<p>cadasb.org</p>
Gaya Hidup

Gaya Hidup, Faktor Anak Muda Rentan Sakit

  • JAKARTA – Masyarakat usia produktif di Indonesia menghadapi potensi terkena penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, obesitas, kanker, stroke, dan sebagainya. Meskipun tidak hanya terjadi di Indonesia, namun faktanya para penyintas penyakit tidak menular seperti kanker, didominasi oleh anak muda. “Hal ini berbanding terbalik dengan negara kaukasia yang justru banyak dialami oleh masyarakat yang sudah […]

Gaya Hidup
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Masyarakat usia produktif di Indonesia menghadapi potensi terkena penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, obesitas, kanker, stroke, dan sebagainya.

Meskipun tidak hanya terjadi di Indonesia, namun faktanya para penyintas penyakit tidak menular seperti kanker, didominasi oleh anak muda.

“Hal ini berbanding terbalik dengan negara kaukasia yang justru banyak dialami oleh masyarakat yang sudah lanjut usia,” kata Johan Kurnianda, Kepala Divisi Hematologi-Onkologi Medik, Departemen Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Gadjah Mada (UGM) pada media (14/02).

Fenomena kematian prematur akibat penyakit tidak menular ini telah menjadi perhatian dunia dan dibahas dalam konferensi penyakit tidak menular di Paris pada 2-3 Februari 2020. Menurut dr. Shoim Hidayat, ahli toksikologi dari Universitas Airlangga, penyakit tidak menular yang paling banyak terjadi adalah pertama, penyakit gangguan metabolisme seperti diabetes dan kolesterol.

Kedua, penyakit degeneratif atau kerusakan struktur tubuh seperti penyakit jantung dan stroke. Lalu yang ketiga penyakit kanker yang paling banyak terjadi di usia muda.

Ada sejumlah alasan mengapa orang di usia produktif saat ini lebih rentan terkena penyakit tidak menular ini. “Faktor risiko atau pemicunya nomor satu adalah gaya hidup, polusi udara, dan  inactivity, atau kurang gerak,” ucap Shoim saat dihubungi via sambungan telepon (07/02).

Akibat faktor-faktor di atas, kematian di bawah 60 tahun menjadi meningkat. Hal ini tidak hanya berpengaruh secara individu saja, tetapi negara juga berpotensi merugi akibat biaya pengobatan penyakit tidak menular dan juga penerimaan negara yang hilang akibat kematian prematur masyarakat di usia produktif.

Untuk mencegahnya, para milenial dapat kembali menerapkan gaya hidup yang sehat, seperti diet dengan gizi seimbang, olah raga, menjaga lingkungan, dan tidak menyeimbangkan rekreasi dengan pekerjaan agar tidak stres.

“Pendapat pribadi saya, yang paling mempengaruhi penyakit itu adalah stres. Bisa karena pekerjaan atau kebutuhan konsumerisme,” tutup Shoim.