendiri. Sementara 136 pesawat lainnya merupakan sewa dari berbagai lessor.
Lebih rinci, jenis dan unit pesawat yang saat ini masih ada di Garuda Indonesia antara lain Boeing 777- 300 sebanyak 10 unit, Airbus 330- 900 sebanyak 3 unit, Airbus 330- 300 sebanyak 17 unit, Airbus 330-200 sebanyak 7 unit, Boeing 737-800 sebanyak 73 unit, Boeing 737-8 MAX 1 unit, CRJ 1000 sebanyak 18 unit dan ATR 72-600 sebanyak 13 unit.
Sebanyak 39 pesawat yang masuk hanggar kondisinya tengah mengalami perawatan dan perbaikan. Manajemen Garuda Indonesia pun berencana mengurangi armada dengan mengembalikan secara berkala pesawat sewa kepada lessor.