<p>Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Irfan Setiaputra. / Facebook @irfan.setiaputra</p>
Korporasi

Garuda Rugi Bertahun-tahun Gara-Gara Pesawat Bombardier CRJ 1000 Sejak Era Emirsyah Satar

  • Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkapkan bahwa perseroan mengalami kerugian menahun akibat penggunaan pesawat Bombardier CRJ 1000 yang disebabkan tingginya biaya sewa.

Korporasi
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mendukung penuh upaya maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk segera mengembalikan 18 pesawat Bombardier CRJ 1000.

Adapun upaya ini dilakukan melalui pemutusan kontrak sepihak atas penyewaan 12 armada Bombardier CRJ 1000 kepada perusahaan lessor pesawat asal Denmark, Nordic Aviation Capital (NAC). Kemudian, enam armada sisanya melalui negosiasi dengan penyedia financial lease Export Development Canada (EDC).

Erick bilang, Garuda Indonesia perlu melakukan efisiensi di tengah pandemi COVID-19, terlebih pesawat jenis itu tidak sesuai dengan kriteria pasar Indonesia. Di sisi lain, emiten berkode saham GIAA ini juga tercatat sebagai salah satu perusahaan penerbangan dengan leasing cost paling tinggi di dunia.

“Oleh sebab itu saya dengan tegas mendukung manajemen Garuda untuk mengembalikan 12 pesawat Bombardier CRJ 1000 dan mengakhiri kontrak dengan NAC,” ujarnya melalui konferensi pers virtual di Jakarta, Rabu, 10 Februari 2021.

Selain itu, pemutusan kontrak juga atas upaya menjaga tata kelola perusahaan yang baik. Pasalnya, produsen pesawat asal Kanada tersebut sedang tersandung dugaan kasus suap yang turut menyeret pimpinan Garuda pada saat proses pengadaan pesawat CRJ 1000 tahun 2011.

Saat ini, kasus tersebut tengah ditangani oleh lembaga anti korupsi Inggris, Serious Fraud Office (SFO) dan juga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Hal tersebut memperkuat alasan Erick untuk menyudahi kerja sama dengan Bombardier.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkapkan bahwa perseroan mengalami kerugian menahun akibat penggunaan pesawat Bombardier CRJ 1000 yang disebabkan tingginya biaya sewa.

Irfan menyatakan, selama kurang lebih 7 tahun, perusahaan harus menanggung rugi lebih dari US$30 juta tiap tahunnya. Padahal, biaya sewa pesawat Bombardier CRJ 1000 sendiri senilai US$27 juta untuk 12 unit.

Sebab itu, ia bertekad untuk memutuskan kontrak sewa pesawat itu meskipun dengan cara sepihak. Pihaknya juga tengah menunggu jawaban dari EDC atas penawaran cash settlement sebesar US$5 juta dari total kewajiban perseroan sebesar US$46 juta.

“Apabila kita terminasi pada tanggal 1 Februari kemarin sampai akhir masa kontraknya kita akan saving di angka lebih dari US$220 juta. Ini sebuah upaya kita untuk menghilangkan atau minimal mengurangi kerugian daripada pesawat ini di Garuda,” tuturnya.

Kasus Emirsyah Satar

Sebagai informasi, SFO tengah menyelidiki kasus dugaan korupsi pembelian 18 jet regional Bombardier CRJ1000 yang dibeli oleh Garuda Indonesia. Kesapakatan pembelian ini diselesaikan saat acara Singapore Airshow pada Februari 2012 lalu.

Pada tahap awal, Garuda Indonesia setuju menerima 6 pesawat Bombardier dengan opsi pengiriman 12 jet tambahan. Pengiriman pertama dilakukan pada Oktober 2012, dan yang terakhir pada Desember 2012 dengan nilai US$1,32 miliar.

Pada Maret 2012, Indonesia menjadi penyumbang terbesar bagi kontrak pembelian di Singapore Airshow dengan nilai US$31 miliar setara Rp434 triliun lebih. Saat itu, pabrikan Boeing, Airbus, ATR, Roll-Royce mendapat berkah dari Tanah Air.

Sejumlah maskapai Indonesia, seperti Lion Air hingga Garuda memborong berbagai jenis pesawat dan mesin. Garuda saat itu digawangi oleh Dirut Emirsyah Satar.

Emirsyah bersama CEO Bombardier Aerospace Guy Hachey meneken kontrak pembelian 18 pesawat 100 seater CRJ-1000 Nex Gen dengan nilai US$1,32 miliar setara Rp18 triliun lebih.

Tidak hanya itu, Garuda juga menandatangani kontrak pengadaan 25 pesawat irit bahan bakar A320Neo dengan Royal Bank of Schotland di chalet Airbus.

Bank ini merupakan pendukung finansial pembelian pesawat pabrikan Eropa Airbus. Pesawat A320Neo dibeli Garuda untuk Citilink, terdiri dari 15 unit A320 Classic dan 10 unit A320Neo dengan opsi 25 unit lainnya. (SKO)