<p>Manajemen emiten milik konglomerat Sudhamek Agoeng Waspodo Soenjoto, PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) saat RUPS 2020 / Garudafood.com</p>
Korporasi

Garudafood (GOOD) Siap Tambah Bisnis Makanan Bayi, Bagaimana Prospeknya?

  • PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) berencana untuk memperluas cakupan bisnisnya dengan merambah ke pasar produksi dan penjualan makanan bayi.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Emiten Fast Moving Consumer Goods (FMCG) PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) berencana untuk memperluas cakupan bisnisnya dengan merambah ke pasar produksi dan penjualan makanan bayi.

Alasan emiten bersandikan GOOD memperluas portofolio bisnis ke pasar produksi dan penjualan makanan bayi terdapat ceruk peluang di lini tersebut. Hal itu juga diharapkan mampu meningkatkan kinerja keuangan perseroan dan investor ke depan.

“Perseroan telah menghitung dengan saksama atas peluang usaha yang dapat dijalankan secara berkelanjutan, dan perseroan berkeyakinan mampu memanfaatkan peluang yang ada guna memberikan nilai tambah kepada pemegang saham,” papar manajemen melalui keterbukaan informasi pada Jumat, 22 Maret 2024. 

Baca Juga: Keren! Pabrik Garudafood di Sumedang Sudah Pakai PLTS Atap

Perlu dicatat, untuk memuluskan rencana perluasan portofolio bisnis tersebut, manajemen Garudafood akan meminta persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar 30 April 2024.

Uji Kelayakan

Dari segi uji kelayakan, potensi peningkatan kegiatan usaha GOOD di sektor makanan bayi menghasilkan tingkat pengembalian internal (IRR) sebesar 425,43%, melebihi tingkat diskonto yang diasumsikan sebesar 11,25%.

Selain itu, net present value (NPV) menunjukkan nilai positif sebesar Rp13,23 miliar, sementara indeks profitabilitas mencapai 33,36, menunjukkan keuntungan yang lebih besar dari satu.

Evaluasi tersebut didasarkan pada laporan keuangan tahun 2023 dalam menyusun studi kelayakan. Sementara dari perspektif analisis teknis, rencana untuk memperluas usaha dalam industri makanan bayi tidak akan mengakibatkan penambahan jumlah karyawan baru di Garudafood. 

Sebaliknya, sumber daya manusia yang sudah ada akan dioptimalkan melalui pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kompetensinya. Top of FormManajemen juga mengkonfirmasi bahwa GOOD telah menyiapkan tim ahli yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan operasional dari perubahan kegiatan usaha tersebut.

“Perseroan tidak melakukan penambahan tenaga kerja dan memanfaatkan tenaga kerja yang sudah ada. Perseroan memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 8.360 orang per 31 Desember 2023,” tulis penjelasan manajemen.

Terkait analisis kelayakan pasar, data Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) industri makanan dan minuman nasional, berdasarkan harga berlaku, mencapai Rp1,12 kuadriliun pada tahun 2021. 

Angka tersebut menyumbang sebanyak 38,05% terhadap industri pengolahan nonmigas, atau setara dengan 6,61% dari total PDB nasional yang mencapai Rp16,97 kuadriliun. 

Mengacu data tersebut, manajemen perseroan percaya bahwa penambahan kegiatan usaha di sektor industri makanan bayi akan membuka peluang bisnis yang lebih besar serta meningkatkan pendapatan dan laba perseroan ke depan.

Baca Juga: Efektif Manfaatkan Listrik, Garudafood Sabet Penghargaan TrenAsia ESG Award 2023

Buyback Saham

Berdasarkan data RTI Business pada perdagangan Jumat, 22 Maret 2024, pukul 13:48 WIB, saham GOOD menguat 0,93% ke level Rp432 per saham. Sementara secara (year-to-date/ytd) saham ini mengalami pelemahan 3,14%. 

Selain meminta persetujuan perluasan portofolio bisnis dalam RUPSLB mendatang, manajemen GOOD juga menginginkan restu daripada pemegang saham terkait rencana buyback saham dengan alokasi dana Rp20 miliar. 

Berdasarkan keterbukaan informasi, rencana buyback ini melibatkan jumlah saham sebanyak 46.395.349 atau setara dengan 0,13% dari total saham yang dikeluarkan oleh emiten bersandikan GOOD.Top of Form

Manajemen GOOD menegaskan bahwa pertimbangan utama di balik keputusan ini adalah untuk memberikan fleksibilitas kepada Perseroan dalam menjaga stabilitas harga sahamnya, terutama jika harga saham saat ini tidak mencerminkan nilai atau kinerja sebenarnya dari perseroan.