<p>Maskapai penerbangan   Garuda Indonesia tampak terparkir di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten.. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Gawat! Bos Garuda Curhat Sinyal Maskapai Nasional Mulai Bangkrut

  • Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Irfan Setiaputra mengungkapkan sinyalemen kebangkrutan maskapai nasional akibat pandemi COVID-19. Sinyal kebangkrutan bahkan sudah dialami lebih dulu oleh maskapai penerbangan seluruh dunia.

Industri
Sukirno

Sukirno

Author

JAKARTA – Pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung sejak awal tahun ini di China dan Maret di Indonesia, memukul bangkrut bisnis maskapai penerbangan di seluruh dunia.

Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Irfan Setiaputra mengungkapkan sinyalemen kebangkrutan maskapai nasional akibat pandemi COVID-19. Sinyal kebangkrutan bahkan sudah dialami lebih dulu oleh maskapai penerbangan seluruh dunia.

“Bapak Ibu mengetahui juga banyak maskapai yang menyatakan kebangkrutan. Di dekat kita ada Thai Airways. Jadi, enggak usah terlalu kaget kalau dalam waktu dekat ada maskapai di Indonesia yang tidak tahan lagi,” kata Irfan dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi X DPR, dilansir Antara, Selasa, 7 Juli 2020.

Pernyataan tersebut menanggapi usulan diskon yang dinilai tidak mungkin diberikan lagi lantaran kondisi keuangan maskapai sudah terpuruk. Ambruknya kinerja keuangan ini sudah terjadi akibat pembatasan penumpang selama masa pandemi COVID-19.

“Betul penting untuk memperoleh harga murah, tapi mohon dipahami hari ini industri penerbangan mengalami pukulan yang sangat besar. Kita jumlah penumpang tingal 10 persen. kalau diminta diskon lagi, harga yang rendah mungkin klasifikasi kita sebentar lagi menjadi makin sulit,” kata dia.

Pariwisata Ambruk

Salah satu sektor yang erat kaitannya dengan industri penerbangan adalah pariwisata. Maskapai Garuda kehilangan penumpang wisatawan mancanegara dari sejumlah negara penyumbang terbesar wisman, salah satunya Australia.

Saat ini, Australia sudah memberlakukan pelarangan bagi warganya untuk bepergian hingga akhir tahun termasuk ke Bali.

Catatan Garuda, jumlah turis asing turun drastis akibat pandemi COVID-19. Bahkan, anjloknya terus berlanjut dari 87% pada April menjadi 90% pada Mei 2020.

“Kita berharap pariwisata ini mulai meningkat di bulan Juli 2020 ini. Namun, kami saksikan ada beberapa yang perlu kita perhatikan dalam recovery pariwisata ini. Ini kerja sama penting. Karena begitu industri ini pulih, pariwisata akan pulih dengan cepat,” tuturnya.

Untuk itu, sambungnya, Garuda fokus pada wisatawan dalam negeri dan mengupayakan agar masyarakat kembali percaya diri untuk melakukan penerbangan. Tentu saja, Garuda menerapkan protokol kesehatan yang ketat meskipun berdampak pada pendapatan.

“Jadi, Garuda dan teman-teman industri operator penerbangan, fokus memastikan new normal dalam pesawat karena penting meningkatkan confidence masyarakat untuk bepergian,” imbuhnya.

Physical distancing yang diterapkan secara ketat, tentu akan menekan operasi dan pendapatan emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bersandi saham GIAA tersebut. Namun, manajemen Garuda lebih mementingkan untuk meyakinkan publik agar industri penerbangan bisa pulih lebih cepat.

Bentuk Holding BUMN Aviasi

Dia menambahkan, upaya kedua yang dilakukan yakni kerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk melakukan promosi.

“Jadi kita akan raise teaser kembali ke Bali. Kedua mendorong masyarakat Indonesia, apabila memutuskan untuk berlibur lagi, berliburlah di Indonesia saja,” tambahnya.

Garuda juga bekerja sama dengan operator bandara yakni PT Angkasa Pura I (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero), serta Kementerian BUMN untuk menginisiasi pembuatan holding aviasi.

“Di mana AP I dan AP II, Garuda, Pelita, digabungkan menjadi satu. Mempermudah aksi-aksi peningkatan pariwisata satu pintu. Bisa berharap situasi seperti di Dubai maupun Qatar dengan kerja sama stakeholders holding aviasi,” tegasnya. (SKO)